Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

MUDITA; 274

( t/w; mention of drugs and blood )  Taehyung melajukan motornya kencang, membelah jalanan kota seperti orang kesetanan. Yang ada di kepala Taehyung hanyalah tentang bagaimana dia bisa tiba di rumah Jeongguk secepat yang dia bisa sebelum hal buruk yang sedari tadi bermain di benaknya benar-benar terwujud. Namun dia harus dibuat mengumpat kala dirinya  menghadapi traffic sign merah di depan matanya. Keinginan untuk menerobos sangat kuat, tapi Taehyung tahu bahwa ada pos polisi yang berjaga di samping kiri belokan yang mengawasi lalu lintas, dan itu akan menjadi urusan panjang jika dia dikejar-kejar polisi dan mendapat surat tilang.   Bergerak-gerak gelisah, Taehyung melirik traffic sign di depan. Tujuh puluh lima detik rasanya begitu lama untuknya, ditambah dia tidak bisa menghubungi Jeongguk karena ponselnya sedang berada di warung tempat dia membeli bensin beberapa waktu lalu sebagai jaminan dan berpesan pada sang pemilik warung bahwa temannya nanti akan mengambilkan p...

MUDITA; 273

"Lo ngapain, brengsek! " Jeongguk merebut gunting dari tangan Jimin, melemparnya ke sudut ruangan hingga bunyi klontang nyaring tercipta karena gesekan stainless steel dan marmer.    Jimin tersentak ketika menyadari kehadiran Jeongguk dan mengangkat wajah. Pandangan pemuda itu sayu dan kosong, matanya merah dengan kantung hitam di bagian bawah serta bibir pucat dengan bekas luka akibat kulit kering yang dipaksa untuk mengelupas. Namun kemudian raut terkejut itu berubah datar. Jimin menyesap lintingan rokok dan berkata santai, seakan tidak terganggu oleh amarah Jeongguk, " Halo, Jeongguk," dia lalu berdiri, menarik sudut bibirnya membentuk senyum ramah dan berucap lagi, "Ngapain ke kamar gue?"    Melihat reaksi Jimin yang tampak biasa saja seolah-olah pemuda tersebut beberapa saat lalu tidak sedang mencoba memangkas umurnya sendiri membuat Jeongguk kesal, "Lo yang ngapain sama ini, " Jeongguk mengambil lintingan rokok ganja itu dari tangan Jimin...

MUDITA; 272

Jeongguk bergerak-gerak gelisah, menggigit bibir bawahnya gusar sedangkan ponsel di genggamannya yang menyala memapangkan sebuah panggilan satu pihak dari Jeongguk yang tidak juga tersambung sebelum mati dan layar kembali pada wallpaper dengan selca dirinya dan Taehyung.    Terhitung sudah lima kali Jeongguk mencoba menghubungi Jimin, namun pemuda itu tidak juga menjawab panggilannya. Putus asa, Jeongguk me- dial nomor Yoongi, segera mencecar begitu panggilan tersambung dengan seputar pertanyaan mengenai apakah saudara tirinya itu tengah minggat ke tempat Yoongi seperti biasa yang dia lakukan. Namun jawaban dari Yoongi makin membuat dirinya resah. Yoongi berkata bahwa terakhir kali Jimin bisa dihubungi adalam enam jam yang lalu, mengirim selca random padanya dan membahas beberapa hal sebelum obrolan mereka terputus dari pihak Jimin yang tidak membalas lagi pesannya. Padahal, dihari kasual lainnya, Jimin adalah pria vokal yang suka spamming chat dengan Yoongi nyaris setiap ...

