Langsung ke konten utama

Interlude; 58

Mimpi sudah berada di pelupuk mata Jeongguk setelah dia berusaha keras memejamkan matanya sejak dua jam lalu, tapi tepukan pelan pada pundaknya disertai panggilan 'Jeongguk, bangun' sontak membuat Jeongguk tersadar total. 

"Siapa?" desaunya dengan suara serak. Jeongguk menyipitkan mata, badannya setengah terangkat untuk memastikan sosok yang menganggu tidurnya.

Kim Taehyung.

Jeongguk sepenuhnya telah dalam posisi duduk. Mengucek matanya sekilas, dia memandangi Taehyung yang berjongkok di hadapannya dengan senter menyala. Pemuda itu  meletakkan telunjuknya pada bibir ketika Jeongguk hendak membuka suara lagi, memberi isyarat pada Jeongguk untuk tidak berisik. 

"Ikut saya," bisiknya pelan sebelum kemudian bangkit berdiri dan turun dari shelter tanpa menunggu jawaban. 

Jeongguk mengusap wajahnya beberapa kali, menguap lebar-lebar dan menggaruk pipinya. Otaknya masih memproses keadaan ketika tangannya bergerak meraba-raba senter di sampingnya. Tidak lupa , dia membawa serta sarung yang disampirkan pada pundak. Setengah malas, Jeongguk lalu menjulurkan kaki, dia sedikit bergidik saat merasakan alas kakinya yang basah karena embun bersentuhan dengan kulit telapaknya. 

"Lo mau bawa gue kemana?" Jeongguk berkata setelah mereka sudah mulai jauh dari shelter. Dia menyembunyikan tangannya dibalik fabrik sarung. 

Sebenarnya, Jeongguk suka dingin. Tapi dia tidak suka jika dinginnya harus seekstrim ini. Itu hanya akan membuatnya terbatuk-batuk dan kulit tubuhnya akan terasa gatal.  Tapi bahkan sekalipun dirinya sudah menggigil, Taehyung tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Pemuda itu terus membawanya memasuki hutan lebih jauh lagi.

"Taehyung." Jeongguk setengah berlari menyusul Taehyung, menyejajarkan posisinya dengan pria itu. "Kita mau kemana sih, anjir."

"Nanti juga kamu tahu."

Jawaban yang sangat tidak membantu sama sekali dari mulut Taehyung membuat Jeongguk berhenti melangkah. Taehyung yang menyadari hal itu turut ikut berhenti. 

"Kenapa kamu? Kita belum sampai."

"Lo yang kenapa." Jeongguk menyeru kesal, "Seenggaknya kalo mau ngajak gue jalan jauh gini tuh, kasih tau kita bakal kemana," deliknya pada Taehyung, "Lo ganggu waktu tidur gue."

Mengabaikan ocehan yang Jeongguk katakan, Taehyung bertanya lagi, "Kamu sudah lelah?" 

Jeongguk menggeleng, "Dingin bego," dia berucap bersungut-sungut, "Lo mau kemana, sih? Minta ditemenin kencing? Atau buang air besar?"

Di sampingnya, Taehyung mendengus atas ucapan Jeongguk, "Bukan. Kalau untuk itu, saya bisa melakukannya sendiri, tidak perlu ditemani."

"Terus apa?" desak Jeongguk.

"Nanti juga kamu akan tahu, Jeongguk." Taehyung menjawab dengan kalimat yang sama.

Jeongguk rasanya ingin menampar Taehyung karena telah menciptakan perkara hingga membuat dia kesal di tengah malam begini. 

"Kalo lo nggak jelasin, gue balik aja, lah," Jeongguk berkata jengkel, "Mending gue tidur."

Dia memutar badannya, berniat untuk beranjak pergi kembali ke shelter ketika Taehyung dengan tiba-tiba menahan pergelangannya. Menjadikan Jeongguk terlonjak kaget oleh sentuhan yang tidak dia antisipasi akan terjadi dari seorang Kim Taehyung.

Jeongguk sangat amat jarang melakukan skinship dengan Taehyung. Bahkan mungkin tidak pernah

Jadi, saat telapak tangan besar pemuda itu menyentuh permukaan kulitnya,melingkar dengan anehnya begitu pas di sana,  Jeongguk tanpa bisa dicegah merasa merinding. Bulu kuduknya berdiri hingga dia gemetar. Menanggapi respon seperti itu pada sistem saraf dan organ fisiknya, hati Jeongguk terus berkata bahwa reaksi tidak masuk akal tadi hanya berasal dari semilir angin yang semakin kencang menerpa dirinya. 

