Langsung ke konten utama

Interlude; 245

Ketika Jeongguk memasuki ruangan Taehyung, wanita itu sudah tidak ada di sana. Yang ada hanya Taehyung yang masih duduk di kursinya dengan wajah ditekuk sempurna. 

"Kenapa kamu?" Jeongguk berusaha bersikap biasa pada Taehyung, mengeluarkan bekal makan siang yang dia bawa tadi dan membukanya.

"Kenapa lama banget, Gguk?" Taehyung balas bertanya dengan nada bicara yang sama sekali tidak ramah dan tengah menahan kesal. 

Jeongguk menggigit bibirnya, mengusahakan pernapasannya berjalan dengan normal ketika dia menyahut singkat, "Tadi macet."

"Kenapa nggak bilang?" tanya Taehyung cepat, "Kenapa kamu bikin aku nunggu lama?"

"Ponselku mati," Jeongguk berkilah. 

"Kan bisa di-charge di mobil."

"Kabel datanya ketinggalan."

Taehyung membuang napas kasar, dia melirik bekal yang Jeongguk letakkan di atas meja, tangannya terulur untuk menyentuh isinya dengan jari dan sesaat kemudian  berdecak ketika merasakan bahwa makanan itu sudah dingin, "Bawa pulang aja," Taehyung menutup box makanan itu, "Aku udah nggak nafsu."

Mendengarnya, Jeongguk merasa tersinggung dan ikut kesal,"Aku bawa ke sininya itu capek," Jeongguk membuka lagi box makanan yang tadinya ditutup Taehyung, "Makan, Taehyung," disodorkannya box itu ke arah Taehyung, "Makan kalo kamu masih ngehargain aku sebagai suami kamu."

Dengan malas, Taehyung meraih sendok dan garpu di sisi box, memasukkan daging dan sayur ke dalam mulutnya, menelan dengan kasar, sebelum menaruh garpu dan sendok di atas box yang masih terisi banyak sekali makanan.

"Udah, kan?" ujar Taehyung, mengambil botol minum dan menenggak beberapa kali tegukan, "Sekarang kamu pulang."

"Kamu baru nyuap satu kali," Jeongguk menggeritkan giginya menahan rasa marah yang sudah dia coba tekan sedari tadi, "Katanya laper banget, kenapa makannya malah dikit?"

"Kan aku bilang udah nggak nafsu."

"Kamu ngambek gara-gara aku lama?" terka Jeongguk, matanya berusaha menangkap hazel kembar Taehyung,"Macet nggak bisa aku handle Taehyung, jalanan bukan punyaku. Kota ini bukan milik Ayah aku," llirihnya dengan nada lelah. 

Hening menyergap selama beberapa saat ketika Jeongguk kemudian berujar lagi dengan begitu lirih, "Kamu ada masalah?" tanyanya takut-takut. Dalam hati, Jeongguk sangat amat berharap Taehyung akan menceritakan tentang hal yang beberapa saat lalu tertangkap matanya; hal yang kemungkinan juga menjadi penyebab perubahan mood dari suaminya ini. 

Jeongguk ingin tahu apakah suaminya akan berani menceritakan hal tadi padanyaatau bersikap seperti biasa dengan menyembunyikan segalanya untuk dirinya sendiri.

"Taehyung?" Jeongguk memanggil sekali lagi ketika tidak mendapati jawaban atas pertanyaannya barusan, "Hari kamu nggak berjalan baik?"

Cukup lama Taehyung termenung, dan Jeongguk menunggu dengan kecemasan dalam dirinya mengenai jawaban yang akan Taehyung utarakan. Dalam hati dia terus merapalkan 'please jangan bohong' berpuluh-puluh kali dengan harapan bahwa Taehyung akan berterus terang padanya. Sekalipun nanti semua ini akan berakhir buruk, setidaknya mereka mulai bisa merubah kebiasaan buruk masing-masing dan sama-sama saling belajar untuk ke depannya. Entah ini akan berujung perpisahan, tapi paling tidak, mereka berpisah dengan cara yang dewasa.

Lalu, sebuah senyum tipis dan gelengan pelan dari Taehyung dia dapatkan. "Nggak ada apa-apa," Taehyung berkata singkat, "Hariku lancar, seperti biasa."

Dan Jeongguk hanya balas tersenyum terhadap jawaban yang Taehyung berikan. 

Lantas, dia memutuskan bahwa pergi memang pilihan yang tepat. Tidak hal yang bisa diselamatkan dari pernikahan mereka jika Taehyung juga memilih bungkam. 

Padahal, Jeongguk sudah berusaha untuk merubah dirinya. Tapi Taehyung nyatanya tetap sama.

Jeongguk lalu membereskan box makan Taehyung dengan tangan yang gemetar, "Kalo gitu, makanannya aku bawa pulang aja," katanya tanpa berusaha melihat ke arah Taehyung, "Kamu habis ini lanjut ngajar, kan?" setengah tergesa dikeluarkan laptop dari ransel masih dengan wajah menunduk, menyembunyikan air matanya yang mencoba turun, "Aku mau balik, Rana pasti udah nyariin."

