Langsung ke konten utama

MUDITA; epilogue (1/5)

Hujan deras memias dari jendela kamarnya, menciptakan embun yang membatasi pandangan Taehyung dari luar. Taehyung menyesap kopi yang dibuatkan Edrea, membuka sedikit jendela dan menghirup napas dalam-dalam ketika semilir angin  yang menyelinap melalui celah-celah jendela menerpa kulitnya.  Matanya sesekali melirik pesan dari Jeongguk yang sudah dia terima beberapa hari lalu namun tidak juga dibalasnya. 

Dan dia membuang napas panjang setelahnya.

Meminum nyaris setengah gelas kopi, pandangan Taehyung menerawang pada rintik hujan, termenung memperhatikan tiap tetes air menyentuh tanah hingga menciptakan genangan, menikmati bunyi ribut dari angin berpadu tumpahan hujan yang memekakkan telinga. 

Dan kilasan ingatan masa lalu ketika dia masih menginjak sekolah dasar tiba-tiba berputar di memorinya tanpa bisa cegah. Hal yang tidak menyenangkan untuk diingat sebenarnya. Sebab, sepanjang tahun hingga lulus sekolah, dia adalah seseorang yang kerap menjadi sasaran perundungan dari teman-teman kelas bahkan kakak tingkatnya. 

Tidak pernah jelas alasannya. Tahu-tahu saja, ketika dia melewati koridor ramai, ejekan verbal selalu diterimanya. Hingga rasanya telinga Taehyung sudah familiar dan terlampau biasa dengan ucapan anak kriminal, preman, penyabu, tukang mabuk. Tidak ada yang mau berteman dengan Taehyung. Sebagian dari mereka karena memang tidak ingin, dan sebagiannya lagi dilarang oleh orang tuanya. Berdalih bahwa Taehyung mungkin saja memberikan dampak negatif terhadap perkembangan anaknya; disaat justru Taehyung lah yang mengalami tekanan setiap harinya dari anak-anak mereka.

Hanya saja, dia tidak peduli. Perundungan yang dia terima hanya sebatas itu, jadi Taehyung masih bisa melewati hari seperti biasa pun tidak berusaha untuk mencari teman main. Sendiri tidak terlalu buruk untuknya. Dia tidak harus berbagi jajan dengan kawanan sebayanya, tidak perlu memberi contekan ketika sedang mendapat tugas dari guru pelajaran, juga tidak harus menghabiskan waktu untuk bermain karena dan memangkas waktu belajarnya. Lagi pula, dia adalah ketua kelas, memiliki kepercayaan guru dan selalu dipanggil paling akhir ketika pembagian raport dengan A yang hampir memenuhi seluruh baris nilai dan rutin menerima hadiah buku bertuliskan peringkat pertama pada depan kertas kadonya.

Maka, dia tidak butuh dan bergantung pada siapapun.

Hingga ketika suatu hari, Taehyung tidak sengaja melihat ayah dari salah satu orang yang paling vokal dalam mengatainya, tengah mabuk berat bersama ayahnya sendiri di pondokan dekat pos jaga kampung saat mamanya meminta dia untuk memanggil sang ayah untuk makan siang bersama. Taehyung mengenali pria tambun itu, dia pernah beberapa kali datang ke sekolah untuk menerima raport anaknya ketika semester genap. Jadi dia tidak mungkin salah lihat. Namun, Taehyung tidak terlalu ambil pusing, membangunkan ayahnya yang nyaris terlelap meski kemudian dirinya mendapat ledakan amarah akibat menganggu tidurnya. 

Tapi ketika besoknya dia mendapat rundungan serupa mengenai reputasi ayahnya oleh segerombolan anak yang duduk dikursi depan kelas mereka sewaktu Taehyung lewat, dia gatal sekali ingin bersuara. Karena itu, Taehyung menunjuk salah satu di antara gerombolan anak-anak itu, berkata dengan lantang "Ayah dia juga pemabuk! Aku lihat ayahnya minum sama ayahku."