Sebuah respon alamiah, pikirnya, mencoba menegaskan  jawaban dengan penuh keyakinan pada pola pikirnya sendiri sekalipun Jeongguk sebenarnya meragu

Karena, bagaimana bisa angin dapat memberikan sensasi hangat seperti ini..

"Sebentar lagi sampai."

"Tapi gue dingin, Taehyung." Jeongguk sedikit terbatuk ketika angin seolah menusuk lehernya. 

"Apa kamu barusan sedang berpura-pura?"

"Hah?"

"Batukmu tadi."

 "Ngapain juga pura-pura."

"Tapi tadi kamu tidak ada batuk," Taehyung berkata, menatap sangsi ke arah Jeongguk, "Apa kamu sedang membuat alasan agar bisa kembali ke shelter, Jeongguk?" terkanya,  "Ayah kamu berkata ke saya kalau kamu itu  paling pintar membuat kebohongan dan berkelit."

Taehyung lalu melirik sekeliling, berusaha mengenali setiap sudut wilayah dengan penglihatan temaram yang seadanya, "Sudah saya bilang, sebentar lagi sampai."

Jeongguk mendadak emosi mendengar ucapan yang Taehyung lontarkan. "Ya emang kalo gue batuknya baru aja itu artinya pura-pura?" Jeongguk berusaha melepaskan cengkraman, namun yang ada justru pergelangannya terasa sakit. 

"Sumpah, Taehyung. Badan gue toleransinya rendah sama dingin ekstrim begini." 

Dan Jeongguk merasa dirinya mendadak ling-lung ketika tangan yang masih mencengkram lengannya itu tiba-tiba turun ke telapaknya sendiri, menggenggam jemari Jeongguk yang terasa mungil dalam kungkungannya sebelum menariknya untuk masuk ke kantong hoodie

"Apa sudah hangat?" Taehyung berkata lembut, mengusap-usap pelan jemari Jeongguk di dalam sana, mencoba menyalurkan panas dalam tubuhnya pada pemuda di hadapannya. 

Ketika tidak ada jawaban dari sosok yang diajak bicara, Taehyung menghela napas, memutuskan untuk menjelaskan kepada Jeongguk. "Saat saya mencari kayu dengan Hoseok Hyung tadi, kami tidak  sengaja menemukan bangunan tinggi; mungkin semacam marcusuar buatan warga untuk mengawasi sekitar pulau." Taehyung lalu mengarahkan senternya ke sekeliling dengan tangannya yang lain, "Harusnya sudah dekat, mungkin sekitar sepuluh meteran lagi." 

Taehyung melirik Jeongguk yang masih tidak bersuara. "Jeongguk?" panggilnya, "Kamu tidak ingin ke sana, ya? Mau kembali ke shelter?" tanyanya memastikan, jemarinya masih mengelusi Jeongguk tanpa sadar, "Maaf sudah membawamu malam-malam begini. Saya tidak bisa tidur, dan saya lihat kamu juga masih bergerak-gerak, jadi saya pikir kamu juga masih terjaga. "

Taehyung menatap Jeongguk yang balik memandang kosong ke arahnya, pemuda itu masih membisu."Kalau begitu, saya antar ke shelter. Mungkin saya akan mengajak yang lain saja besok saat sudah siang."

Namun, sebelum Taehyung  sempat melakukan apa-apa, Jeongguk buru-buru menahan pergerakan Taehyung. Dia mengerjapkan matanya dan dengan setengah gugup berkata, "..nggak, lanjut aja," balasnya kikuk. Jeongguk berdeham dua kali karena merasakan tenggorokannya yang kering tiba-tiba. "Udah deket juga kan, kata lo?"


