Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

MUDITA; 148

Taehyung duduk memperhatikan Jeongguk  yang sedari tadi tidak membuka suara, hanya diam menunduk dengan pandangan terarah pada marmer lantai. Sudah lima menit keheningan ini tercipta. Dari sejak Jeongguk keluar dari rumah membawakan berbagai cemilan dan minuman pada Taehyung sebelum mempersilakannya duduk di kursi teras, tidak ada sama sekali komunikasi  berarti yang tercipta di antara mereka. Menghela napas, Taehyung merogoh ponsel dan menyalakan layar, melirik pada jam digital yang sudah menunjukkan angka lima. Dia harus bekerja satu jam lagi, dan jika Jeongguk tidak juga berbicara, Taehyung seratus persen yakin dia akan mendapat delikan sebal dari Seokjin sepanjang shift malammya. Karena, sekalipun Seokjin bukan tirani yang akan dengan kejam memotong gaji ketika karyawannya datang tidak tepat waktu, tapi  bos- nya itu juga sangat amat tidak menyukai keterlambatan.  Maka, mau tidak mau Taehyung harus memulai lebih dulu, "Gguk, ayo ngomong." Jeongguk menggigit bibir...

MUDITA; 91

Keluar dari studio tato Namjoon,  Jeongguk langsung disambut oleh pemandangan Taehyung yang sudah berada di atas motor, tengah mengenakan jaket jeans biru lusuhnya yang beberapa hari lalu sempat dia pinjamkan pada Jimin. Memikirkan hal itu sontak menjadikan emosinya tersulut kembali. Tapi suara mengudara Taehyung yang memanggilnya mengembalikan Jeongguk pada realitas.  "Gguk, lo bisa naik motor,  nggak?" Taehyung mengenakan helm bogo cokelatnya, melirik sekilas siluet Jeongguk dari kaca spion , "Kalo nggak bisa, lo pesen taksi aja—" memutar kunci motor vespa merah mecoloknya disusul suara mesin menyala, dia kemudian melanjutkan,  "Titik lokasinya di Gardu Garden . Ntar ketemu di sana." Takut Taehyung akan segera tancap gas meninggalkannya, dengan nada terburu-buru Jeongguk menjawab,  "Gue bisa."  Setengah berlari, pemuda itu lalu menghampiri Taehyung, meminta izin untuk memegang pundaknya sebagai tumpuan yang dibalas anggukan setuju oleh Taehyu...

MUDITA; 89

Bau antiseptik menyengat penciuman Jeongguk ketika dia memasuki studio tato temaram yang pernah didatanginya beberapa hari lalu, disambut suara musik dari speaker  bercampur deritan berisik mesin tato yang bekerja memproses perputaran pada coil,  membuat jarum bekerja secara konstan keluar dan masuk menyalurkan tinta ke kulit. "Oh, Jeongguk!" Namjoon berseru begitu menyadari kehadiran pemuda itu di ruangannya, "Sendiri aja?" senyumnya mengembang penuh aura namun tangannya tetap gesit mengguratkan tinta permenan di atas kulit pria tiga puluhan yang menjadi pelanggannya hari ini tanpa kehilangan fokus, "Temen lo kemaren nggak dateng?" Jeongguk melangkah menghampiri dan duduk di sofa dekat mesin tato, menunggu Namjoon selesai dengan kegiatannya, "Nggak dateng," jawab Jeongguk ringkas.  Matanya awas memperhatikan Namjoon yang mengoleskan lotion aftercare  pada tato baru si pelanggan, kemudian dengan telaten menempelkan wrap untuk menutupi tato baru t...