Hening sejenak dan Taehyung dapat melihat wajah anak yang ditunjuknya itu memucat. Taehyung pikir semua akan berakhir di sini dan mereka berhenti mengata-ngatainya. Atau setidaknya dia punya teman untuk dirundungi bersama. Namun, saat satu suara gelak tawa disusul tawa lainnya yang menggema dan balasan, "Dia temen kami, masa kami ngatain?" didapatnya,  Taehyung menyadari satu hal. Dia butuh relasi. 

Karena, sebajingan apapun dia, akan ada orang yang mewajarkannya dengan sebutan 'teman'. 

Jadi, begitu memasuki sekolah menengah pertama, Taehyung memutuskan ikut salah satu kerabat mamanya dan merantau ke luar kota untuk bekerja, bersekolah di lingkungan baru dan berusaha sebanyak mungkin meraup teman yang bisa dijangkaunya.

Taehyung dibayangi oleh rasa takut bahwa dirinya tidak akan memiliki teman seperti dulu. Dia takut dibenci oleh orang lain dan perundungan akan datang padanya lagi jika ada seseorang yang memulai. Karena dia tahu, rasa benci itu menular. Satu orang pembenci mungkin akan bisa mengajak beberapa orang lain agar turut menjadi pembenci, meskipun orang itu bahkan sama sekali tidak tahu permasalahan apa yang sebenarnya tengah terjadi. Banyak kebencian yang datang tanpa alasan, yang kemudian menyebar dari mulut ke mulut dan membentuk sebuah  stigma, dan itu mengerikan

Menjadikan Taehyung seseorang yang pada akhirnya selalu berusaha membuat orang di sekitarnya senang dengan keberadaannya, bahagia berteman dengannya, dan berhutang budi pada Taehyung dengan pikiran jika dia melakukannya maka mereka akan sungkan untuk memandangnya dengan buruk. Hingga lambat laun, kebiasaan tersebut mengakar di kepalanya dan membentuk identitas Taehyung yang seperti sekarang. Segalanya berbaur, menciptakan sebuah kebiasaan yang susah Taehyung hilangkan dan menjadikan pribadi yang lebih senang mendahulukan kebahagiaan orang di sekitarnya. Hal yang membuatnya menelantarkan fakta bahwa ada seseorang lain yang tidak pernah dia perhatikan, dirinya dan kebahagiaannya. 

Lamunannya membuyar saat lidahnya mengecap sepat ampas kopi hitam yang mengendap. Menyadari gelas kopinya kosong, Taehyung beranjak berdiri, berniat keluar untuk menambah isinya ketika pintu kamar lebih dahulu terbuka dan Edrea muncul dari balik sana. Taehyung tidak sempat berkata apapun ketika Edrea lantas mengambil gelas kopi dari tangannya, meletakkan di atas nakas, lalu menarik lengan pemuda yang memandangnya dengan kebingungan itu untuk duduk di kasur. "Aku mau ngobrolin sesuatu sama kamu."

Taehyung mengerutkan kening, menatap serius pada wanita di sampingnya. "Ngobrolin apa?"

"Soal kita, dan Jeongguk."

Sekilas, Edrea dapat menangkap tubuh Taehyung yang menegang dan wajahnya yang mengeras ketika nama Jeongguk terucap dari belah bibirnya. Namun dia tetap melanjutkan, "Kamu lagi ngasih aku waktu buat beres-beres dari apart sini atau gimana?"

Taehyung terdiam.

"Kenapa? Kamu nggak tau cara mutusin orang?" Edrea tergelak, namun kemudian nadanya melirih, "You gave me a chance. To make you falling. But, it doesn't ever work, i guess? I asked you until when? Then you said, sampai Jeongguk bisa lepasin kamu. Jadi, bukannya sekarang waktuku udah habis?"

"Re," Taehyung menarik napas panjang, "Sorry?"

