Langsung ke konten utama

MUDITA; 52

Jika Biologi adalah mata pelajaran kesukaan Taehyung selain Fisika dan Bahasa Indonesia, maka untuk Jeongguk sendiri, dia mengecualikan Penjasorkes dan memutuskan memusuhi semua mata pelajaran sisanya. Apa lagi mata pelajaran itu terkait dengan penjurusan yang dia jalani. Sebenarnya, Jeongguk ingin masuk IPS, namun tuntutan perbandingan dari Bunda yang kerap dia terima membuat Jeongguk mau tidak mau mengikuti Jimin dan turut memilih IPA. Padahal, jelas sekali dia sangat payah dalam hal mengandalkan perhitungan.  Jeongguk lebih menyukai sesuatu yang menyenangkan dan praktek seperti kesenian. Otaknya tidak mampu mengingat letak hormon Auksin, Giberelin, ataupun Sitokinin dan semacamnya  pada tempat produksi bagian tumbuhan yang mana dan dengan fungsi serta pengaruh seperti apa terhadap struktur tumbuhan yang tengah dijelaskan oleh guru di depan kelas sekarang. Padahal, baru beberapa saat lalu beliau memberitahu letak-letak titik akuratnya dan Jeongguk yakin dia sudah mencermati sedemikian rupa petunjuk ciri-ciri serta fungsi yang dijabarkan oleh sang guru.  Dan Jeongguk menyalahkan istilah memusingkan pada Biologi yang membuat materi tersebut sulit menempel di kepalanya. Buku yang sejak tadi dia gunakan untuk merangkum dikte dari guru pun tertinggal jauh.

Maka, Jeongguk memutuskan menyerah. Dia menyandarkan badannya di kursi, menguap lebar-lebar dan memukul-mukul pipi beberapa kali untuk menghilangkan rasa kantuk. Diliriknya sekilas Taehyung yang tampak duduk santai dengan tangan bersedekap dada dan memperhatikan guru dalam diam. Tidak ada buku catatan di atas mejanya, selalu, kecuali pada pelajaran hitung menghitung atau mata pelajaran yang tidak terlalu dikuasai pemuda itu seperti Sejarah atau Kewarganegaraan. 

Sebenarnya, Taehyung adalah orang yang pintar, terbukti dari dirinya yang selalu masuk lima besar peringkat kelas. Tapi dapat Jeongguk tangkap, Taehyung bukan seseorang ambisius yang mengincar angka, dia belajar sesukanya dan tak jarang kerap membolos ke UKS atau belakang sekolah misal diajak. Dia juga senang-senang saja membagi contekan ketika sedang ada PR yang diberikan oleh guru, membuat kertas tugas yang tadinya bersih rapi menjadi lecek akibat digilir satu kelas.  Kebanyakan, Taehyung hanya fokus memperhatikan pelajaran jika dia sedang ingin, sisanya dia habiskan dengan bermain ponsel diam-diam atau tidur dengan buku ditegakkan di atas meja. Namun konyolnya, pemuda itu selalu saja bisa menjawab pertanyaan ketika ulangan berlangsung. 

Jeongguk merasa kantuk semakin menyerang pelupuknya, suara guru di depan sana entah kenapa selalu saja bisa menjadi lullaby paling menenangkan yang akan membuainya ke dalam mimpi. Tapi Jeongguk tidak bisa tidur. Tidak di mata pelajaran ini. Yang ada, dia hanya akan ditegur dan mendapat tatapan dari seluruh kelas dan berakhir oleh rasa malu yang akan dibawanya sampai dia pulang ke rumah. 

Karena itu, Jeongguk kemudian membuka tasnya, mengeluarkan buku latihan Fisika yang memang sengaja dibawa untuk mengisi waktu luang seperti sekarang. Dia memiliki tiga soal latihan yang masih belum radikerjakan untuk dikumpul pada hari selasa nanti. Jadi, dari pada Jeongguk benar-benar tertidur, dia akan menunggu lonceng istirahat sembari merampungkan tugas itu. Untung-untungan, Jeongguk bisa menemukan jawabannya. Pun kalau tidak, setidaknya Jeongguk tidak berakhir dengan kepala bertelungkup ke meja disusul dengkuran halus dan berujung dilempari spidol oleh guru seperti pemuda di pojok depannya; Hanbin.

"Lo salah pakai rumus."

Gerakan pena Jeongguk pada coretan kertas terhenti akibat sebuah suara bisikan pelan yang menginterupsi kegiatannya. Jeongguk menoleh, dan menemukan Taehyung tengah melirik kertas yang ada di depannya. "Harusnya panjang gelombangnya lo bagi empat, karena nyari simpul dari ujung pantul gelombang, bukan jarak perutnya."

