Langsung ke konten utama

MUDITA; 81

Ketika Jeongguk mengajaknya keluar pada saat itu, Jimin berpikir mungkin ini adalah pertanda bagus. Dia merasa bahwa keputusannya untuk memberitahu Taehyung tentang perasaan Jeongguk merupakan hal tepat. Hatinya menjadi ringan membayangkan mereka akan pergi jalan-jalan dan makan bersama lalu mengobrol ringan layaknya saudara. Mengunjungi game center berdua, atau sekadar pergi ke toko buku untuk melihat-lihat dan keluar tanpa membeli apa-apa, atau mungkin Jeongguk akan mengajarinya tips memasak dan memotret foto juga bermain musik. Karena Jimin benar-benar payah dalam kegiatan ekstrakurikuler.  

Namun yang berada di hadapan Jimin saat ini bukanlah kafe yang bernuansa zozy dan hangat dalam ekspetasinya, bukan juga game center yang bisa mereka mainkan sepuas hati, pun buka toko buku dengan aroma khas menenangkan; Jeongguk membawanya ke tempat pembuatan tato.

"Gguk?" tanya Jimin agak ragu dan sedikit gelisah. Pandangannya terpatri pada bangunan dengan dominasi hitam dan abu-abu serta tulisan Leaf Tatto's pada palang atas pintu yang deretan hurufnya menyala karena efek lampu temaram, "Kita ngapain di sini?"

Jeongguk tidak menjawab, langkahnya dia bawa mendekati tempat tersebut, diikuti oleh Jimin yang menyusul dengan perasaan tidak nyaman menggelayati. Begitu mereka tiba di depan pintu, Jeongguk lalu menoleh pada Jimin. Senyumnya mengembang inosen.

"Jim," suaranya tiba-tiba berubah lembut, "Gue akhir-akhir ini lagi suka sama tato, sampai gue seneng searching-searching gitu."

Jimin mengerjap, mencoba menangkap maksud dari kalimat yang Jeongguk utarakan. "Lo mau ngetatoin badan?" ungkapnya cemas, "Jangan, Gguk. Nanti nggak bisa hilang." Jimin meraih tangan Jeongguk, "Mama sama Papa bakal marah kalo tau lo natoin badan."

"Jim," Jeongguk menguraikan genggaman Jimin pelan, "Gue sebenernya pengennnn banget natoin badan," wajahnya menyendu, "Tapi gue takut jarum." Tatapannya berubah nanar pada Jimin, "Padahal gue pasti bakal bahagia banget kalo seandainya gue bisa bikin tato."

Lalu kemudian hening, Jeongguk menatap lama Jimin,"Lo mau nggak bikin tato di badan lo?" Jeongguk menatap dalam hazel Jimin dengan wajah memelas, "Satuuu aja," bujuknya, "Please?" matanya berbinar penuh harap, "Lo sayang gue kan?"

Jimin tertegun. Sama sekali tidak menjawab pertanyaan Jeongguk. Jimin tentu saja sangat menyayangi saudaranya itu. Sejak dulu, dia selalu menginginkan kehadiran saudara dalam hidupnya. Menjadi anak tunggal dari pernikahan pertama sang Ayah dengan mendiang Ibunya membuat Jimin kesepian. Terlebih saat Ibu pergi selamanya diumur Jimin yang masih belia. Karena itu, ketika Ayah datang bersama Mama dan Jeongguk kecil, Jimin adalah orang yang menyambut dengan perasaan paling bahagia dan penuh suka cita.

Namun, Jimin juga tidak ingin nekat melakukan sesuatu yang bekasnya berada selamanya di badan.  Dia menyayangi tubuhnya yang sekarang dan tidak ingin mengubah apapun. Lagi pula, amarah dari Ayah dan Mama yang akan dia terima nantinya bila nekat menerima keinginan Jeongguk tentu bukan hal yang bisa dia tanggung. Jimin tidak pernah dimarahi. Dia adalah anak teladan dengan kasih sayang berlimpah ruah dari orang-orang di sekitarnya. Membayangkan bahwa Ayah akan berbicara menggunakan nada tinggi adalah hal paling Jimin takuti. Belum lagi menghadapi rentetan pertanyaan dari sang kekasih juga teman-temannya nanti. 

Menyadari keterdiaman Jimin, Jeongguk menyentuh kedua pundak Jimin, "Lo selalu baik sama orang lain," katanya lirih, "Lo bakal bantu siapa aja yang kesusahan. Lo selalu pengen orang-orang di sekitar lo bahagia, karena lo adalah Park Jimin."

Jeongguk menjeda, "Terus, lo nggak mau baik sama gue? Nggak mau gue bahagia?" ditatapnya Jimin penuh kesedihan, "Gue saudara lo, masa lo nggak mau lakuin satu hal kecil aja buat gue?" tuturnya memelas, "Lo mau akur sama gue, kan? Pengen kita kayak saudara pada umumnya. Main bareng, ngobrol banyak hal. Jadi temen suka duka. Lo pengen itu, kan?"

