Langsung ke konten utama

MUDITA; 347

Selesai sarapan dan membereskan bekas makanan, Taehyung dan Jeongguk memutuskan untuk mengajak anak-anak panti bermain. Sekarang adalah hari libur, jadi mayoritas anak-anak itu tidak memiliki kesibukan apapun dan hanya berdiam diri di panti. 

Sebagian anak laki-laki yang sudah menginjak remaja memilih bermain bola bersama Taehyung sementara anak-anak kecil dan perempuan lebih senang mengikuti Jeongguk.  Dia mengajari mereka menggambar, merawat tanaman dengan benar, dan berjanji pada mereka bahwa dia akan kembali dengan membawa banyak mainan nantinya. 

Ada satu anak laki-laki yang sangat Jeongguk suka, dia mengenalkan diri sebagai Arka. Remaja paling besar di antara anak-anak lain yang lebih memilih bermain bersama Jeongguk dibandingkan ikut menyepak bola dengan Taehyung dan remaja lain seusianya. Tutur kata anak itu begitu lugas, lembut, dan penuh aura positif. Dia selalu menyimak antusias ketika Jeongguk menjelaskan tentang ilmu-ilmu sederhana dalam menjaga tanaman agar tetap sehat. Dan dengan lantang berkata bahwa dia ingin menjadi seseorang yang bekerja pada NASA jika dirinya telah menginjak dewasa saat ditanyai perihal cita-cita. Dan Jeongguk yakin, Arka akan menjadi seseorang yang sukses di belahan bumi manapun dia berpijak.

Namun semua momen menyenangkan bersama anak-anak harus terputus ketika mereka memutuskan untuk pulang karena waktu sudah menunjukkan angka sebelas menuju siang. Jeongguk sebenarnya ingin berlama-lama disana, dia masih belum puas menghabiskan waktu bersama anak-anak panti. Tapi Taehyung yang mengatakan bahwa mereka bisa kembali lagi ke tempat ini di hari lain membuat Jeongguk mendesah pasrah dan menciumi puncak kepala salah satu anak terkecil di antara penghuni panti sebelum berpamitan.

Jeongguk pikir, Taehyung benar-benar akan mengantarnya pulang, tetapi pemuda itu  justru mengarahkan motornya menjauhi kawasan kota. Menciptakan tanda tanya besar di kepala Jeongguk ketika mereka telah melewati tanda perbatasan wilayah.

"Kita mau ke mana?" Jeongguk setengah berteriak mencondongkan tubuhnya pada Taehyung.

"Tempat gue biasa nyantai kalo lagi stres."

"Lo sekarang lagi stres?" Jeongguk mengerutkan kening, matanya melihat sekeliling jalan yang mulai dipadati pepohonan rimbun, "Ini ke mana? Pantai? Gunung? Hutan? Biasanya sih orang kalau healing ke tempat-tempat gituan."

"Sejenis itu."

Setelahnya tidak ada percakapan lebih lanjut yang tercipta di antara keduanya. Jeongguk sibuk dengan lamunannya, menikmati pemandangan yang semakin asri dan sejuk. Ditambah cuaca sedang tidak terlalu terik, cuma awan-awan menggumpal yang memenuhi langit. Sedangkan Taehyung, pria itu hanya fokus pada jalanan yang semakin menanjak ketika dilalui. 

Hingga Taehyung kemudian memelankan motornya dan semakin menepi di samping jalan, dengan hati-hati berbelok pada jalanan setapak yang dan sisi-sisinya dipenuhi karet, aren, lontar, dan berbagai jenis pohon besar lainnya yang tumbuh tidak teratur. Jeongguk sigap berpegangan pada pundak Taehyung, sedikit meringis sebab tatonya masih belum terlalu kering harus terhentak ketika motor Taehyung menabrak jalanan berlubang. 

Taehyung membawanya cukup jauh memasuki setapak, pada akhirnya berhenti tiba-tiba ketika menemukan tanah lapang dan meminta Jeongguk turun. Pemuda itu lalu menepikan motornya di dekat pohon besar, memberi gestur untuk mengikutinya berjalan sebelum dirinya dibuat terpukau ketika menemukan lembah besar yang berwarna kebiruan setelah lima menit mereka menyusuri setapak. 

Jeongguk mengerjapkan mata, "Lo tau ini dari mana?"

Taehyung menuju pondok kecil di dekat lembah, melepas sandalnya dan duduk bersila, "Nggak sengaja nemu sama Mingyu dulu pas pramuka waktu SMP."