Komentar

  1. Saya mencium bau bau anu ๐ŸŒš

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aww, anda jangan bikin saya anu juga dong ๐Ÿ‘€

      Hapus
  2. Hmmmmmm... taehyung makin nginjak gas rupanya .. ๐Ÿ˜

    BalasHapus
  3. Uwaaawww๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ

    BalasHapus
  4. Itu hmmm jari2 tanganku merasa iri ๐Ÿ™‚๐Ÿ™‚๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ

    BalasHapus
  5. Gass di atas marcusuar mantap mantap

    BalasHapus
  6. Hemmmm๐ŸŒš๐ŸŒš๐ŸŒš mangkin berani ya

    BalasHapus
  7. ((Apa sudah hangat?)) Hmmmm taehyung sa ae lo wkwk

    BalasHapus
  8. Bagaimana cara mengekpresikan cinta ala taekook wkwk
    Kalian gemes bangt :((

    BalasHapus
  9. Tolong yaa pak kim, anda jangan bkin hati saya ambyar dong๐Ÿ˜ญ

    BalasHapus
  10. Please gabisa gini aku gabisa ๐Ÿ˜ญ

    BalasHapus
  11. GEMES๐Ÿ˜”๐Ÿ˜”๐Ÿ˜”

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUDITA; 246

Jeongguk tidak menyadari bahwa tubuhnya telah merosot ke lantai, air mata merembes melalui celah bulu lentiknya.Tidak ada  sekaan  dan usapan seperti biasa, kali ini Jeongguk membiarkannya tumpah begitu saja, mengalir untuk pertama kalinya dengan mulus melalui pipi hingga turun ke dagu. Rasanya sakit sekali. Dada Jeongguk begitu sesak, seakan tidak ada oksigen untuk bisa dikonsumsi parunya. Setiap taluan pada detak jantungnya mengantarkan denyut nyeri yang menjalar melalui aliran peredaran darahnya, menjadikan tubuh Jeongguk bergetar hebat oleh rasa remuk yang begitu hebat menghujam hatinya.   Jeongguk duduk dan meringkuk, terisak keras. Perkataan Bunda beberapa saat lalu mengawang di telinganya, sakitnya masih sama tiap kali ingatan itu berputar di memori Jeongguk, begitu sesak. Jeongguk sungguh-sungguh tidak mengharapkan kata itu keluar dari mulut Bunda untuk kedua kali. Alasan mengapa Jeongguk menjauh dari rumah, menghindar dari Bunda. Cukup sekali, cukup sekali Jeong...

MUDITA; epilogue (3.5/5)

“ Maaf.” Jeongguk menahan geli ketika keduanya telah berada di kamarnya. Taehyung yang salah tingkah adalah pemandangan menyenangkan untuk dilihat. Mereka baru saja dipergok oleh Nyonya Jeon beberapa saat lalu. Wajah pucat bundanya ketika menatap horor pada dirinya yang nyaris dilucuti oleh Taehyung di tempat terbuka pun masih terbayang di ingatan. Mereka kelabakan sewaktu teriakan Nyonya Jeon memecah suasana sensual di antara keduanya. Taehyung nyaris membuatnya terjerembab saat menurunkan Jeongguk dengan tiba-tiba. Jeongguk setengah menahan malu membenarkan pakaiannya yang tersingkap, sementara Taehyung hanya menyengir seperti orang kelimpungan dan mengucapkan hai canggung yang jelas dibalas delikan oleh Nyonya Jeon. “Kenapa minta maaf?” Jeongguk tergelak, mengambil posisi duduk di atas kasur menghadap Taehyung. Taehyung membuang napas keras-keras, “Yang tadi itu kelepasan.” Jeongguk mengangkat bahu tidak peduli, “Santai aja,” jawabnya ringan, “Bunda kaget doang pasti waktu tau anakn...

“The Moon and The Beautiful”

  “Aku mendapat pesan dari Namjoon  Hyung  beberapa saat lalu.” “ Hm ?” “Dia mencarimu, katanya kau menolak panggilannya dan tidak membuka pesan yang dia kirim.” “Aku menolak panggilannya?” “Ya, dan dia memintamu untuk ke ruangan kerjanya sekarang, ada yang ingin dibicarakan denganmu.” “Siapa?” “Namjoon  Hyung. ” “Apa katanya?” Sang lawan bicara — Jeongguk mulai merasa kesal, dia mendecih dan memutar bola mata jengah, menyaringkan nada bicaranya dan menekan setiap kata pada kalimatnya, “ Dia. Ingin. Kau. Ke. Ruangan. Kerjanya. Sekarang. ” “Namjoon  Hyung ?” Jeongguk menarik napas, setengah membanting stik  game- nya, ia kemudian bangkit dan melangkah menghampiri Taehyung. Pria besar itu tengah berbaring di sofa sejak beberapa jam lalu dengan pandangan fokus pada ponsel pintarnya. Dia bahkan mengabaikan Jeongguk ketika ditawari ajakan bermain  overwatch  bersama dan menolak panggilan serta tidak membaca pesan pribadi maupun pe...