Edrea meraih kedua tangan Taehyung, menggenggamnya erat, "No need to say sorry, Taehyung. Ini pilihanku. Aku yang mikir kalau aku bisa bikin kamu suka ke aku dengan cara ini. Kamu jatuh cinta sama Jeongguk juga awalnya karena kepaksa nerima dia, kan? I thought it was worked on me too. Tapi nggak pernah ada yang namanya kedua kali, right? Lagian, kamu perlakuin aku baik banget, padahal kamu lagi hancur waktu tau Jeongguk udah punya pacar."

Taehyung mendengus tertawa mendengar kalimat terakhir dari Edrea, "Bangsat, emang. Harusnya dulu aku nggak usah ngecek akun twitter dan buka direct message dari dia."

Edrea balas tertawa. "This," dia mengambil lengan Taehyung yang penuh tato, menyusuri dengan jarinya, "The best, hot, and artistic way to covered up your pains. Nggak keliatan kok. Even, you still look handsome with that scars. Tapi, jangan ditambahin lagi, oke?"

Taehyung rasanya ingin menangis. Edrea selalu tahu cara untuk membuatnya merasa hangat dan nyaman. Dari ketika dirinya menginjakkan kaki ke Kalimantan, wanita itu yang pertama kali mengulurkan tangan dan memberinya bantuan, katanya sebagai ucapan terima kasih karena Taehyung sudah menolongnya dari pencopetan. Mencarikan Taehyung tempat kontrakan dan berpisah setelahnya. Namun ketika keduanya kembali berpapasan dalam studio tato tempat Taehyung bekerja, mereka memutuskan berteman. Sebab takdir tidak mungkin membuatnya secara kebetulan bertemu lagi jika tanpa alasan.

 "...but, you okay with that?" Taehyung bertanya hati-hati. Takut sekali menyakiti perasaan Edrea, dan memang sudah.

Edrea tersenyum, menepuk paha Taehyung dan mengangguk, "Dari awal, aku yang mau ini kan? " ujarnya tanpa beban, "Setahun cukup buat aku, Taehyung. Kamu perlakuin aku baik banget. Kamu lembut, perhatian, peduli, sampai rasanya aku mikir you already head over heels with me. Tapi selalu aja ada hal yang buat aku ingat batasku sampai mana. Kamu yang diam-diam masih suka ngelamun dan ngeliat satu-satunya foto Jeongguk di galerimu yang belum kamu hapus. Kamu yang kadang masih suka salah sebut dan manggil aku Jeongguk waktu diajak ngobrol. Kamu yang  nggak pernah mau nyentuh aku sampai tahap inti, and ended up being asshole terus ninggalin aku dalam keadaan aku lagi horny as fuck," ujarnya separuh tertawa yang dibalas ringisan oleh Taehyung. 

Edrea adalah saksi mata dari segala yang dia lewati untuk melepas rasa bersalahnya dari Jeongguk. Pria itu sering meracau bahwa dia pria payah yang terlalu takut dengan tudingan yang diberikan oleh Jeongguk untuknya, terlalu takut ketika Jeongguk begitu gamblang menunjuknya sebagai pihak yang salah, terlalu takut ketika pemuda itu memandangnya dengan tatapan benci. Dia begitu bodohnya ketakutan pada orang yang dia cintai setengah mati hingga memutuskan berlari.

Tapi yang lebih konyolnya lagi, dia tetap memilih jatuh. Masih menjadikan wajah Jeongguk sebagai hal pertama yang dilihatnya ketika tengah memejamkan mata. Masih menjadi penyebab detak jantungnya berdegup berantakan. Masih menjadi alasan Taehyung ingin pulang

Sering kali Taehyung berujung mengemas kopernya setiap kali teman-teman sekolahnya dulu tidak sengaja membahas Jeongguk, meminta Edrea mengurungnya dalam kamar dan merampas ponselnya seharian total agar Taehyung tidak berbuat hal diluar kendalinya dan memesan tiket penerbangan menuju Jeongguk saat itu juga. 

