Langsung ke konten utama

MUDITA; 337

Taehyung kehilangan suara, "..pinggul, serius?" tanyanya tidak percaya.

Jeongguk mengangguk, dengan nada dimain-mainkan dia menjawab, "Huum, pinggul."

Konfirmasi dari Jeongguk seketika menjadikan Taehyung mendadak blank. Pikirannya menjadi rancu dan dia tidak tahu bagaimana menghindari situasi yang kini tengah dihadapinya. Memutar otak, maka dengan memasang wajah sangsi dan membujuk dia berkata, "Gguk, pinggul itu area sensitif. Sakitnya bakal berkali lipat. Lo mending kalo mau buat tato pertama itu di tempat yang gak ekstrim kayak bagian betis atau pergelangan tangan di bagian dalam."

Jeongguk melayangkan tatapan sinis dan mendengus, "Bohong. Pinggul nggak masuk area sensitif, gue udah browsing di internet."

Sial. Kenapa Jeongguk harus memakai otaknya dalam keadaan yang tidak menguntungkan begini. 

"Lagian kenapa, deh," Jeongguk mencibir pada Taehyung, "Pinggul gue nggak jelek kok. Takut banget lo kayaknya."

Mendengarnya, Taehyung membuang napas kasar, pasrah. Tidak lagi mengomentari apapun dan bergerak memutar tuas untuk menurunkan posisi bed tatoos lalu menyuruh Jeongguk berbaring menyamping.

Agak kikuk Taehyung bertanya, "Lo mau gue bantuin buat lepas kaos nggak?" 

Keduanya saling berpandangan beberapa saat, dan Taehyung sontak memasang raut panik. Cepat-cepat meralat ucapannya yang entah bagaimana bisa tersusun menjadi kalimat yang terdengar cabul. "Maksud gue" dia kelabakan, "..mau lepas kaos atau gak usah?"

"Oh.." Jeongguk mengerjap dua kali, wajahnya bersemu. "Nggak usah, diangkat aja."

Hembusan napas lega, "Oke."

Sesuai permintaan Taehyung, Jeongguk lantas menyingkap kaosnya hingga dada, sedikit menggigil ketika hawa dingin dari AC menerpa kulitnya. Dia mengamati Taehyung yang membawa beberapa botol berbeda dan tube bersama tisu kering di tangannya, menyusun ke atas meja yang serba berlapis wrap dekat dengan kursi tempat Jeongguk berbaring sebelum mengalihkan pandangan pada Jeongguk..

Taehyung lantas terhenyak dan sesegera mungkin mengalihkan wajah dari pemandangan kulit seputih susu milik Jeongguk. Namun rasa canggung makin menyelimuti saat mau tidak mau dia harus berucap, "Gguk,.. itu.." Taehyung kepayahan merangkai kata, dia membuang muka, "...turunin celana lo dikit bisa gak? Biar enak.

Hening. Keduanya kembali saling berpandangan dan memasang raut kosong. Dan Taehyung terburu mengganti kalimatnya yang terasa salah itu, "Maksud gue, biar fabrik kainnya nggak ganggu pas proses penatoan nanti."

Jeongguk mengerjap beberapa kali, memproses ucapan yang keluar dari mulut Taehyung. Telinganya memerah dan jemarinya bergetar ketika dia kemudian menggigit bibir malu saat dengan perlahan menurunkan sedikit celananya. "Segini?"

Panas menjalari pipi Taehyung begitu dia melirik sekilas pada sedikit bagian bokong Jeongguk yang terlihat. Dia terbatuk gugup lalu mengangguk gusar. "Iya, segitu aja."

Meraup napas panjang, Taehyung membuang karbon dari mulutnya perlahan, mengais kembali fokusnya yang sedikit tercecer akibat pikiran-pikiran kacau yang menghantam kepalanya. Dia lalu mengambil botol transparan bertempelkan tulisan greensoap pada bagian tengah dan menuangkan beberapa tetes cairan tersebut bersama sedikit campuran air hangat ke tangan sebelum berkata lirih, "Gguk, maaf, ya?"

Dan Jeongguk terhenyak saat permukaan tangan Taehyung yang terbalut latex menyentuh permukaan kulitnya. Pandangan Jeongguk berkunang dan perutnya bergejolak mual ketika Taehyung begitu lembut membalurkan sabun tersebut pada area kulit Jeongguk dan memijatnya pelan. Jeongguk benar-benar akan muntah.

"Rileks aja," Taehyung tergelak singkat saat merasakan tubuh Jeongguk menegang di posisinya, sekalipun dirinya juga sedang berusaha menelan rasa gugup. Menyembunyikannya dalam satu dengusan kecil. "Lo bahkan belum ditato, masa udah tegang?"