Menyusul Taehyung, Jeongguk duduk di samping pemuda itu, melepas jaketnya dan meletakkan di samping antara keduanya. "Lo biasanya ke sini sama Mingyu?"

Gelengan pelan,"Mingyu ke sini kalo confused nyari gue aja. Soalnya gue pas ngilang itu kalo nggak di rooftop sekolah ya di sini. Tapi jarang sih di sini, soalnya jauh."

Taehyung lalu merogoh sesuatu dari sakunya, mengeluarkan carikan kertas warna-warni yang ditumpuk-tumpuk menjadi gulungan. "Ini dari anak-anak panti," dia menyodorkan pada Jeongguk.

Pemuda itu dengan kebingungan mengambil gulungan kertas dari tangan Taehyung,"Ini apa?"

Taehyung mengendikkan bahu, "Nggak tau," cengirnya main-main, "Gue cuma minta mereka nulis apa yang ada dalam isi hati mereka dan keinginan mereka masing-masing."

Jeongguk mengernyit, "Kok gue nggak tau mereka bikin ginian?"

"Mereka bikinnya tadi, pas lo sibuk bantu Bu Asih cuci piring. Tapi beberapa doang sih, yang udah paham nulis aja."

Menaruh sebagian di sisinya, Jeongguk mengambil salah satu kertas dan mulai membacanya. 

"Aku Gaia, aku tidak tahu harus menulis apa, tapi aku hanya ingin berterima kasih pada diriku sendiri. Terima kasih telah kuat sampai sekarang, terima kasih kamu tidak menyerah dengan keadaan. Terima kasih telah menjadi seorang Gaia yang sekarang. Aku bahagia di sini. Ada banyak orang yang menyayangiku. Aku hanya berharap tidak ada keluarga yang mengadopsiku hahaha. Aku tidak ingin melihat wajah setiap kali Bu Asih mengucapkan salam perpisahan pada anak-anak asuhnya."

Jeongguk mengulum senyum, "Mereka sayang banget ya sama Bu Asih?" monolognya, dan Taehyung mengangguk setuju. Dia kemudian mengambil acak salah satu kertas dan meminta Jeongguk membaca lagi.

"Aku tidak mau mengenalkan namaku, basi hehehe. Aku hanya ingin bilang kalau aku suka makan. Sukaaaa sekali. Tapi aku tidak bisa makan banyak di panti. Kami sering kekurangan. Jadi sekalipun aku suka makan, aku kadang membagi makananku dengan si kecil Dami. Dia lebih membutuhkan asupan gizi agar cepat besar dan aku bisa bermain bola dengannya sekalipun dia perempuan."

"Ini Damar bukan?" Jeongguk terkikik geli sekaligus rasa haru yang menyelimuti dadanya, dengan usianya yang masih belasan, dia sudah memikirkan orang lain. "Dia bilang ke gue kalo doyan makan tapi katanya gak bisa makan banyak di sini. Gue janji mau bawain dia cokelat banyak-banyak juga."

"Lo janjiin gitu?" Taehyung bertanya sangsi.

Jeongguk mengangguk.

"Harus ditepatin, loh," ucap Taehyung. Yang dibalas delikan dari Jeongguk, "Iya,iya."

Jeongguk lalu meraih kembali kertas lain, tersenyum ketika melihat tulisan yang ditulis begitu rapi dengan nama Tara tetera di sana. Gadis yang membuatkannya karangan bunga dan duduk di kursi roda ketika mereka bermain bersama kala itu. Seorang wanita cantik yang tidak pernah kehilangan senyum di bibirnya.

"Bacanya nyaring-nyaring nggak, nih?"

Taehyung mengangguk, "Baca aja."