MUDITA; 267

Keduanya baru selesai mengisi perut saat Jeongguk tiba-tiba merengek hendak naik ke atas Rooftop tempat mereka makan setelah pelayan di sana yang tengah menyajikan makanan dengan keramah-tamahan itu melemparkan obrolan basa-basi bahwa  malam ini akan terjadi supermoon dan gedung atas yang menyatu dengan tempat makan mereka memiliki Rooftop tinggi sehingga cocok untuk dijadikan tempat menikmati fenomena tersebut.   Awalnya, Jeongguk tidak terlalu menanggapi obrolan pelayan tersebut, fokus pada bakso miliknya sementara Taehyung hanya membalas dengan anggukan ringan dan ucapan terimakasih atas informasi tadi. Namun, ketika Jeongguk membayar makanan keduanya (pemuda itu memakasa untuk mentraktir Taehyung dikarenakan mereka bukan makan di pinggiran jalan yang biasanya akibat tutup dan berujung merubah rencana ke tempat makan dengan budget lebih mahal; Jeongguk mengerti akan kesulitan ekonomi Taehyung, tapi dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi sebab perutnya sudah melakukan de...

MUDITA; 246

Jeongguk tidak menyadari bahwa tubuhnya telah merosot ke lantai, air mata merembes melalui celah bulu lentiknya.Tidak ada  sekaan  dan usapan seperti biasa, kali ini Jeongguk membiarkannya tumpah begitu saja, mengalir untuk pertama kalinya dengan mulus melalui pipi hingga turun ke dagu. Rasanya sakit sekali. Dada Jeongguk begitu sesak, seakan tidak ada oksigen untuk bisa dikonsumsi parunya. Setiap taluan pada detak jantungnya mengantarkan denyut nyeri yang menjalar melalui aliran peredaran darahnya, menjadikan tubuh Jeongguk bergetar hebat oleh rasa remuk yang begitu hebat menghujam hatinya.   Jeongguk duduk dan meringkuk, terisak keras. Perkataan Bunda beberapa saat lalu mengawang di telinganya, sakitnya masih sama tiap kali ingatan itu berputar di memori Jeongguk, begitu sesak. Jeongguk sungguh-sungguh tidak mengharapkan kata itu keluar dari mulut Bunda untuk kedua kali. Alasan mengapa Jeongguk menjauh dari rumah, menghindar dari Bunda. Cukup sekali, cukup sekali Jeong...

MUDITA; 245

Satu di antara hal mustahil yang Jeongguk bayangkan akan terjadi pada hari ini adalah kehadiran Bunda yang secara tiba-tiba membuka pagar dan berjalan ke arah rumahnya. Wanita itu masih anggun, seakan usia tidak bekerja memangkas parasnya yang menawan.  Meskipun telah ada gurat-gurat kerutan di sekitar pelipis mata, bunda tetap sesempurna biasa. Mungkin bagian cacatnya hanyalah terletak pada kenyataan bahwa Bunda telah melahirkan anak seperti dirinya. "Bunda?" Jeongguk tersenyum lebar, menghampiri dengan langkah ceroboh hingga nyaris terjerembab ketika menuruni undakan tangga teras, efek terlalu antusias untuk segera menyambut Bunda sebab ini adalah pertemuan pertama setelah terakhir kali Jeongguk melihat bundanya pada saat perayaan ulang tahun Jimin di rumah besar lima bulan lalu.    "Bunda ke sini kok nggak bilang-bilang?" Jeongguk mengikuti langkah sang bunda, nadanya begitu ceria, "Tasnya mau aku bawain?" tangannya terulur untuk mengambil alih tas Bund...

MUDITA; 244

Taehyung datang dengan vespa merahnya bertepatan dengan Jeongguk yang membuka pintu rumah, hendak menutup kembali dan memutar kunci ketika suara teriakan dengan langkah terburu dari Taehyung yang menghampirinya. “Jangan dikunci,” Taehyung masih memakai helm saat dia menghampiri Jeongguk, melepas tergesa pengaman helm kemudian menyerahkan pada pemuda itu, “ …pipis — gue mau pipis.” Jeongguk memutar mata, mendengus geli namun tetap memberikan gestur mempersilakan pada Taehyung untuk masuk dan menuntaskan panggilan alamnya sementara dia memilih menunggui di luar. Menanggapi hal itu, tanpa pikir panjang Taehyung segera berlari menaiki anak tangga dua-dua sekaligus, memasuki kamar Jeongguk dan segera menuju kamar mandi. Lantas, ketika dia keluar, Taehyung baru menyadari bahwa kamar Jeongguk sedari tadi gelap. Logikanya berkata bahwa Taehyung harus segera keluar dari tempat ini, ada Jeongguk yang menungggunya di bawah dengan perut kosong dan merengek ingin segera diisi. Namun, Taeh...