Jeongguk membuang muka, hanya balas mencibir dan tidak menanggapi lebih lanjut perkataan Taehyung. Beralih mengamati kegiatan Taehyung yang mencipratkan air ke kulitnya lalu mengeringkan dengan tisu, kemudian mentotolkan alkohol ke kulitnya menggunakan kapas sebelum akhirnya mengoleskan hingga merata beberapa krim anestesi dari botol berbeda yang dicampur jadi satu ke area tubuh Jeongguk yang nantinya akan ditato.

Menutup kulit itu dengan wrap, Taehyung berujar singkat, "Tunggu dulu sampai meresap dan kulit lo mati rasa."

Jeongguk mengangguk. Dari sudut matanya memperhatikan Taehyung yang tengah membuang sarung latex dan mengganti dengan yang baru. 

Sedangkan Taehyung, selagi menunggu krim anestesi bekerja pada Jeongguk, dia memanfaatkan waktu untuk menyiapkan peralatannya. Mengambil alat-alat yang digunakan berulang dan bukan sekali pakai dari mesin autocloves untuk menjaga sterilisasi, kemudian meraih jarum yang masih tersegel plastik dan mendekat ke arah Jeongguk. 

"Liat," Taehyung menunjuk pada deretan angka di plastik itu, "Masih baru ya, Gguk. Expired-nya dua tahun lagi."

Anggukan dari Jeongguk dia terima, dan Taehyung mulai bekerja dengan mesin coil tatonya. Memasukkan disposible ke lubangan grip lalu turut memasukkan jarum untuk liner ke dalam sana. Setelahnya dia menempelkan grip pada coil sebelum merekatkan dengan grommet untuk melindungi kontak antara metal. Hal yang sama Taehyung lakukan pada coil tato kedua, hanya saja ukuran jarum untuk coil tersebut berbeda dengan coil sebelumnya.

"Itu kenapa mesin tatonya ada dua?" Jeongguk tiba-tiba berkomentar, memecah kesunyian yang tadi tercipta.

"Beda fungsi," Taehyung menjawab tanpa melihat ke arah Jeongguk, dirinya sibuk menyambung power supply juga clip cord ke pedal dan mencolokkan pada mesin. "Yang satu buat liner, satunya buat shading."

Kernyitan tercipta di dahinya, Jeongguk bertanya tidak mengerti, "Apa bedanya?"

"Di sini," Taehyung mengangkat coil agar Jeongguk bisa melihat penampakan benda itu, "Ini namanya spring liner," menunjuk pada salah satu bagian mesin baja hitam dan melanjutkan, "Kalau yang pendek buat liner atau garis tato, yang panjang buat shading. Dari ukuran jarum sama konsen tinta nanti juga beda."

Jeongguk menggumamkan oh pelan, tidak lagi bertanya lebih jauh karena percuma toh otaknya tidak akan bisa mencerna dan membiarkan Taehyung yang kini sibuk meneteskan tinta hitam dengan konsentrasi berbeda-beda ke beberapa ink cup.

Hingga pria itu bertutur lagi, "Kalau ini fungsinya buat bikin kepekatan hitam yang beda-beda. Jadi lo cuma perlu pake satu tinta hitam aja tapi udah bisa liner sama shading sekaligus," dia menjelaskan tanpa menunggu Jeongguk bertanya, dengan mahir menakar cairan shading solution color masuk ke cup ink yang sudah berisi tetesan tinta hitam tadi.

Rampung dengan segala persiapannya. Taehyung menghampiri Jeongguk, menepuk sedikit kulit yang dilapisi wrap tadi. "Gimana? udah gak berasa?" yang dibalas anggukan konfirmasi dari Jeongguk. 

Dengan perlahan, Taehyung lalu menggunting wrap yang melapisi kulit Jeongguk, membersihkan krim anestesi menggunakan tisu lalu menyemprotkan stencil stuff  pada bagian kulit tersebut. Setelahnya, Taehyung mengambil kertas karbon thermal tato yang sudah disketsa dengan desain pilihan Jeongguk, membuka pelapisnya dan perlahan mulai menempelkan thermal paper itu ke kulit Jeongguk, menekannya hingga merata sebelum melepas penuh kehati-hatian menggunakan jepitan. Begitu selesai, dia kembali mengoleskan petroleum jelly untuk menghindari tersangkutnya jarum ke kulit dan mencegah pendarahan terjadi. 

Taehyung menatap Jeongguk yang berbaring membelakanginya, tengah memejamkan mata erat-erat ketika suara coil berrdengung mengisi ruangan. "Gguk?"