MUDITA; 87

Sebenarnya, Jeongguk merasa sedikit kecewa ketika Jimin mengatakan padanya bahwa Taehyung tidak bisa ikut bergabung bersama mereka. Yang otomatis, Bambam dan Mingyu juga tidak akan ikut. Dua pemuda itu adalah itik setia Taehyung. Jika Taehyung membolos, maka mereka akan ikut membolos. Atau ketika Taehyung menghabiskan waktu istirahat di belakang sekolah, keduanya memilih membeli jajanan dan dibungkus untuk di bawa ke tempat Taehyung yang tidur di atas gazebo dan memakannya di sana.  Tapi tidak apa-apa. Masih banyak waktu untuk Jeongguk bisa memperlihatkan kecacatan  pada diri Park Jimin.  Setahu Jeongguk, Taehyung tidak menyukai tato. Pria itu pernah bercuit di sosial media miliknya bahwa dia tidak akan pernah menusukkan jarum berisi tinta itu pada tubuhnya. Jadi, pikir Jeongguk, jika pemuda itu melihat Jimin menato badannya, bisa saja pandangan Taehyung terhadap Jimin akan berubah. Taehyung akan menganggap Jimin anak nakal yang liar. Bukan lagi remaja inosen berhati mala...

MUDITA; 81

Ketika Jeongguk mengajaknya keluar pada saat itu, Jimin berpikir mungkin ini adalah pertanda bagus. Dia merasa bahwa keputusannya untuk memberitahu Taehyung tentang perasaan Jeongguk merupakan hal tepat. Hatinya menjadi ringan membayangkan mereka akan pergi jalan-jalan dan makan bersama lalu mengobrol ringan layaknya saudara. Mengunjungi game center berdua, atau sekadar pergi ke toko buku untuk melihat-lihat dan keluar tanpa membeli apa-apa, atau mungkin Jeongguk akan mengajarinya tips memasak dan memotret foto juga bermain musik. Karena Jimin benar-benar payah dalam kegiatan ekstrakurikuler.   Namun yang berada di hadapan Jimin saat ini bukanlah kafe yang bernuansa zozy  dan hangat dalam ekspetasinya, bukan juga game center  yang bisa mereka mainkan sepuas hati, pun buka toko buku dengan aroma khas menenangkan; Jeongguk membawanya ke tempat pembuatan tato. "Gguk?" tanya Jimin agak ragu dan sedikit gelisah. Pandangannya terpatri pada bangunan dengan dominasi hitam da...

MUDITA; 77

Jeongguk  menatap kosong tanah penuh rumput tinggi dan semak di hadapannya. Tangannya terjulur untuk menyibak beberapa dahan, memperlihatkan  batu tegak disisinya yang sebelumnya tertutupi daun-daun. Mendengus samar, Jeongguk kemudian mulai mencabuti belukar rimbun yang menutupi tanah tersebut, total abai dengan keringat mengucur akibat terik dan luka di tangan karena duri tajam dari tanaman liar. Ini bukan hal seberapa. Goresan kecil itu adalah hal yang tidak patut dia cengengkan. Bahkan ketika perih mulai mendera kulit telapak dan jarinya, itu masih sangat jauh  dan tidak sebanding dengan penderitaan yang Jeongguk alami. Hatinya sudah jauh lebih dulu tercabik hancur hingga membusuk. Dan semesta sama sekali tidak memberikan toleransi waktu untuk membiarkan bekas itu kering barang sebentar, terus menimpanya dengan darah segar setiap saat seakan Jeongguk adalah manusia super baja  yang tidak memiliki emosi. Tidak hanya teman-teman dan orang di sekitarnya, bahkan ...