"Halo, namaku Tara dan aku bercita-cita ingin menjadi atlet lari. Aku berumur lima belas tahun, kehilangan orang tuaku dalam sebuah kecelakaan lalu lintas dan menderita lumpuh total pada kedua kakiku akibat kecelakaan itu. Tidak ada yang merawatku dan aku berakhir di tempat ini dua bulan lalu. Saat itu, aku benar-benar kehilangan arah. Aku ketakutan, aku dihantui perasaan bersalah dan pemikiran bahwa aku adalah kriminal, aku membunuh orang tuaku. Aku selalu berpikir.. kenapa hanya aku yang selamat? Kenapa tidak mereka berdua saja yang hidup dan aku yang dicabut nyawanya?  Aku sendirian. Aku tidak memiliki siapapun. Rasanya begitu sesak, seolah seluruh hidup sudah tidak ada artinya. Tapi Bu Asih berkata padaku bahwa bahwa tidak ada orang yang benar-benar sendirian di bumi yang luas ini, akulah yang membatasi diriku dan menciptakan kesendirian itu. Aku yang menutup diriku dari kepedulian orang-orang di sekitarku. Jadi, bagaimana bisa aku mengatakan bahwa aku sendiri? Di saat semua anak-anak di sini menerimaku sepenuh hati. Rela mendorongkan kursi rodaku tanpa banyak mengeluh. Bu Asih dan teman-teman perempuanku suka rela merepotkan diri ketika mengurusi aku saat hendak mandi. Aku banyak membuat mereka susah, tapi mereka tidak mengeluhkan hal itu. Jadi, siapa yang sendiri? Tentu saja bukan aku. Aku punya mereka. Aku punya Bu Asih. Memang, aku kehilangan orang tuaku, kehilangan cita-citaku, segalanya. Tapi aku percaya, Tuhan selalu memiliki rencana. Kepada diriku di masa depan, aku yakin kamu akan dikenal sebagai seorang yang berguna untuk dirimu sendiri dan juga orang-orang di sekitarmu. Tuhan menyelamatkan nyawamu dan membuatmu masih bernapas hingga sekarang bukan tanpa alasan."

Jeongguk tertegun ketika menyelesaikan kalimat tersebut, melirik ragu pada Taehyung yang hanya memandang kosong pada hamparan air kebiruan dari lembah di depan dan beralih menatapi kertasnya lagi.

"Kenapa diam?" Taehyung membuka suara, menoleh ke arah Jeongguk yang tengah tercenung menatapi guratan tinta pada kertas di tangannya. "Masih ada banyak, ayo bacain lagi. Itu mereka bikinnya sepenuh hati, loh."

Menelan ludah, Jeongguk mengambil acak salah satu kertas lain, memegang sudutnya dengan kedua tangan agar tidak tergulung dan kembali bersuara, bibirnya bergetar dalam setiap kalimat yang terasa menusuk ulu hatinya.

"Namaku Arkana. Sejak aku lahir ke dunia hingga sekarang, aku tidak pernah menghitung umurku. Menurutku itu tidak penting. Kehadiranku di dunia ini tidak berguna. Karena itulah orang tuaku membuangku sejak aku masih kecil. Entah dengan alasan apa. Mungkin aku hadir dari dua sejoli yang saling mencintai tapi tidak siap mengemban beban dengan kehadiran bayi sepertiku. Atau mungkin aku dilahirkan dari sebuah ketidak inginan. Bisa saja ibuku baru diperkosa, hamil, melahirkanku, lalu membuangku seperti sampah. Apapun alasannya aku tidak peduli. Aku tidak tahu di mana mereka sekarang dan tidak ingin berusaha mencari tahu juga. Terkadang aku berpikir, aku seharusnya bisa berada dalam keluarga yang hangat dan nyaman, tapi aku justru lahir dari seseorang yang sama sekali tidak menginginkanku. Memikirkan hal itu membuatku dipenuhi perasaan benci pada mereka. Juga, aku tidak suka bergaul dengan anak-anak di sini. Aku merasa tidak ada yang bisa memahami perasaanku, kesedihanku, lukaku, perasaan terbuangku. Aku tidak pernah merasakan kebahagiaan. Keseharianku dilalui dengan perasaan iri dengki saat sepulang sekolah aku melihat anak-anak lain dijemput orang tuanya, atau setiap pembagian raport, ada ayah dan mama mereka yang datang menerima hasil lalu kemudian memuji prestasi anaknya padahal nilainya tidak seberapa. Aku benci. Aku benci melihat orang lain bahagia. Aku merasa itu tidak adil. Jika orang lain bahagia kenapa aku tidak bisa? Di mana letak bahagiaku? Tapi kala itu, di minggu yang berawan, aku tiba-tiba dikejutkan oleh pesta kecil yang diadakan panti. Mereka mengatakan padaku "Selamat ulang tahun ya ke-17 ya, Arka. Kami mencintaimu", memintaku memotong kue dan aku mendapat hadiah pertamaku, sebuah sepeda bekas yang uangnya diperoleh dari kegiatan menabung rutin anak-anak panti. Aku ingat sekali, Bu Asih (yah, beliau adalah malaikat di sini, memotivasi setiap anak-anak yang sedih ketika berakhir di tempat in) bilang sesuatu sederhana namun begitu menohokku, "Arka, jangan lupa bersyukur. Bahagia bisa kamu dapat dengan bersyukur. Bersyukur saat kamu bisa makan hari ini, bersyukur saat seluruh organmu berfungsi dengan baik hari ini, bersyukur matamu masih terbuka saat pagi hari. Terapkan itu, maka kebahagiaan yang kamu cari sebenarnya selalu ada sedari dulu di sekitarmu". Dan omong-omong, usiaku sekarang sudah 18 tahun, aku pengidap tumor otak stadium tiga. Tapi anehnya aku tetap merasa bahagia. Dan jika harus mati, aku akan mati di atas bulan atau setidaknya aku pernah menginjakkan kaki di gedung NASA."