"Hm.." Jeongguk balas menggumam tanpa membuka mata.

"Lo masih bisa berhenti sekarang."

Jeongguk mengernyit kesal, dia berdecak, "Nanggung, buruan"

Dan suaranya tertelan habis ketika Taehyung tanpa aba-aba mulai menusukkan jarum ke kulitnya hingga jeritan terkejut keluar dari mulut Jeongguk. 

"Bego, harusnya lo ancang-ancang dulu tadi," Jeongguk menggerung, beradu suara dengan bunyi mesin. Ada rasa perih seakan kulitnya habis dicubiti bertubi-tubi. Namun Jeongguk masih bisa menahannya. Sakit yang dia pikir akan sangat ngilu ternyata tidak separah itu. Mungkin karena efek dari anestesi yang bekerja pada kulitnya hingga permukaan epidermis Joengguk menjadi mati rasa. 

"Kalo dikasih aba-aba ntar lo makin gugup," Taehyung membalas enteng, fokusnya tertuju jarum, dengan hati-hati melarikan grip mengikuti garis sketsa di kulit Jeongguk dan sesekali menyekanya menggunakan tisu.

Usai beberapa saat ketika dirinya mulai beradaptasi dengan sakitnya jarum, Jeongguk mendongakkan kepala, menyelingak ke arah Taehyung yang duduk membelakanginya dengan mesin coil di tangan dan tengah menunduk penuh konsentrasi menorehkan tinta ke permukaan kulitnya. Dia lalu memanggil pelan, "Taehyung?"

"Iya?" 

 "Lo udah nggak takut darah?" 

Hening sejenak, sebelum Taehyung membalas singkat. "Takut."

Sorot matanya berusaha menganalisis, mencoba membaca raut Taehyung. Namun hanya kata panas dan seksi dan bajingan dan seksi dan panas yang berhasil disimpulkan oleh otaknya Jadi dia memutuskan untuk menyerah lalu lanjut berucap, "Terus kenapa lo milih nekunin ini?"

Taehyung menjawab asal, berusaha membagi konsennya pada jarum dan meladeni rentetan pertanyaan yang dilayangkan Jeongguk. "Uji nyali."

"Lo pernah bikin orang luka sampai darahnya banyak?"

"Pernah dulu pas awal, waktu masih kerja sama temen."

"Terus gimana?"

"Ya enggak gimana-gimana," Taehyung melanjutkan, "Gue minta maaf, ganti rugi, kelar."

Pernyataan Taehyung membuat Jeongguk mendecak tidak puas. Bagaimana bisa seorang fobia akut seperti Taehyung tiba-tiba saja beralih profesi menjadi seseorang yang akrab dengan darah. Setengah merengek dia meminta, "Coba yang serius jawabnya."

"Ngetato nggak semuanya berdarah kok, Gguk," dia menjelaskan, sementara tangannya bekerja dengan telaten, "Tinggal gimana teknik lo aja. Biasanya paling banter ya bengkak doang. Yang sampai berdarah itu kalau tekniknya salah dan  jarumnya terlalu dalam nusuk lapisan epidermis."

"Tapi kan kita nggak bisa ngehindar dari kecelakaan kerja," sergah Jeongguk lagi, "Kalau misal berdarah, lo bisa handle?"

"Gue biasanya di awal bakal bilang ke pelanggan kalau gue fobia darah. Jadi mereka bakal pertimbangin mau ambil jasa gue atau enggak. Soalnya gue sepakat kalau sampai ada darah, gue bakal stop tatoin mereka dan ganti rugi kelalaian. Tanggapan klien macam-macam sih, ada yang seneng karena mereka mikir gue bakal ekstra hati-hati dalam kerja dan sekaligus ada jaminan gak langsung. Cuma ada juga yang ngeri dan takut gue malpraktik. Tapi sejauh ini lancar aja."

Jeongguk tidak lagi menyahut, nalarnya terguncang dan dia nyaris tersedak oleh satu tangan lain milik Taehyung yang tiba-tiba menyentuh bokongnya hingga dia melupakan segala penjelasan panjang dari pemuda itu. Dan dia semakin gila lagi ketika merasakan sensasi diremas sewaktu buku jari Taehyung  yang menumpu di atas bokongnya bergerak  untuk membersihkan tinta yang tidak masuk ke epidermis kulit area pinggul. 

Namun ketika Jeongguk mencoba melirik pada wajah pria itu, tidak ada perubahan ekspresi apapun dari Taehyung, fokusnya hanya tertuju mengikuti garis liner dari desain tato. Yang berarti bahwa kemungkinan pemuda itu juga tidak menyadari apa yang sudah dia lakukan. Jeongguk lantas berujar kikuk. "Taehyung?"