MUDITA; 71

"Gue nyusul temen-temen gue dulu," Taehyung berkata setelah mereka keluar dari kawasan food court  bersama dengan Jimin juga temannya yang memperkenalkan diri sebagai Jung Hoseok; pria supel banyak bicara dan memiliki selera humor sama rendahnya seperti Jimin.  Selesai menonton tadi, ketiganya memutuskan untuk makan lebih dulu karena rasa lapar akibat energi yang lumayan habis menghadapi jumpscare  dari film yang baru saja mereka tonton. Ketiganya ternyata memiliki toleransi rendah terhadap genre horror. Dan Jimin adalah dalang penyebab keringat mengucur di dahi mereka,  padahal ruangan saat itu full AC.  Selagi menunggui Mingyu dan Bambam yang sibuk di   game center, Taehyung memilih berlama-lama di situ, mengemil sambil mengobrol banyak hal random dengan Jimin dan Hoseok yang sama sekali tidak keberatan atas kehadirannya. Meskipun Taehyung belum lama mengenal  Jimin dan bertemu Hoseok baru kali ini, dia dapat merasakan kenyamanan dalam suasana o...

MUDITA; 52

Jika Biologi adalah mata pelajaran kesukaan Taehyung selain Fisika dan Bahasa Indonesia, maka untuk Jeongguk sendiri, dia mengecualikan Penjasorkes dan memutuskan memusuhi semua mata pelajaran sisanya. Apa lagi mata pelajaran itu terkait dengan penjurusan yang dia jalani. Sebenarnya, Jeongguk ingin masuk IPS, namun tuntutan perbandingan dari Bunda yang kerap dia terima membuat Jeongguk mau tidak mau mengikuti Jimin dan turut memilih IPA. Padahal, jelas sekali dia sangat payah dalam hal mengandalkan perhitungan.  Jeongguk lebih menyukai sesuatu yang menyenangkan dan praktek seperti kesenian. Otaknya tidak mampu mengingat letak hormon  Auksin, Giberelin, ataupun Sitokinin  dan semacamnya  pada tempat produksi bagian tumbuhan yang mana dan dengan fungsi serta pengaruh seperti apa terhadap struktur tumbuhan yang tengah dijelaskan oleh guru di depan kelas sekarang. Padahal, baru beberapa saat lalu beliau memberitahu letak-letak titik akuratnya dan Jeongguk yakin dia ...

MUDITA; 51

Jeongguk terbiasa bertindak sendiri. Dia dengan rutin akan mencuci bajunya setiap hari setelah selesai dipakai, memasak makanan untuk disantapnya sendiri dengan menu yang Jeongguk kerap pelajari melalui internet. Sudah terbiasa mengatur dan mengelola jatah uang bulanan yang diberikan sendiri. Melakukan kegiatan membersihkan rumah dan menyetrika baju seminggu sekali sekalipun dia punya opsi untuk loundry  pakaian sebagai jalan cepat agar tidak repot mencuci dan menyetrika yang membuat kerjaannya menjadi double . Namun tentu saja hal itu tidak dia lakukan. Karena memang itu yang dia butuhkan — memangkas waktu luang untuk menepis rasa kesepian. Sehari-hari Jeongguk habiskan dengan memotret pemandangan di sekitanya — hobi yang baru Jeongguk geluti. Kadang dirinya akan iseng bermain make up  jika sedang jenuh, bernyanyi di kamar mandi saat merasa perlu memvokalkan suara yang jarang dia gunakan untuk bicara, berkebun agar badannya tidak kaku akibat terus menerus di rumah, bermain gi...

MUDITA; 24

Jeongguk berusaha mencari posisi barisan paling belakang agar dirinya tidak terlalu terlihat. Dia menunduk, merasa sangat malu karena ini adalah pertama kalinya Jeongguk berada di barisan orang yang bermasalah saat pelaksanaan apel berlangsung. Padahal, acara juga belum dimulai, tapi dia sudah merasa pusing dan kepanasan karena terik matahari tepat mengarah ke barisan ini.  Dari sudut matanya, Jeongguk sekilas dapat melihat Jimin yang masuk ke barisan dengan plang XII MIPA B di depan barisan itu. Eksistensi Jimin tampak begitu mencolok karena kulitnya yang putih bersih, aura anak kaya rayanya,  dan bibir tebalnya yang merah alami. Cantik dan tampan saat bersamaan . Dalam hati, Jeongguk merasakan kecil. Terbersit sedikit perasaan jengkel yang menjalar entah dari mana hingga menusuk dadanya sampai membuat Jeongguk  merasa sesak . Terlebih saat diliriknya Jimin tengah berbincang singkat dan sesekali melempar tawa dengan orang yang berada di samping barisan pe,muda itu. Padah...