Sebelum Jeongguk dapat mengeluarkan kalimat yang sejak tadi tertahan di kerongkongan, kertas di mejanya sudah di ambil lebih dulu oleh Taehyung. Pemuda itu mengamati dalam diam, matanya awas sambil sesekali mengernyit melihat jawaban yang sebelumnya sudah ditulis Jeongguk pada soal nomor satu dan dua. 

"Pinta kertas coba," Taehyung berkata, membuat Jeongguk dengan cepat dan tangan sedikit gemetar karena kombinasi rasa terkejut juga antusias bersamaan mengambil buku kosong lalu menyerahkan pada Taehyung beserta kotak pensilnya.

Taehyung mendengus,"Gue kan cuma minta kertas selembar tadi." 

Pemuda itu lalu menggeser posisi duduknya agar mendekati Jeongguk, memberi gestur pria Jeon untuk memperhatikan dirinya yang sibuk mencoret-coret sesuatu di buku kosong milik Jeongguk. "Buat cari massa dawai, lo harus nyari panjang gelombang dan cepat rambatnya dulu," Taehyung menuliskan beberapa rumus, "Tapi karna disini dua-duanya nggak dikasih tau; kita cuma dapat frekuensi, panjang dawai, tegangan, dan jumlah perut gelombang," Taehyung menjeda, "Lo bisa pake alternatif lamda sama dengan panjang tali dibagi pegasnya."

Taehyung menyerahkan kertas pada Jeongguk, "Coba lo kerjain pake rumus yang gue tulis."

Agak ragu Jeongguk mengambil pena lain di kotak miliknya. Melihat rumus yang Taehyung tulis sekilas lalu kemudian dengan perlahan mengikuti petunjuk yang diberikan. Sementara bagian lain dirinya sibuk menata rasa gugup yang menyerang. Susah payah Jeongguk menghalau aroma teh dan citrus familiar menguar dari tubuh Taehyung akibat jarak mereka yang tidak pernah seintim ini sebelumnya. Jeongguk bahkan dapat merasakan bahu mereka saling bergesekan satu sama lain. Rambut Taehyung akan sesekali menerpa pipi Jeongguk ketika pemuda itu terlalu menunduk seksama memperhatikan tulisan acak-acakan yang Jeongguk buat.

"Jangan lupa perut gelombangnya lo jadiin gelombang penuh dulu baru masukin ke rumus lamda," Taehyung menunjuk angka sepuluh sebagai keterangan perut gelombang pada soal di buku Jeongguk, "Lo tadi pas di awal juga lupa ngubah ini, jadinya kebawahnya salah semua," komentarnya mengoreksi.

Jeongguk mengikuti instruksi Taehyung, mengubah perut gelombang ke dalam sebuah gelombang penuh. Setelah mendapat hasil lima, dia lalu membagi dengan panjang dawai, menunjukkan pada Taehyung pembagian yang telah dihitungnya dan menerima anggukan puas dari Taehyung.

"Setelah lo dapat panjang gelombang, lo bisa nyari cepat rambat," Taehyung melirik Jeongguk yang mendengarkannya dengan runut, "Inget rumusnya?"

Jeongguk terdiam sebentar, berpikir, "Panjang gelombangnya dikali sama... eumm..  periode?"

"Frekuensi." ralat Taehyung, "Coba liat disini, berapa frekuensinya?"

Jeongguk membaca kembali soal nomor dua yang sedari tadi dikerjakan mereka, total mengabaikan penjelasan Biologi dari guru di depan, bahkan Taehyung juga tampak lebih tertarik mengamati gerakan mata Jeongguk yang awas membacai soal berulang kali. 

Ketika dipikirnya Jeongguk tidak tahu mengenai frekuensi, Taehyung memutuskan memberi clue, "Satuan frekuensi itu Hz."

Barulah ketika Taehyung menyebutkan satuan itu, Jeongguk bisa dengan mudah menemukan frekuensi. Dia dengan cepat memasukkan panjang gelombang yang didapat sebelumnya ke dalam rumus bersamaan dengan frekuensi. 

Tepat ketika Jeongguk menyodorkan kertasnya untuk meminta koreksi dari Taehyung, lonceng istirahat berbunyi, disusul guru yang menutup pertemuan dan suara ribut kursi ditarik dari para murid. 

"Bener kok ini," kata Taehyung pada Jeongguk sedikit terburu, "Habis itu, baru deh lo masukin rumus dasar buat nyari massa," Taehyung kemudian menyerahkan kembali kertas jawaban itu, "Sampai sini, lo bisa lanjutin sendiri kan? Tinggal dibalik kok itu," ucapnya lagi, "Gue mau ke kantin soalnya. Laper."