"Ya?"

Jeongguk berdengung, menimbang-nimbang kalimat yang hendak dia ucapkan, "..tangan lo."

Taehyung menghentikan pedal pada mesin, melirik Jeongguk sarat akan tanda tanya sebelum beralih pada tangannya yang dengan begitu kasual berada di atas bokong Jeongguk. Dia segera mengangkat tangannya menjauh. Sial, kenapa rasanya canggung begini. 

"Maaf," Taehyung berseru segera, "Gue nggak nyadar."

Jeongguk yang sama canggungnya membalas parau, "Nggak papa."

"Lagian kenapa juga lo harus tato di pinggul." Lawan bicaranya menggumam dengan nada kesal, entah kekesalannya ditujukan pada Jeongguk atau dirinya sendiri, "Kan bisa di area lain yang lebih mudah."

Menanggapi hal itu, tiba-tiba seringai tercipta di bibir Jeongguk saat memikirkan kalimat yang baru saja terlintas di benaknya. Dengan ringan dia berkata santai, "Tapi kan gemes kalau tatoan di pinggul. Pas seks nanti Eunwoo bisa jilatin tato di pinggul gue," mengakhirinya dengan telak, "Tato bikinan lo."

Lantas, wajah Taehyung mengeruh dan rahangnya menegang sempurna sementara pegangan tangannya pada grip mengerat. Namun dia tidak menyahut apapun. Jawaban yang Jeongguk dapat hanya suara coil yang menyala dan jarum yang kembali menusuk kulitnya. Tidak ada lagi obrolan sepanjang proses pentatoan berlangsung yang terjalin di antara keduanya. Sebab Taehyung kebanyakan hanya membalas dengan gumaman atau berkata bahwa dia ingin fokus dan tidak mau diganggu ketika Jeongguk hendak membuka topik obrolan.

Komentar

  1. kelebihan gguk ngomongnya, kurangin yuk, ayuk biar deket lg sm taenya

    BalasHapus
  2. ggukkkkk 😃😃😃😃😃😃😃😃

    BalasHapus
  3. JWJBDJWJDJWJDBANSHWJB KOK GUE YG SENENG

    BalasHapus
  4. Gguuk apa lagi ini??? 😭😭

    BalasHapus
  5. AOWKAOWK KETAUAN INI MAH MASIH SUKAA

    BalasHapus
  6. Cieee taehyung cemburuuuu.cie cieeeeee. Cieeee. Cieeee cieeeeee

    BalasHapus
  7. GGUK AKU GA NGATRPIN KAMU NGOMONG GITU TAPI DAH KRTEBAK DARI AWAL MULA 😣😣😣😣

    BalasHapus
  8. BAGUS GGUK TRRUSSS PANAS PANASINN

    BalasHapus
  9. Anjir gguk jawabannya wkwkwk

    BalasHapus
  10. kalian tuh sama sama nyakitin hati satu sama lain tau ga si , gengsinya tinggi banget padahal masih sama2 sayang

    BalasHapus
  11. Aaaa gguk knpa ngerusak suasana sih (menurut gw ya) padahl kan tadi lagi ngbrol 😅😅😅

    BalasHapus
  12. Aaaahh ggukk knp ngmog gitu kan jadi diem lagi

    BalasHapus
  13. Tapi menurut gw gguk berlebihan,percayalah abis ini th bakal Lebih dingin dan ga peduli trs gguk nyesel", ngejar", etc :)
    Gengsi nya ga ditahan wkwk

    BalasHapus
  14. haredang haredang haredanggg~ WKKWKWKW

    BalasHapus
  15. Terserah gguk, bebas udah bebas

    BalasHapus
  16. udah tae yux lgsg aja itu gguknya di unboxing skrg 🙂🙂

    BalasHapus
  17. taeee kata"lo mengandung banyak ke ambiguan👍

    BalasHapus
  18. CIEEEE. TJIEEEE TEYUNG IHIY xixixi 😏

    BalasHapus
  19. ASIK NIH PANAS PANAS PANAS SKSKSKKS

    BalasHapus
  20. Ada yang panas tapi bukan api yaa wkwk

    Hati teha dan keadaan teha lagi hareudanv hareudang hareudang panas panas panas...😆😆😆😆

    BalasHapus
  21. Mangkanyaa deh tae jangan suka denial gguk mulutmu kadang suka over ya tp yaudahlah wkwk

    BalasHapus
  22. Aelah gguk kok jadi bahas enwu, itu th jadi diem lagi kan padal dah mulai ngobrol itu :(