MUDITA; 23

Ketika Jeongguk menjejakkan kaki pertama kali memasuki kelas, yang meliputinya adalah perasaan excited  dan sedikit gugup. Excited  karena pada akhirnya dia tidak lagi mendekam di kamar setiap hari dan melakukan hal-hal membosankan. Sedangkan gugup memenuhi rongga dadanya akibat ingatan akan janji tentang topi yang hendak dia pinjamkan pada teman kelasnya Rose pagi tadi melalui pesan teks.  Jeongguk melirik sekitar, mengedarkan pandangannya pada seluruh ruangan kelas dan buru-buru mengalihkan tatapan dengan segera menunduk saat obsidiannya menemukan sosok Rose yang juga sudah ada di tempat duduknya. Wanita itu tengah  sibuk mengobrol dengan Lisa dan Yerin, entah membahas dan menertawakan apa.  Otak Jeongguk kontan bekerja membuat pemikiran tentang betapa tidak sopannya menginterupsi seseorang ketika dia tengah mengobrol dengan orang lainnya. Takutnya, ketimbang berterimakasih pada Jeongguk, Rose justru akan merasa risih atau terganggu. Jadi, Jeongguk m...

Interlude; 247

Taehyung sudah berpikir bahwa ketika Jeongguk membalikkan badannya, yang dia terima adalah sebuah luapan emosi atau tamparan keras dari pemuda itu. Mengingat sikap sembrono dan pemikiran pendek yang selalu Jeongguk tunjukkan setiap kali menghadapi sebuah masalah, pelukan erat tentu bukan hal yang dia ekspetasikan akan didapat dari suaminya "Gguk?" Taehyung berucap bingung, namun tangannya tetap terulur untuk membalas pelukan Jeongguk yang begitu tiba-tiba.  Tubuh pemuda Jeon yang berada di pelukannya bergetar, disusul isak Jeongguk mulai terdengar oleh Taehyung sampai membuatnya makin salah tingkah, "Loh? Sayang, kenapa?"  Taehyung berusaha menarik tubuh Jeongguk agar bisa melihat wajah sang suami, tapi Jeongguk menggeleng keras di pundaknya dan makin mempererat pelukan.  "...jangan dilepas," Jeongguk berucap tersengguk, membersit hidungnya dengan masa bodoh ke fabrik kain Taehyung, "Nangisku jelek." Sikap yang Jeongguk tunjukkan padanya mencipta...

Interlude; 246

Jeongguk menunggu, tangannya yang hendak membuka handle  pintu menggantung di udara. Dia mengurungkan niat untuk keluar dari ruangan, pun tidak berminat membalikkan badan. Jeongguk tidak ingin Taehyung mengetahui sembab di matanya. Jadi, dengan satu tarikan napas, dia lantas menjawab tanpa berniat memutar posisi menatap Taehyung. "Dicium siapa?" Membutuhkan jeda lama untuk Taehyung berkata dengan nada gamang dan menerawang, "Dosen di sini," Taehyung menenggak ludah kelu, "Rekan kerjaku," tuturnya menambahkan keterangan. Ada sakit yang bertalu-talu menghantam rongga dada Jeongguk, menggerogotinya dengan begitu nyeri hingga Jeongguk berusaha keras untuk mengais udara melalui jalur napasnya. Telinganya berdengung dan pandangannya memburam. Selalu begitu. Jeongguk akan susah mengatur kesadarannya ketika dia tengah menahan emosi. Rasanya sangat menyakitkan dan menusuk-nusuk jantungnya dengan teramat perih kala segunung kemarahannya ditekan begitu saja tanpa bis...