Sebelum Jeongguk sempat menjawab, Taehyung telah beranjak lebih dulu, menepuk bahunya pelan dua kali dan berjalan santai keluar kelas dimana Bambam dan Mingyu sudah menungguinya sejak tadi.


Komentar

  1. Akhirnya ada interaksi yang normal :)

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Tae apa tidak terpesona sama jungkook? Bisa sedeket itu wajah kalian:')

    BalasHapus
  4. ak jg pgn pinter kyk taehyung :(

    BalasHapus
  5. paling gabisa kalau punya doi yang mau ngajarin kea giniiii ajsjajzjajjzjaJajba

    BalasHapus
  6. okey heinsiansuwj asue banyak kupi kupu

    BalasHapus
  7. AAAAAAAA AKHIRNYA 😭😭😭

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUDITA; 246

Jeongguk tidak menyadari bahwa tubuhnya telah merosot ke lantai, air mata merembes melalui celah bulu lentiknya.Tidak ada  sekaan  dan usapan seperti biasa, kali ini Jeongguk membiarkannya tumpah begitu saja, mengalir untuk pertama kalinya dengan mulus melalui pipi hingga turun ke dagu. Rasanya sakit sekali. Dada Jeongguk begitu sesak, seakan tidak ada oksigen untuk bisa dikonsumsi parunya. Setiap taluan pada detak jantungnya mengantarkan denyut nyeri yang menjalar melalui aliran peredaran darahnya, menjadikan tubuh Jeongguk bergetar hebat oleh rasa remuk yang begitu hebat menghujam hatinya.   Jeongguk duduk dan meringkuk, terisak keras. Perkataan Bunda beberapa saat lalu mengawang di telinganya, sakitnya masih sama tiap kali ingatan itu berputar di memori Jeongguk, begitu sesak. Jeongguk sungguh-sungguh tidak mengharapkan kata itu keluar dari mulut Bunda untuk kedua kali. Alasan mengapa Jeongguk menjauh dari rumah, menghindar dari Bunda. Cukup sekali, cukup sekali Jeong...

MUDITA; epilogue (3.5/5)

“ Maaf.” Jeongguk menahan geli ketika keduanya telah berada di kamarnya. Taehyung yang salah tingkah adalah pemandangan menyenangkan untuk dilihat. Mereka baru saja dipergok oleh Nyonya Jeon beberapa saat lalu. Wajah pucat bundanya ketika menatap horor pada dirinya yang nyaris dilucuti oleh Taehyung di tempat terbuka pun masih terbayang di ingatan. Mereka kelabakan sewaktu teriakan Nyonya Jeon memecah suasana sensual di antara keduanya. Taehyung nyaris membuatnya terjerembab saat menurunkan Jeongguk dengan tiba-tiba. Jeongguk setengah menahan malu membenarkan pakaiannya yang tersingkap, sementara Taehyung hanya menyengir seperti orang kelimpungan dan mengucapkan hai canggung yang jelas dibalas delikan oleh Nyonya Jeon. “Kenapa minta maaf?” Jeongguk tergelak, mengambil posisi duduk di atas kasur menghadap Taehyung. Taehyung membuang napas keras-keras, “Yang tadi itu kelepasan.” Jeongguk mengangkat bahu tidak peduli, “Santai aja,” jawabnya ringan, “Bunda kaget doang pasti waktu tau anakn...

“The Moon and The Beautiful”

  “Aku mendapat pesan dari Namjoon  Hyung  beberapa saat lalu.” “ Hm ?” “Dia mencarimu, katanya kau menolak panggilannya dan tidak membuka pesan yang dia kirim.” “Aku menolak panggilannya?” “Ya, dan dia memintamu untuk ke ruangan kerjanya sekarang, ada yang ingin dibicarakan denganmu.” “Siapa?” “Namjoon  Hyung. ” “Apa katanya?” Sang lawan bicara — Jeongguk mulai merasa kesal, dia mendecih dan memutar bola mata jengah, menyaringkan nada bicaranya dan menekan setiap kata pada kalimatnya, “ Dia. Ingin. Kau. Ke. Ruangan. Kerjanya. Sekarang. ” “Namjoon  Hyung ?” Jeongguk menarik napas, setengah membanting stik  game- nya, ia kemudian bangkit dan melangkah menghampiri Taehyung. Pria besar itu tengah berbaring di sofa sejak beberapa jam lalu dengan pandangan fokus pada ponsel pintarnya. Dia bahkan mengabaikan Jeongguk ketika ditawari ajakan bermain  overwatch  bersama dan menolak panggilan serta tidak membaca pesan pribadi maupun pe...