Langsung ke konten utama

MUDITA; 51

Jeongguk terbiasa bertindak sendiri. Dia dengan rutin akan mencuci bajunya setiap hari setelah selesai dipakai, memasak makanan untuk disantapnya sendiri dengan menu yang Jeongguk kerap pelajari melalui internet. Sudah terbiasa mengatur dan mengelola jatah uang bulanan yang diberikan sendiri. Melakukan kegiatan membersihkan rumah dan menyetrika baju seminggu sekali sekalipun dia punya opsi untuk loundry pakaian sebagai jalan cepat agar tidak repot mencuci dan menyetrika yang membuat kerjaannya menjadi double. Namun tentu saja hal itu tidak dia lakukan. Karena memang itu yang dia butuhkanmemangkas waktu luang untuk menepis rasa kesepian.

Sehari-hari Jeongguk habiskan dengan memotret pemandangan di sekitanyahobi yang baru Jeongguk geluti. Kadang dirinya akan iseng bermain make up jika sedang jenuh, bernyanyi di kamar mandi saat merasa perlu memvokalkan suara yang jarang dia gunakan untuk bicara, berkebun agar badannya tidak kaku akibat terus menerus di rumah, bermain gitar sebagai hiburan; yang mana semuanya dia lakukan sendiri.

Jeongguk berpikir bahwa dia tidak punya waktu untuk bergantung dengan orang lain. 

Hidup Jeongguk sangat terstruktur, dia tidak akan membiarkan kecerobohan membuatnya harus meminta tolong. Bahkan sekalipun Jeongguk tahu bahwa dia lemah dalam bidang akademik, Jeongguk memilih persetan dan enggan menanyakan perihal tugas sekolah kepada teman-temannya ketika dia merasa tidak memahami penjelasan guru saat di kelas dan berujung memilih mengerjakan asal. Kadang, dia juga sering tertinggal informasi mengenai kisi-kisi ulangan, kegiatan kelompok, atau sekadar contekan dari beberapa orang yang dengan baik hati membagikan hasil tugas mereka untuk disalin. Beberapa kali, ketika sudah merasa sangat putus asa, Jeongguk memutuskan mencoba untuk bertanya, tapi respon masam sering kali dia dapatkan meskipun pada akhirnya dia tetap diberi penjelasanyang setengah-setengah.

Jeongguk berpikir, hal itu wajar saja terjadi, mengingat dia juga jarang sekali berinteraksi dengan mereka dan nampak sok akrab ketika sudah ada tugas sekolah. Tapi, sisi positifnya, ketika ada tugas kelompok, Jeongguk sering mendapat kerjaan yang mudah-mudah; misal hanya mencari latar belakang pada karya ilmiah, atau membuat kesimpulan dan saran. 

Namun tetap saja, kerja kelompok adalah hal yang tidak terlalu Jeongguk sukai. Karena saat itulah dia akan merasa sangat diasingkan dan tidak dibutuhkan. Yang menyakitkan, kadang ketika dia sudah dengan susah payah mencari materi untuk disetor pada editor karya ilmiah kelompok mereka, tidak jarang materi milik Jeongguk justru tidak dimasukkan. 

Kesimpulannya, mereka hanya ingin membuat Jeongguk bekerja agar tidak menumpang nama saja.

Maka, ketika insiden topinya yang tertinggal saat pelaksanaan apel senin lalu itu terjadi, tentu saja hal tersebut membuat  keterstrukturan hidup yang Jeongguk gaungi menjadi goyah. Dia merasa kecolongan. Ini terjadi sebab kala itu Jeongguk benar-benar dikejar waktu dan kerepotan memasakkan Jimin makanan sehat sementara di sisi lain dirinya harus segera pergi pagi-pagi sekali agar mendapat bangku paling belakang. Dia ingin melewati makan pagi, namun dirinya juga tidak mau menerima omelan menyakitkan dari Bunda karena lupa memberi makanan kepada kesayangannya

Jadi, dia berujung teledor dan melupakan satu topi yang masih tergantung di palang pintu hingga membuat topi Taehyung berada di tangannya seperti sekarang ini.

Jeongguk tidak pernah merasa sebegitu gugup hanya karena perkara sepele mengenai dirinya yang ingin mengembalikan sebuah barang yang dia pinjam kepada seseorang. Karena dirinya memang tidak pernah dipinjami apapun dan merepotkan siapapun.

Jeongguk menggigit bibir, menatap sekilas sosok Taehyung yang sudah ada di bangkunya pagi-pagi sekali dan bermain game. Otak Jeongguk mengambil kesimpulan bahwa Taehyung kemungkinan sedang mengincar wifi kelas yang masih lancar ketika pagi hari. Memikirkannya membuat Jeongguk menarik sedikit senyum dibibirnya dengan serangkaian pemikiran bahwa jika Taehyung dan dirinya nanti menjalin hubungan dekat, Jeongguk akan mengajak Taehyung menginap dirumahnya dengan sogokan wifi lancar kapanpun pemuda itu ingin main game.