Dan Taehyung tidak pernah jatuh cinta sedalam ini, sesulit ini, sesakit ini. Dia tidak tahu bahwa isi chat dari Jeongguk mampu mengikis akal sehatnya. Menjadikan Taehyung pria menyedihkan yang sering pulang dengan bau alkohol menyengat di badan hingga berbulan-bulan lamanya. Merasa luka di hatinya begitu menganga perih dan berakhir melakukan hal yang menghasilkan tamparan dari Edrea setiap kali dia datang ke rumah wanita itu dengan tangan dibalut kain kasa yang diluarnya terdapat banyak bercak merah. Menangis tremor dengan napas tersengguk dan dada sesak oleh rasa sakit karena dirinya kepayahan mengais oksigen sebab rasa panik turut menyertai. Taehyung takut setengah mati dengan darah. Tapi itulah yang dia perlukan, rasa takut yang membuatnya sekejap bisa membuang Jeongguk dari ingatan

Butuh teriakan, makian, pukulan, dan tangis dari Edrea hingga akhirnya Taehyung berhenti dengan candunya mengiris luka. Mengalihkan rasa sakitnya pada hal lain, tattoo. Sampai ketika tangannya telah penuh dan bekas lukanya tertutupi, barulah Taehyung berhenti. Dia lalu membuka hari baru tanpa ingatan Jeongguk di dalamnya, mengubur rapi kenangan dengan pemuda itu dan berusaha menggores tinta pada bab baru dalam buku kehidupannya. Lalu, Edrea menawarkan diri. Bersedia membantu Taehyung untuk menulis kembali semuanya, mengajari Taehyung bagaimana menggoreskan huruf demi huruf seolah dia adalah balita yang kembali belajar

Dan ketika Taehyung merasa dirinya sudah siap, dia memutuskan untuk pulang. Berpikir bahwa Jeongguk mungkin sudah bahagia, jadi dia akan datang dengan wajah bahagia juga untuk-nya. Tapi nyatanya tidak. Jeongguk masih sama, seperti dirinya. Masih dihantui oleh kisah mereka yang diputus dengan paksa. 

"Mungkin," Taehyung menatap kosong dinding kamarnya, "Semuanya bakal lebih baik jika aja aku waktu itu nggak kayak anak kecil yang ditekan dikit langsung kabur. " 

"You were not in the capicity to thinking clearly at that time, Taehyung. You just lost your parents." Edrea mengelus punggung Taehyung, menenangkan. "Terus kamu ditekan begitu oleh orang yang kamu sayang, sekalipun mungkin dia punya alasan dibalik itu dan dia nggak maksud demikian. Tapi aku paham situasi kamu gimana, okay?"

"But, look at we now," ujarnya pahit, "Kisahku dan Jeongguk bikin pihak lain harus nanggung juga. Jeongguk hurts Eunwoo, I hurt you."

"Jeongguk ke Eunwoo mungkin iya. But you? You don't hurt me. Aku yang tawarin diri. Aku udah tau resikonya, kamu juga kasih aku warning. Kamu sendiri yang bilang kalau masih sayang Jeongguk, masih berharap sama dia. Instead, aku nggak pernah juga ngerasa kamu nyakitin aku. Tiap kamu mention Jeongguk juga aku biasa aja. Aku ngerasanya Jeongguk sedang nitipin kamu ke aku, dan dia bakal ambil lagi. Tugasku cuma rawat kamu, mastiin kamu baik-baik aja, mastiin kamu bahagia. Lagian, kita udah bicarain ini ratusan kali sampai aku khatam bakal ke mana nanti obrolan kita ngarahnya."

"So, please stop?" Edrea  meminta halus, "Udah kejadian juga, kan? Kamu udah sampai di titik ini. You did well, Taehyung. Kalian pisah seperti yang kamu mau. Kalian pisah baik-baik. Jeongguk berhenti sama obsesinya ke kamu. Dia akhirnya bisa ngerti sama perasaan empati. Dan itu karena siapa, You. Kamu secara nggak langsung ikut andil buat bikin dia jadi lebih baik kayak sekarang, right? You should proud of yourself.  Kamu nggak maksain semuanya. Kamu nggak selfish dengan milih lari atau ambil paksa Jeongguk dari Eunwoo. You two trying to deal with it. It's a good choice."