Dan tangis Jeongguk pecah, bersamaan satu pelukan dari Taehyung yang merengkuhnya erat, mengelusi kepala pemuda itu menenangkan. Meski pada akhirnya dia berujung emosional dan keduanya menangis bersama.

Komentar

  1. Baca dari bawah dulu sksksk takut

    BalasHapus
  2. arkaaaaaaaaaa 😭😭😭😭😭😳

    BalasHapus
  3. Hikss bener bener harus banyak bersyukur ya...ayok gguk ilangin sikap egois kmu dan cari kebahagiaan mu...harus tetep bersyukur ya

    BalasHapus
  4. AAAWWW NANGIS BGTT PLIS HEPI ENDINGGGGG

    BalasHapus
  5. AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA

    BalasHapus
  6. aaaaaaaaaaaaaaaaaaa ikut nangis jugaaaa

    BalasHapus
  7. YAALLAH AKU NANGIS BANGET😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

    BalasHapus
  8. Huwaaaaaa nangis kejer pas bagian suratnya arka😭😭😭😭😭😭😭😭😭

    BalasHapus
  9. DEMI APA GUA JUGA TERHARU BNGT, TAE BEGINI KYKNYA ADA RENCANA DEH. GUA GA MAU SENENG DULU SKJSAK

    BalasHapus
  10. fix dahlah bahagia masing2 itu buktiny teha berusaha bikin gguk bersyukur sama semua yg dy miliki yaudhlh mw gmna lagi harusny lebih seru lgi klo gguk mcd ajh sklian

    BalasHapus
  11. Guwe ikutan NANGIS, guwe ngrasa selama ini apa sh yg guwe cari tentang kebahagiaan
    Padahal disekitar guwe hal sepele juga bisa buat guwe bahagia..

    BalasHapus
  12. GUE BACA INI SKRG UDAH JAM 1 MALEM, DAN GUE NANGIS BGT SUMPAH ASTAGA. GUE PENGEN LU BAHAGIA GGUK😭😭😭😭 PLZ HEPI ENDING

    BalasHapus
  13. TOLONG ADA APAA INI. GUA BACA KOMEN DULU SOALNYA😢😢😢

    BalasHapus
  14. feeling bakal nangis dan bener aja gw nangis 😭😭😭😭

    BalasHapus
  15. yaallah nangis yaallah😭 makasi yh risa, lunar, apapun deh panggilannya🍀☘️💜 noh daun gue keluarin dua2nya, makasih lunnn makasihhhh

    BalasHapus
  16. Maafkan aku maafkan aku maafkan aku maafkan aku maafkan aku

    BalasHapus
  17. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  18. Baca subuh subuh gini gaenak bgt, nangis ya Tuhan 😭😭😭

    BalasHapus
  19. ya tuhannn sedihh bangettt😭😭

    BalasHapus
  20. Ih gw bacanha pagi2 gini ga bisa nangis,harusnya tadi malem biar masuk ke hati:(

    BalasHapus
  21. ikutan nangis bacanya 😭😭😭

    BalasHapus
  22. Plot twist kalo ternyata maksud tae gini buat nyadarin gguk kalo bahagia gak harus sama seseorang yang disayang aja. Bahagia bisa di dapat dengan bersyukur. Bersyukur itu sebenernya susah, makanya, sekali kamu bersyukur, hidup kamu bakal bahagia. Ini nyadarin aku sih, selama aku hidup, aku sering banget ga bersyukur. Yah aku bakal nyoba bersyukur lebih sering.