Tentu saja. Jimin selalu ingin Jeongguk menjadi temannya, mendengarkan segala keluh kesah Jeongguk, menghibur pemuda itu saat dia merasa sedih, dan bertindak sebagai tempat bahu bersandar Jeongguk layaknya saudara yang selalu ada satu sama lain ketika terpuruk. 

Tapi Jeongguk terlalu jauh. Pria itu selalu saja mendirikan banteng menjulang ketika Jimin mencoba menapakkan kaki mendekat ke teritori Jeongguk. Tidak pernah absen menyalahkan segala usaha yang Jimin lakukan untuk bisa menjalin hubungan baik dengannya, semua pendekatannya akan berakhir dengan tatapan benci dari Jeongguk yang semakin menjadi. 

Maka, ketika Jeongguk dengan suka rela membuka pintu gerbang pada banteng kukuh yang telah dia bangun bertahun-tahun, Jimin tidak perlu berpikir lebih panjang lagi untuk memberikan senyum singkat dan anggukan lemah.

Karena kebahagiaan Jeongguk adalah kebahagiaan Jimin juga.

Komentar

  1. Hei................ So speechless

    BalasHapus
  2. Gatau aku harus ngomong apalagi.. speechless aku :)

    BalasHapus
  3. Ya Allah tolong ini gua harus berpihak ke siapa woh woee 😭😭

    BalasHapus
    Balasan
    1. gue sih berpihak ke jimin, gatau knp gue gasuk jungkook di cerita ini, karakternya kek gtu masaa jahat banget 😭

      Hapus
  4. gue gatau sih mau bilang apa, tapi menurut gue jimim tu terlalu baik:( jd

    BalasHapus
    Balasan
    1. kesannya dia caper:( ngelakuin semua kebaik biar dapet pujian, kan kasian elizaa eh jungkook mksdnya

      Hapus
    2. Huhh?? Caper? Emgnya berbuat baik itu salah sampe dilabelin 'caper'? Coba lu bayangin di sisi Jimin.

      Hapus
  5. 👁_👁 [syok sampe gak bisa berkata kata lagi]

    BalasHapus
  6. diem ae baca sambil nyemil odading mang oleh

    BalasHapus
  7. jujur gue kesel bgt sama jeongguk, ga bisa mihak jeongguk gue disini😭

    BalasHapus
  8. jujur gue kesel bgt sama jeongguk, ga bisa mihak jeongguk gue disini😭

    BalasHapus
  9. Jung.... Istigfar, ayo kita nyebut sama sama

    BalasHapus
  10. Pertama gue baca kalimat italic terakhir cuma mikir, "oh. Gitu. Kebencian Jeongguk adalah kebahagiaan Jimin."
    Trus gue syok dong!! ANJIR?? GUE BACA APA?? Balik lagi gue buka ini bacaan, ternyata gue salah baca, :))
    Hampir gue hujat itu si jimin "muka dua"

    BalasHapus
  11. gamau ber ekspetasi kalo jm baik, takut nyesel :(

    BalasHapus
  12. Jadi bingung, mau berpihak ke siapa masih shock habis baca :'(

    BalasHapus
  13. Engga tau harus ngomong apa kaget banget 😭

    BalasHapus
  14. Jim nooooooooo 😭😭😭😭

    BalasHapus
  15. jung, no :( thats not how it works :(

    BalasHapus
  16. Jung no:(,jim aduh kaget bgt,ini mau ke pihak mana?!:(,jimin baik,hanya ingin punya sodara layaknya sodara umum,tapi dia terlalu baik:(,jung no ㅠㅠ

    BalasHapus
  17. YA GUA TAMBAH KESEL SAMA JIMIN, INI DIA SWEET BGT OIII, KAMU POLOS SEKALI:( AH GA TAU LAGI BGSD:)

    BalasHapus
  18. Dsini JK juga salah. Coba dia bisa terbuka sdikit sma Jimin tanpa nethink. Mungkin dia bakal punya satu org yg anggap dia ada. Tpi Jimin jg ga sepenuhnya bner, dia seenaknya ngelakuin sesuatu tnpa tau konsekurensi kedepannya gmna. Ah gatau lah ini ada 300+ chap, gue baru smpe sini udh dugun² nerusin atau engga. Secara kan gue tau ka Lunar suka mainin perasaan dan pikiran. Mau lanjut takut ga lanjut prnasaran. LANJUT:)

    BalasHapus
  19. JIIIMMMM
    SUMPAH YA PENGEN NAMPAR GGUKIE!!!!😭😭😭😭😭
    NAMPAR SAMPEK YANG JATOH GULING GULING GITU😭😭😭😭😭

    BalasHapus
  20. 22 nya salah :))
    Andai 1 sama lainnya terbuka dan mau ngobrol mengesampingkan ego, terutama jg. Katanya mau belajar punya temen, tapi sama saudara tiri nya aja masih ga mau terbuka at least jelasin ke jm apa yg bikin dia ga suka sama jm. Sedangkan jm, terlalu baik dan suka banget ikut campur urusan orang. Ini gak baik, klo dia baiknya ke org yg tepat ya perbuatan dia tepat tapi ini jg, org yg susah bersosialisasi. Usaha untuk dekat dengan sodara tirinya itu baik, tapi salah klo untuk reach out ke jg. dengan berhenti urusin masalah jg, harusnya bisa menganalisis sendiri knp jg segitu ga suka nya sama dia:)) au ah pusing. btw, gw mihak yoongi. Bener banget, ga usah ikut campur urusan orang. Apalagi orgnya itu sifat nya kek jg.