Setelahnya, Jeongguk berbalik cepat, tidak ingin membiarkan Taehyung yang melihatnya menangis dan terus menahan isaknya hingga dia sudah mencapai pintu ruangan. Namun kemudian, sebuah suara dari Taehyung membuat langkahnya berhenti.

"Gguk, aku tadi dicium sama orang."

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. makna dari dicium sama ciuman itu beda, mari kita simak

    BalasHapus
  3. Dicium atau ciuman nih? Beda makna loh kim :)

    BalasHapus
  4. tolak dong sayang taehyung manis cinta tingk😉
    yuk cerita yuk jangan ada bohong lagi yuk anak pintar😉

    BalasHapus
  5. mau ngetik apa lagi ya, udh ga sanggup :)

    BalasHapus
  6. masa gabisa ngehindar tae? tu cewe tenaganya macam titan apa?!

    BalasHapus
  7. Pelajaran buatt tar nikah nii uyyy

    BalasHapus
  8. Yang mau boong taehyung, tapi yng deg deg kan aku😭😭😭

    BalasHapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  10. KASIAN GGUK😭😭😭😭😭😭😭😭

    BalasHapus
  11. DICIUM TAPI DIEM AJA GITU?😃😃😃😃😃😃😃

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUDITA; 246

Jeongguk tidak menyadari bahwa tubuhnya telah merosot ke lantai, air mata merembes melalui celah bulu lentiknya.Tidak ada  sekaan  dan usapan seperti biasa, kali ini Jeongguk membiarkannya tumpah begitu saja, mengalir untuk pertama kalinya dengan mulus melalui pipi hingga turun ke dagu. Rasanya sakit sekali. Dada Jeongguk begitu sesak, seakan tidak ada oksigen untuk bisa dikonsumsi parunya. Setiap taluan pada detak jantungnya mengantarkan denyut nyeri yang menjalar melalui aliran peredaran darahnya, menjadikan tubuh Jeongguk bergetar hebat oleh rasa remuk yang begitu hebat menghujam hatinya.   Jeongguk duduk dan meringkuk, terisak keras. Perkataan Bunda beberapa saat lalu mengawang di telinganya, sakitnya masih sama tiap kali ingatan itu berputar di memori Jeongguk, begitu sesak. Jeongguk sungguh-sungguh tidak mengharapkan kata itu keluar dari mulut Bunda untuk kedua kali. Alasan mengapa Jeongguk menjauh dari rumah, menghindar dari Bunda. Cukup sekali, cukup sekali Jeong...

MUDITA; epilogue (3.5/5)

“ Maaf.” Jeongguk menahan geli ketika keduanya telah berada di kamarnya. Taehyung yang salah tingkah adalah pemandangan menyenangkan untuk dilihat. Mereka baru saja dipergok oleh Nyonya Jeon beberapa saat lalu. Wajah pucat bundanya ketika menatap horor pada dirinya yang nyaris dilucuti oleh Taehyung di tempat terbuka pun masih terbayang di ingatan. Mereka kelabakan sewaktu teriakan Nyonya Jeon memecah suasana sensual di antara keduanya. Taehyung nyaris membuatnya terjerembab saat menurunkan Jeongguk dengan tiba-tiba. Jeongguk setengah menahan malu membenarkan pakaiannya yang tersingkap, sementara Taehyung hanya menyengir seperti orang kelimpungan dan mengucapkan hai canggung yang jelas dibalas delikan oleh Nyonya Jeon. “Kenapa minta maaf?” Jeongguk tergelak, mengambil posisi duduk di atas kasur menghadap Taehyung. Taehyung membuang napas keras-keras, “Yang tadi itu kelepasan.” Jeongguk mengangkat bahu tidak peduli, “Santai aja,” jawabnya ringan, “Bunda kaget doang pasti waktu tau anakn...

“The Moon and The Beautiful”

  “Aku mendapat pesan dari Namjoon  Hyung  beberapa saat lalu.” “ Hm ?” “Dia mencarimu, katanya kau menolak panggilannya dan tidak membuka pesan yang dia kirim.” “Aku menolak panggilannya?” “Ya, dan dia memintamu untuk ke ruangan kerjanya sekarang, ada yang ingin dibicarakan denganmu.” “Siapa?” “Namjoon  Hyung. ” “Apa katanya?” Sang lawan bicara — Jeongguk mulai merasa kesal, dia mendecih dan memutar bola mata jengah, menyaringkan nada bicaranya dan menekan setiap kata pada kalimatnya, “ Dia. Ingin. Kau. Ke. Ruangan. Kerjanya. Sekarang. ” “Namjoon  Hyung ?” Jeongguk menarik napas, setengah membanting stik  game- nya, ia kemudian bangkit dan melangkah menghampiri Taehyung. Pria besar itu tengah berbaring di sofa sejak beberapa jam lalu dengan pandangan fokus pada ponsel pintarnya. Dia bahkan mengabaikan Jeongguk ketika ditawari ajakan bermain  overwatch  bersama dan menolak panggilan serta tidak membaca pesan pribadi maupun pe...