    BalasHapus
  23. Woiii sumpah merindinhhhh hikdkddddddrr😭😭😭😭😭😭😭😭

    BalasHapus
  24. NANGISSSSSS... ARKA NAMA ADEK KU HEH 😭😭😭😭

    BalasHapus
  25. arka tu yg gguk blg plg dia suka kan :(

    BalasHapus
  26. Sedih banget ya tuhan.. 😭😭

    BalasHapus
  27. Depo 20ribu bisa menang puluhan juta rupiah
    mampir di website ternama I O N Q Q.ME
    paling diminati di Indonesia,
    di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
    ~bandar poker
    ~bandar-Q
    ~domino99
    ~poker
    ~bandar66
    ~sakong
    ~aduQ
    ~capsa susun
    ~perang baccarat (new game)
    segera daftar dan bergabung bersama kami.Smile
    Whatshapp : +85515373217

    BalasHapus
  28. Srius gua juga ikutan nangiss😭

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUDITA; 246

Jeongguk tidak menyadari bahwa tubuhnya telah merosot ke lantai, air mata merembes melalui celah bulu lentiknya.Tidak ada  sekaan  dan usapan seperti biasa, kali ini Jeongguk membiarkannya tumpah begitu saja, mengalir untuk pertama kalinya dengan mulus melalui pipi hingga turun ke dagu. Rasanya sakit sekali. Dada Jeongguk begitu sesak, seakan tidak ada oksigen untuk bisa dikonsumsi parunya. Setiap taluan pada detak jantungnya mengantarkan denyut nyeri yang menjalar melalui aliran peredaran darahnya, menjadikan tubuh Jeongguk bergetar hebat oleh rasa remuk yang begitu hebat menghujam hatinya.   Jeongguk duduk dan meringkuk, terisak keras. Perkataan Bunda beberapa saat lalu mengawang di telinganya, sakitnya masih sama tiap kali ingatan itu berputar di memori Jeongguk, begitu sesak. Jeongguk sungguh-sungguh tidak mengharapkan kata itu keluar dari mulut Bunda untuk kedua kali. Alasan mengapa Jeongguk menjauh dari rumah, menghindar dari Bunda. Cukup sekali, cukup sekali Jeong...

MUDITA; epilogue (3.5/5)

“ Maaf.” Jeongguk menahan geli ketika keduanya telah berada di kamarnya. Taehyung yang salah tingkah adalah pemandangan menyenangkan untuk dilihat. Mereka baru saja dipergok oleh Nyonya Jeon beberapa saat lalu. Wajah pucat bundanya ketika menatap horor pada dirinya yang nyaris dilucuti oleh Taehyung di tempat terbuka pun masih terbayang di ingatan. Mereka kelabakan sewaktu teriakan Nyonya Jeon memecah suasana sensual di antara keduanya. Taehyung nyaris membuatnya terjerembab saat menurunkan Jeongguk dengan tiba-tiba. Jeongguk setengah menahan malu membenarkan pakaiannya yang tersingkap, sementara Taehyung hanya menyengir seperti orang kelimpungan dan mengucapkan hai canggung yang jelas dibalas delikan oleh Nyonya Jeon. “Kenapa minta maaf?” Jeongguk tergelak, mengambil posisi duduk di atas kasur menghadap Taehyung. Taehyung membuang napas keras-keras, “Yang tadi itu kelepasan.” Jeongguk mengangkat bahu tidak peduli, “Santai aja,” jawabnya ringan, “Bunda kaget doang pasti waktu tau anakn...

“The Moon and The Beautiful”

  “Aku mendapat pesan dari Namjoon  Hyung  beberapa saat lalu.” “ Hm ?” “Dia mencarimu, katanya kau menolak panggilannya dan tidak membuka pesan yang dia kirim.” “Aku menolak panggilannya?” “Ya, dan dia memintamu untuk ke ruangan kerjanya sekarang, ada yang ingin dibicarakan denganmu.” “Siapa?” “Namjoon  Hyung. ” “Apa katanya?” Sang lawan bicara — Jeongguk mulai merasa kesal, dia mendecih dan memutar bola mata jengah, menyaringkan nada bicaranya dan menekan setiap kata pada kalimatnya, “ Dia. Ingin. Kau. Ke. Ruangan. Kerjanya. Sekarang. ” “Namjoon  Hyung ?” Jeongguk menarik napas, setengah membanting stik  game- nya, ia kemudian bangkit dan melangkah menghampiri Taehyung. Pria besar itu tengah berbaring di sofa sejak beberapa jam lalu dengan pandangan fokus pada ponsel pintarnya. Dia bahkan mengabaikan Jeongguk ketika ditawari ajakan bermain  overwatch  bersama dan menolak panggilan serta tidak membaca pesan pribadi maupun pe...