Jeongguk menatap kosong tanah penuh rumput tinggi dan semak di hadapannya. Tangannya terjulur untuk menyibak beberapa dahan, memperlihatkan batu tegak disisinya yang sebelumnya tertutupi daun-daun. Mendengus samar, Jeongguk kemudian mulai mencabuti belukar rimbun yang menutupi tanah tersebut, total abai dengan keringat mengucur akibat terik dan luka di tangan karena duri tajam dari tanaman liar.
Ini bukan hal seberapa. Goresan kecil itu adalah hal yang tidak patut dia cengengkan. Bahkan ketika perih mulai mendera kulit telapak dan jarinya, itu masih sangat jauh dan tidak sebanding dengan penderitaan yang Jeongguk alami. Hatinya sudah jauh lebih dulu tercabik hancur hingga membusuk. Dan semesta sama sekali tidak memberikan toleransi waktu untuk membiarkan bekas itu kering barang sebentar, terus menimpanya dengan darah segar setiap saat seakan Jeongguk adalah manusia super baja yang tidak memiliki emosi. Tidak hanya teman-teman dan orang di sekitarnya, bahkan keseluruhan isi dunia sendiri sudah mengucilkannya. Ketika orang lain berhak untuk mendapat letupan banyak rasa bahagia, langit menjadikan sakit sebagai emosi satu-satunya yang pantas untuk Jeongguk rasakan.
Jeongguk selalu sendirian.
Jeongguk sedikit meringis ketika duri kecil kembali menggores tangannya, menyebabkan darah menetes hingga terserap tanah yang sudah mulai bersih dari rumput liar. Namun dia tidak peduli. Jeongguk lantas mengambil keranjang kecil yang dibawa sedari tadi. Meraup segenggam bunga mawar merah dari keranjang yang warnanya makin mencolok karna berbaur darah milik Jeongguk lalu menaburkannya dengan senyum tipis. Matanya lantas melirik pada tulisan di batu;
Rest In Peace, Jeon Juhyun. 2013.
Kemudian, gelak tawa nyaring terdengar. Begitu berisik dan memekakkan.
"Aku kira, kalo Anda udah mati, hidupku bakal bahagia," Jeongguk terkikik geli, menatap tanpa ekspresi pada batu nisan yang dielusnya, "Ternyata, mau Anda hidup atau mati, sama aja."
Jeongguk berdiri, menepuk celana kainnya beberapa kali dan beranjak pergi dengan sebuah kalimat yang mengiringi, "Aku benci Ayah."
Wait, apa jk punya trauma masa kecil pas keluarganya msh lengkap terutama hubungannya dgn ayahnya?
BalasHapus:((((
BalasHapusNANGIS :(
BalasHapusSedih bgt, pengen peluk jk 😭
BalasHapusJk lo dulu kenapa sih? Lo punya trauma masa kecil apa? Sampe lo kyk gini sekarang? 😭 ayo cerita sm guee
pengen peluk jeongguk:(
BalasHapusKukiiiii :( sayang kamu banget. Kamu dulu kenapa? Kok bisa sampe kaya gini :( apapun itu pokoknya dimasa depan kamu harus bahagia dan cari kebahagian kamu sendiri.
BalasHapus😭😭😭😭😭😭
BalasHapusHEH PLOT TWIST TIBA2 KETAWA
BalasHapusMakin sedih anjir 😭 jadi seumpamanya ayah kookoo masih hidup juga bukan tempatnya bersandar. Trus dia bener-bener sendirian 😭😭
BalasHapusJungkookie :(
BalasHapuspengen peluk gguk,ayo gguk sini peluk mama,mama online sini,mau mama puk puk juga boleh sini sayang sini
BalasHapuspengen peluk jeongguk hikd :((((
BalasHapusNanghs aku gks kuat...
BalasHapusGak nyambung sama cerita. Tapi aku mau bilang makasih ke kakak. Aku udah lama pengen nangis, akhirnya bisa tersalurkan
BalasHapusPenge n peluk gguk asli dah😭💔
BalasHapusGguk gimana bisa bertahan sih? Gue yang baca aja nggk sanggup tau 😭😭😭
BalasHapuspengen peluk jk🥺
BalasHapus😭
BalasHapus(sending hug for ggukie)
BalasHapusPlease baru chapter brp ini udh nangis aja:((
BalasHapusaduh..
BalasHapusggukie🥺🥺🫂
BalasHapusaku kembali lagi gguk
BalasHapus