    BalasHapus
  23. kok gue seneng gguk ngomong gitu😀

    BalasHapus
  24. Gguk mantep, tp jan gtu anying tae kek cemburu acikiwir aowkwkw mmps

    BalasHapus
  25. Apasi??? Biar apa lu ngomong begini??? Ngarepin tae cemburu??? Wkwkwkkwkwkw

    BalasHapus
  26. Pas nato bacanya ampe merem² tolong😭

    BalasHapus
  27. Gguk... Niat lo mau bikin Tae cemburu apa mau bikin tambah canggung??
    Jawaban lo annoying banget

    BalasHapus
  28. mantep gguk wkwkkw ayooo lanjuttt. Biarkan tae sakit hati cembokurr

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUDITA; 246

Jeongguk tidak menyadari bahwa tubuhnya telah merosot ke lantai, air mata merembes melalui celah bulu lentiknya.Tidak ada  sekaan  dan usapan seperti biasa, kali ini Jeongguk membiarkannya tumpah begitu saja, mengalir untuk pertama kalinya dengan mulus melalui pipi hingga turun ke dagu. Rasanya sakit sekali. Dada Jeongguk begitu sesak, seakan tidak ada oksigen untuk bisa dikonsumsi parunya. Setiap taluan pada detak jantungnya mengantarkan denyut nyeri yang menjalar melalui aliran peredaran darahnya, menjadikan tubuh Jeongguk bergetar hebat oleh rasa remuk yang begitu hebat menghujam hatinya.   Jeongguk duduk dan meringkuk, terisak keras. Perkataan Bunda beberapa saat lalu mengawang di telinganya, sakitnya masih sama tiap kali ingatan itu berputar di memori Jeongguk, begitu sesak. Jeongguk sungguh-sungguh tidak mengharapkan kata itu keluar dari mulut Bunda untuk kedua kali. Alasan mengapa Jeongguk menjauh dari rumah, menghindar dari Bunda. Cukup sekali, cukup sekali Jeong...

MUDITA; epilogue (3.5/5)

“ Maaf.” Jeongguk menahan geli ketika keduanya telah berada di kamarnya. Taehyung yang salah tingkah adalah pemandangan menyenangkan untuk dilihat. Mereka baru saja dipergok oleh Nyonya Jeon beberapa saat lalu. Wajah pucat bundanya ketika menatap horor pada dirinya yang nyaris dilucuti oleh Taehyung di tempat terbuka pun masih terbayang di ingatan. Mereka kelabakan sewaktu teriakan Nyonya Jeon memecah suasana sensual di antara keduanya. Taehyung nyaris membuatnya terjerembab saat menurunkan Jeongguk dengan tiba-tiba. Jeongguk setengah menahan malu membenarkan pakaiannya yang tersingkap, sementara Taehyung hanya menyengir seperti orang kelimpungan dan mengucapkan hai canggung yang jelas dibalas delikan oleh Nyonya Jeon. “Kenapa minta maaf?” Jeongguk tergelak, mengambil posisi duduk di atas kasur menghadap Taehyung. Taehyung membuang napas keras-keras, “Yang tadi itu kelepasan.” Jeongguk mengangkat bahu tidak peduli, “Santai aja,” jawabnya ringan, “Bunda kaget doang pasti waktu tau anakn...

“The Moon and The Beautiful”

  “Aku mendapat pesan dari Namjoon  Hyung  beberapa saat lalu.” “ Hm ?” “Dia mencarimu, katanya kau menolak panggilannya dan tidak membuka pesan yang dia kirim.” “Aku menolak panggilannya?” “Ya, dan dia memintamu untuk ke ruangan kerjanya sekarang, ada yang ingin dibicarakan denganmu.” “Siapa?” “Namjoon  Hyung. ” “Apa katanya?” Sang lawan bicara — Jeongguk mulai merasa kesal, dia mendecih dan memutar bola mata jengah, menyaringkan nada bicaranya dan menekan setiap kata pada kalimatnya, “ Dia. Ingin. Kau. Ke. Ruangan. Kerjanya. Sekarang. ” “Namjoon  Hyung ?” Jeongguk menarik napas, setengah membanting stik  game- nya, ia kemudian bangkit dan melangkah menghampiri Taehyung. Pria besar itu tengah berbaring di sofa sejak beberapa jam lalu dengan pandangan fokus pada ponsel pintarnya. Dia bahkan mengabaikan Jeongguk ketika ditawari ajakan bermain  overwatch  bersama dan menolak panggilan serta tidak membaca pesan pribadi maupun pe...