Ketika kesadarannya kembali, Jeongguk lalu menaruh cepat-cepat topi tersebut ke atas meja Taehyung dan mengucapkan kata 'makasih' singkat dan pelan sebelum dengan segera berjalan ke sisi lain dan menarik kursinya tanpa menunggu jawaban dari Taehyung. 

Jeongguk lantas pura-pura sibuk mengambil ponsel dan mencolokkan earphone lalu menempelkan ke telinga. Memutar musik random pada playlist favoritnya dan menyaringkan volume hingga maksimal sementara logikanya terbang mengawang memikirkan banyak hal—yang delapan puluh persen berisi khayalan tentang Kim Taehyung.

Aktifitasnya terhenti sesaat lonceng berbunyi. Jeongguk dengan cepat melepas earphone kemudian memasukkan ponsel ke dalam ranselnya. Mengeluarkan buku catatan serta kotak pensil lalu memejamkan mata dan menyatukan kedua tangannya untuk berdoa singkat.

Di posisinya, Taehyung juga mengeluarkan aplikasi game yang sedang dia mainkan, beralih membuka pesan group tongkrongannya dan meletakkan ponsel ke atas meja setelah membalas pesan beberapa saat. 

Pandangannya lalu sekilas tertuju pada Jeongguk yang dengan khusuyuk berdoa. Dan ketika pemuda itu membuka mata, Taehyung dengan ringkas berkata, "Sama-sama."

Jeongguk tertegun sejenak, sedikit tersentak karena suara favorit yang biasa dia dengar digunakan untuk mengobrol dengan orang lain itu kini tengah mengajaknya bicara. 

Dia ingin melanjutkan percakaan itu, namun apa yang bisa dilakukan ketika kalimat yang Taehyung ucapkan hanya 'sama-sama'?

Lantas, saat Jeongguk memutuskan menyerah dan membiarkan saja kalimat tadi menjadi angin lalu, kalimat lain yang tak terduga datang menyusul"Lo suka Waterparks, ya?"

"Eh?" Jeongguk terkesirap, tidak menyangka Taehyung yang selama ini tidak pernah membuka suara dengannya tiba-tiba menanyakan hal itu.

"Iya," jawab Jeongguk setengah ragu dan mengangguk singkat. Sebuah kerutan samar tercipta di dahinya.

Dari mana Taehyung tahu?

"Lo pake earphone suaranya nyaring banget," ujar Taehyung seolah mendengar kata hati Jeongguk. Pemuda itu lalu menyentuh sekilas daun telinganya, "Kedengeran sampe telinga gue, padahal gue lagi main game tadi."

Sontak, Jeongguk diliputi perasaan malu dan sedikit bersalah atas perkataan Taehyung yang ditujukan padanya barusan. Wajahnya berubah setengah panik, kata maaf pun sudah hendak keluar dari mulutnya.

sebelum  ditimpali lebih dulu oleh Taehyung, "Gak papa, gue juga suka lagu berisik kok."

Seharusnya Jeongguk bisa mengobrol lebih banyak dengan Taehyung dan memanfaatkan kesempatan langka itu, namun guru mata pelajaran Biologi mereka yang killer setengah mampus sudah memasuki ruang kelas, menciptakan komunikasi singkat itu berakhir di pihak Taehyung.


Komentar

  1. Orng kaykuk mmng sering ada. Salah satunya aku. Paling sulit membuka obrolan dengan org lain, dan sering negatif thinking. Berbagai macam spekulasi mulai ada di otak, gimana kalo seandainya aku begitu gimana kalau begini, gimana kalo orng g respon dsb. Perasaan yg dimiliki guk itu real di aku

    BalasHapus
  2. Suka banget kalo kak lunar dah buat narasi begini😙

    BalasHapus
  3. "Sama sama"


    😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

    BalasHapus
  4. Aku ke JK bngttt canggungnya :'''(((((

    BalasHapus
  5. knp aku mirip2 tae suka ngincer wifi kelas hehe

    BalasHapus
  6. Ini ggukie persis banget kaya gue waktu sekolah anjim😭
    Berasa lagi ngaca + liat kembali masalalu

    BalasHapus
  7. NANGIS BANGET INI AUZBDJDJXNCNCN NSKJDJDHSHDBX

    BalasHapus
  8. Gguk sumpah lu harus deket anjirrrrr

    BalasHapus
  9. Gw kea jeka tapi sekali kenal langsung bacot:)

    BalasHapus
  10. JK ini mirip banget kaya temen sekelas gue dulu :(

    BalasHapus
  11. plis ini cerita relate banget sama kehidupan sekolah,mana cerita nya sama kek gue dideketin crush lagi UEUEUEUE😭

    BalasHapus
  12. Aku fifty fifty sih tergantung tempat. Kalau dirasa tmpat sma atmosfirnya senada dan nyaman aku bakal bisa jdi diri sndri tpi sebaliknya kalau tmpatnya ga satu frekuensi, itu bikin canggung dan aku harus super jaga image. Kalu gguk itu 100 emg introvert bgt ya xixi lucu

    BalasHapus
  13. Kook adalah gue waktu smp. Benci bgt gue sama temen2 gue smp...

