Langsung ke konten utama

MUDITA; 77

Jeongguk  menatap kosong tanah penuh rumput tinggi dan semak di hadapannya. Tangannya terjulur untuk menyibak beberapa dahan, memperlihatkan  batu tegak disisinya yang sebelumnya tertutupi daun-daun. Mendengus samar, Jeongguk kemudian mulai mencabuti belukar rimbun yang menutupi tanah tersebut, total abai dengan keringat mengucur akibat terik dan luka di tangan karena duri tajam dari tanaman liar.

Ini bukan hal seberapa. Goresan kecil itu adalah hal yang tidak patut dia cengengkan. Bahkan ketika perih mulai mendera kulit telapak dan jarinya, itu masih sangat jauh dan tidak sebanding dengan penderitaan yang Jeongguk alami. Hatinya sudah jauh lebih dulu tercabik hancur hingga membusuk. Dan semesta sama sekali tidak memberikan toleransi waktu untuk membiarkan bekas itu kering barang sebentar, terus menimpanya dengan darah segar setiap saat seakan Jeongguk adalah manusia super baja yang tidak memiliki emosi. Tidak hanya teman-teman dan orang di sekitarnya, bahkan keseluruhan isi dunia sendiri sudah mengucilkannya. Ketika orang lain berhak untuk mendapat letupan banyak rasa bahagia, langit menjadikan sakit sebagai emosi satu-satunya yang pantas untuk Jeongguk rasakan. 

Jeongguk selalu sendirian.

Jeongguk sedikit meringis ketika duri kecil kembali menggores tangannya, menyebabkan darah menetes hingga terserap tanah yang sudah mulai bersih dari rumput liar. Namun dia tidak peduli. Jeongguk lantas mengambil keranjang kecil yang dibawa sedari tadi. Meraup segenggam bunga mawar merah dari keranjang yang warnanya makin mencolok karna berbaur darah milik Jeongguk lalu menaburkannya dengan senyum tipis. Matanya lantas melirik pada tulisan di batu;

Rest In Peace, Jeon Juhyun. 2013. 

Kemudian, gelak tawa nyaring terdengar. Begitu berisik dan memekakkan.

"Aku kira, kalo Anda udah mati, hidupku bakal bahagia," Jeongguk terkikik geli, menatap tanpa ekspresi pada batu nisan yang dielusnya, "Ternyata, mau Anda hidup atau mati, sama aja."

Jeongguk berdiri, menepuk celana kainnya beberapa kali dan beranjak pergi dengan sebuah kalimat yang mengiringi, "Aku benci Ayah."

Komentar

  1. Wait, apa jk punya trauma masa kecil pas keluarganya msh lengkap terutama hubungannya dgn ayahnya?

    BalasHapus
  2. Sedih bgt, pengen peluk jk 😭
    Jk lo dulu kenapa sih? Lo punya trauma masa kecil apa? Sampe lo kyk gini sekarang? 😭 ayo cerita sm guee

    BalasHapus
  3. Kukiiiii :( sayang kamu banget. Kamu dulu kenapa? Kok bisa sampe kaya gini :( apapun itu pokoknya dimasa depan kamu harus bahagia dan cari kebahagian kamu sendiri.

    BalasHapus
  4. Makin sedih anjir 😭 jadi seumpamanya ayah kookoo masih hidup juga bukan tempatnya bersandar. Trus dia bener-bener sendirian 😭😭

    BalasHapus
  5. pengen peluk gguk,ayo gguk sini peluk mama,mama online sini,mau mama puk puk juga boleh sini sayang sini

    BalasHapus
  6. pengen peluk jeongguk hikd :((((

    BalasHapus
  7. Gak nyambung sama cerita. Tapi aku mau bilang makasih ke kakak. Aku udah lama pengen nangis, akhirnya bisa tersalurkan

    BalasHapus
  8. Penge n peluk gguk asli dah😭💔

    BalasHapus
  9. Gguk gimana bisa bertahan sih? Gue yang baca aja nggk sanggup tau 😭😭😭