MUDITA; 235

Ketika Taehyung memasuki dapur, pemandangan siluet tubuh Jeongguk membelakanginya dan sedang sibuk memotong berbagai sayuran bersama suara desisan minyak panas dengan dua telur mata sapi di atas wajan adalah hal pertama yang menyambut inderanya.Taehyung melangkah mendekat, berdiri bersandar pada lemari es hingga membuat fokus Jeongguk teralihkan oleh aroma susu familiar, mint , dan lemon; perpaduan wangi ketika Jeongguk kerap kali selesai mandi. Jeongguk merona ketika menyadari bahwa ini adalah bau tubuhnya. Bau tubuh Jeon Jeongguk menempel pada Kim Taehyung. "Lo pake sabun gue?" Taehyung mengusak-usak rambut basahnya dengan handuk milik Jeongguk, "Iya." " Shampoo ?" "Hooh." "Sikat gigi sama odolnya?" " Iyaaa, " pemuda itu menghampiri Jeongguk dan melirik pada sayuran-sayuran yang sudah dalam keadaan terpotong, "Gue gak nemu sikat gigi baru tadi jadi pake punya lo aja, sori?" "Nggak papa," membalik telur di...

MUDITA: 234

Taehyung tidak mengerti bagaimana dia pada akhirnya bisa berakhir menginjakkan kaki di ruang tamu rumah Jeongguk setelah peristiwa membingungkan  saat pesta perayaan ulang tahun Denise beberapa waktu lalu hingga membuatnya menerima dua tamparan di kanan kiri oleh pemuda Jeon — yang saat ini justru tengah kelimpungan mencarikannya pakaian kering untuk dikenakan. "Lo duduk aja di situ," Jeongguk menunjuk-nunjuk sofa abu-abu yang berada di sudut kanan ruang tamu, "Awas kalo kemana-mana," pemuda itu mulai menaiki anak tangga sementara kepalanya masih menoleh tertuju pada Taehyung, mengawasinya dengan tatapan menusuk,  "Apa lagi sampai pulang, gue pukul lo. Jangan lari dari tanggung jawab,  lo tadi udah cium gue. " "Baju gue basah, masa duduk di sofa?" "Lo masih bisa protes ya? Mau gue tampar lagi?" Taehyung berdeham dan menggeleng kikuk atas kalimat yang Jeongguk ucapkan barusan. Berusaha bersikap kooperatif karena nyeri pada pipinya barusa...

MUDITA: 232

Jeongguk yang merasa emosi mencapai puncak kepalanya dengan terburu melangkah menghampiri Taehyung dan menarik paksa lengan pemuda itu menjauh dari Jimin yang masih dalam kondisi belum tersadar. Jeongguk dengan terang-terangan menunjukkan rasa kesal melalui raut mukanya yang dia perlihatkan pada Taehyung. Namun Taehyung terlanjur panik. Dan keselamatan Jimin yang menjadi taruhan tidak membuatnya memiliki waktu untuk meladeni sikap Jeongguk.  Jadi, dia dengan cepat-cepat melepas kasar  cengkraman pada lengannya dan  kembali menghampiri Jimin, melanjutkan pemberian oksigen hingga tarikan napas panjang disusul batuk yang berasal dari Jimin membuatnya melenguh oleh perasaan lega. Jimin berhasil bernapas. Taehyung lalu dengan perlahan membangunkan Jimin, membopong pemuda itu duduk di atas kursi terdekat dari kolam renang lalu memakaikan selimut tebal yang diberikan oleh Denise.  "Lo nggak kenapa-napa, kan?" Taehyung bertanya khawatir, "Ada yang sakit?" dia mengecek ekspr...