    BalasHapus
  14. Baca ini liat karakter kook berasa kek cerminan diri sendiri :")

    BalasHapus
  15. Gue masih belum fham karakter JK di sini antagonia, protagonis,atau gimn,, perlu pemahaman,,,

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUDITA; 246

Jeongguk tidak menyadari bahwa tubuhnya telah merosot ke lantai, air mata merembes melalui celah bulu lentiknya.Tidak ada  sekaan  dan usapan seperti biasa, kali ini Jeongguk membiarkannya tumpah begitu saja, mengalir untuk pertama kalinya dengan mulus melalui pipi hingga turun ke dagu. Rasanya sakit sekali. Dada Jeongguk begitu sesak, seakan tidak ada oksigen untuk bisa dikonsumsi parunya. Setiap taluan pada detak jantungnya mengantarkan denyut nyeri yang menjalar melalui aliran peredaran darahnya, menjadikan tubuh Jeongguk bergetar hebat oleh rasa remuk yang begitu hebat menghujam hatinya.   Jeongguk duduk dan meringkuk, terisak keras. Perkataan Bunda beberapa saat lalu mengawang di telinganya, sakitnya masih sama tiap kali ingatan itu berputar di memori Jeongguk, begitu sesak. Jeongguk sungguh-sungguh tidak mengharapkan kata itu keluar dari mulut Bunda untuk kedua kali. Alasan mengapa Jeongguk menjauh dari rumah, menghindar dari Bunda. Cukup sekali, cukup sekali Jeong...

MUDITA; epilogue (3.5/5)

“ Maaf.” Jeongguk menahan geli ketika keduanya telah berada di kamarnya. Taehyung yang salah tingkah adalah pemandangan menyenangkan untuk dilihat. Mereka baru saja dipergok oleh Nyonya Jeon beberapa saat lalu. Wajah pucat bundanya ketika menatap horor pada dirinya yang nyaris dilucuti oleh Taehyung di tempat terbuka pun masih terbayang di ingatan. Mereka kelabakan sewaktu teriakan Nyonya Jeon memecah suasana sensual di antara keduanya. Taehyung nyaris membuatnya terjerembab saat menurunkan Jeongguk dengan tiba-tiba. Jeongguk setengah menahan malu membenarkan pakaiannya yang tersingkap, sementara Taehyung hanya menyengir seperti orang kelimpungan dan mengucapkan hai canggung yang jelas dibalas delikan oleh Nyonya Jeon. “Kenapa minta maaf?” Jeongguk tergelak, mengambil posisi duduk di atas kasur menghadap Taehyung. Taehyung membuang napas keras-keras, “Yang tadi itu kelepasan.” Jeongguk mengangkat bahu tidak peduli, “Santai aja,” jawabnya ringan, “Bunda kaget doang pasti waktu tau anakn...

“The Moon and The Beautiful”

  “Aku mendapat pesan dari Namjoon  Hyung  beberapa saat lalu.” “ Hm ?” “Dia mencarimu, katanya kau menolak panggilannya dan tidak membuka pesan yang dia kirim.” “Aku menolak panggilannya?” “Ya, dan dia memintamu untuk ke ruangan kerjanya sekarang, ada yang ingin dibicarakan denganmu.” “Siapa?” “Namjoon  Hyung. ” “Apa katanya?” Sang lawan bicara — Jeongguk mulai merasa kesal, dia mendecih dan memutar bola mata jengah, menyaringkan nada bicaranya dan menekan setiap kata pada kalimatnya, “ Dia. Ingin. Kau. Ke. Ruangan. Kerjanya. Sekarang. ” “Namjoon  Hyung ?” Jeongguk menarik napas, setengah membanting stik  game- nya, ia kemudian bangkit dan melangkah menghampiri Taehyung. Pria besar itu tengah berbaring di sofa sejak beberapa jam lalu dengan pandangan fokus pada ponsel pintarnya. Dia bahkan mengabaikan Jeongguk ketika ditawari ajakan bermain  overwatch  bersama dan menolak panggilan serta tidak membaca pesan pribadi maupun pe...