    BalasHapus
  10. Please baru chapter brp ini udh nangis aja:((

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUDITA; 246

Jeongguk tidak menyadari bahwa tubuhnya telah merosot ke lantai, air mata merembes melalui celah bulu lentiknya.Tidak ada  sekaan  dan usapan seperti biasa, kali ini Jeongguk membiarkannya tumpah begitu saja, mengalir untuk pertama kalinya dengan mulus melalui pipi hingga turun ke dagu. Rasanya sakit sekali. Dada Jeongguk begitu sesak, seakan tidak ada oksigen untuk bisa dikonsumsi parunya. Setiap taluan pada detak jantungnya mengantarkan denyut nyeri yang menjalar melalui aliran peredaran darahnya, menjadikan tubuh Jeongguk bergetar hebat oleh rasa remuk yang begitu hebat menghujam hatinya.   Jeongguk duduk dan meringkuk, terisak keras. Perkataan Bunda beberapa saat lalu mengawang di telinganya, sakitnya masih sama tiap kali ingatan itu berputar di memori Jeongguk, begitu sesak. Jeongguk sungguh-sungguh tidak mengharapkan kata itu keluar dari mulut Bunda untuk kedua kali. Alasan mengapa Jeongguk menjauh dari rumah, menghindar dari Bunda. Cukup sekali, cukup sekali Jeong...

MUDITA; epilogue (3.5/5)

“ Maaf.” Jeongguk menahan geli ketika keduanya telah berada di kamarnya. Taehyung yang salah tingkah adalah pemandangan menyenangkan untuk dilihat. Mereka baru saja dipergok oleh Nyonya Jeon beberapa saat lalu. Wajah pucat bundanya ketika menatap horor pada dirinya yang nyaris dilucuti oleh Taehyung di tempat terbuka pun masih terbayang di ingatan. Mereka kelabakan sewaktu teriakan Nyonya Jeon memecah suasana sensual di antara keduanya. Taehyung nyaris membuatnya terjerembab saat menurunkan Jeongguk dengan tiba-tiba. Jeongguk setengah menahan malu membenarkan pakaiannya yang tersingkap, sementara Taehyung hanya menyengir seperti orang kelimpungan dan mengucapkan hai canggung yang jelas dibalas delikan oleh Nyonya Jeon. “Kenapa minta maaf?” Jeongguk tergelak, mengambil posisi duduk di atas kasur menghadap Taehyung. Taehyung membuang napas keras-keras, “Yang tadi itu kelepasan.” Jeongguk mengangkat bahu tidak peduli, “Santai aja,” jawabnya ringan, “Bunda kaget doang pasti waktu tau anakn...

“The Moon and The Beautiful”

  “Aku mendapat pesan dari Namjoon  Hyung  beberapa saat lalu.” “ Hm ?” “Dia mencarimu, katanya kau menolak panggilannya dan tidak membuka pesan yang dia kirim.” “Aku menolak panggilannya?” “Ya, dan dia memintamu untuk ke ruangan kerjanya sekarang, ada yang ingin dibicarakan denganmu.” “Siapa?” “Namjoon  Hyung. ” “Apa katanya?” Sang lawan bicara — Jeongguk mulai merasa kesal, dia mendecih dan memutar bola mata jengah, menyaringkan nada bicaranya dan menekan setiap kata pada kalimatnya, “ Dia. Ingin. Kau. Ke. Ruangan. Kerjanya. Sekarang. ” “Namjoon  Hyung ?” Jeongguk menarik napas, setengah membanting stik  game- nya, ia kemudian bangkit dan melangkah menghampiri Taehyung. Pria besar itu tengah berbaring di sofa sejak beberapa jam lalu dengan pandangan fokus pada ponsel pintarnya. Dia bahkan mengabaikan Jeongguk ketika ditawari ajakan bermain  overwatch  bersama dan menolak panggilan serta tidak membaca pesan pribadi maupun pe...