    BalasHapus
  21. ngerti sama prasaan gguk, tpi gwe gasuka lu ngelakuin jimin gtu:(

    BalasHapus
  22. kesel sm gguk , kasian Jimin jg. tpi gmn ye , gua prnh ada di posisi ituuuuuu

    BalasHapus
  23. wah dah gila si jungkook
    jimin kn cma baik aja
    lu klo ksel sma org jngan kegtu lah gguk

    BalasHapus
  24. .... gw gatau mau ngetik apa🧍🏻‍♀️
    gw mihak seokjin aja dah 🙏

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUDITA; 246

Jeongguk tidak menyadari bahwa tubuhnya telah merosot ke lantai, air mata merembes melalui celah bulu lentiknya.Tidak ada  sekaan  dan usapan seperti biasa, kali ini Jeongguk membiarkannya tumpah begitu saja, mengalir untuk pertama kalinya dengan mulus melalui pipi hingga turun ke dagu. Rasanya sakit sekali. Dada Jeongguk begitu sesak, seakan tidak ada oksigen untuk bisa dikonsumsi parunya. Setiap taluan pada detak jantungnya mengantarkan denyut nyeri yang menjalar melalui aliran peredaran darahnya, menjadikan tubuh Jeongguk bergetar hebat oleh rasa remuk yang begitu hebat menghujam hatinya.   Jeongguk duduk dan meringkuk, terisak keras. Perkataan Bunda beberapa saat lalu mengawang di telinganya, sakitnya masih sama tiap kali ingatan itu berputar di memori Jeongguk, begitu sesak. Jeongguk sungguh-sungguh tidak mengharapkan kata itu keluar dari mulut Bunda untuk kedua kali. Alasan mengapa Jeongguk menjauh dari rumah, menghindar dari Bunda. Cukup sekali, cukup sekali Jeong...

MUDITA; epilogue (3.5/5)

“ Maaf.” Jeongguk menahan geli ketika keduanya telah berada di kamarnya. Taehyung yang salah tingkah adalah pemandangan menyenangkan untuk dilihat. Mereka baru saja dipergok oleh Nyonya Jeon beberapa saat lalu. Wajah pucat bundanya ketika menatap horor pada dirinya yang nyaris dilucuti oleh Taehyung di tempat terbuka pun masih terbayang di ingatan. Mereka kelabakan sewaktu teriakan Nyonya Jeon memecah suasana sensual di antara keduanya. Taehyung nyaris membuatnya terjerembab saat menurunkan Jeongguk dengan tiba-tiba. Jeongguk setengah menahan malu membenarkan pakaiannya yang tersingkap, sementara Taehyung hanya menyengir seperti orang kelimpungan dan mengucapkan hai canggung yang jelas dibalas delikan oleh Nyonya Jeon. “Kenapa minta maaf?” Jeongguk tergelak, mengambil posisi duduk di atas kasur menghadap Taehyung. Taehyung membuang napas keras-keras, “Yang tadi itu kelepasan.” Jeongguk mengangkat bahu tidak peduli, “Santai aja,” jawabnya ringan, “Bunda kaget doang pasti waktu tau anakn...

“The Moon and The Beautiful”

  “Aku mendapat pesan dari Namjoon  Hyung  beberapa saat lalu.” “ Hm ?” “Dia mencarimu, katanya kau menolak panggilannya dan tidak membuka pesan yang dia kirim.” “Aku menolak panggilannya?” “Ya, dan dia memintamu untuk ke ruangan kerjanya sekarang, ada yang ingin dibicarakan denganmu.” “Siapa?” “Namjoon  Hyung. ” “Apa katanya?” Sang lawan bicara — Jeongguk mulai merasa kesal, dia mendecih dan memutar bola mata jengah, menyaringkan nada bicaranya dan menekan setiap kata pada kalimatnya, “ Dia. Ingin. Kau. Ke. Ruangan. Kerjanya. Sekarang. ” “Namjoon  Hyung ?” Jeongguk menarik napas, setengah membanting stik  game- nya, ia kemudian bangkit dan melangkah menghampiri Taehyung. Pria besar itu tengah berbaring di sofa sejak beberapa jam lalu dengan pandangan fokus pada ponsel pintarnya. Dia bahkan mengabaikan Jeongguk ketika ditawari ajakan bermain  overwatch  bersama dan menolak panggilan serta tidak membaca pesan pribadi maupun pe...