Taehyung menghembuskan napas gemetar saat panas terasa di sudut matanya yang mulai berair. Rasanya sakit. Sakit yang melegakan. 

"Wanna cry?" Edrea merentangkan tangan, dan Taehyung mendengus geli namun tanpa berpikir panjang langsung meringsekan tubuhnya ke dalam pelukan wanita itu, memeluknya erat dan berkata maaf berulang kali.

"Stop saying sorry, jangan bikin aku nangis juga," pinta Edrea setengah bercanda yang dibalas tawa pelan dari Taehyung.

"Re."

"Hm?" Edrea menyisiri puncak kepala Taehyung dengan jemarinya, "Kenapa?"

"I kissed him."

"Jeongguk?"

Taehyung mengangguk, "No, he kissed me. We kissed," ralatnya kemudian. Taehyung menyandarkan kepalanya pada bahu Edrea, "Kenapa kissing kami selalu jadi salam perpisahan?" monolognya geli namun gemetar sarat akan luka.

"Yang pas hari itu?" Edrea bertanya mengonfirmasi dan Taehyung mengangguk lagi. "How does it feel?"

"The feeling of kissing the one you love is... simply beyond words." Taehyung mengawang mengingat bagaimana kembali rasa bibir Jeongguk ketika menyentuh bibirnya, "It was a complete mixture of nervousness blended with romance," gelaknya lagi. Namun tawanya seketika hilang,  dia melanjutkan lirih, "And sadness."

"Jadi," Edrea berkata setelah kehingan beberapa saat di antara mereka, "Break up?"

Taehyung melepaskan pelukan, mengusal rambut Edrea dengan senyuman dan mengangguk. "Be happy, yeah?" pintanya tulus, "Wanna last kiss? My ex?" candanya di akhir kalimat yang disambut tawa dari Edrea.

"Can I?" tanyanya sangsi, dan Taehyung merespon dengan bibirnya dibawa menuju bibir wanita itu. Menyatu dalam hitungan detik, tanpa emosi apapun,  dan diakhiri lebih dulu oleh Taehyung. 

"Besok aku bantu kamu pindahan."

Edrea mengangguk singkat ketika Taehyung kemudian beranjak berdiri dengan membawa gelas kopinya keluar kamar. Menyisakan dirinya yang termenung sendiri. Wanita itu menyentuh bibirnya yang masih basah, merasakan nyeri menghantam dadanya dan tangis yang sejak tadi tertahan. Seketika dirinya teringat ucapan Taehyung barusan. That was what I feel too, Taehyung. Nervousness blended with romance and sadness every time we kissed.

Namun Edrea memahami satu hal; Jika Taehyung dan Jeongguk yang saling mencintai saja tidak bisa bersama, bagaimana bisa dia begitu angkuh ingin memiliki Kim Taehyung ketika dirinya hanya 'jatuh' sendirian.



Komentar

  1. 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

    BalasHapus
  2. Wah agak ga rela mereka kissing walaupun cuman salam perpisahan woy ayo happy!

    BalasHapus
    Balasan
    1. WKWKKW DUAINN😭😭😭 TPI ITS OKY LAHH TRKHIRRR JUGA KANNπŸ™‚πŸ™‚πŸ˜­πŸ˜­πŸ˜­πŸ˜­

      Hapus
    2. SAMA WOIIII😭😭 tapi ikhlasin aja soalnya ini yang terakhir moga aja gak ada lagi😭

      Hapus
    3. sama😭 kek, knp hrs ciuman argh. tp yauda la yg penting ini terakhir utk mrk

      Hapus
    4. sama anjir garelaaaaa😭😭😭😭😭😭😭

      Hapus
  3. EDREAAA MAAFIN W YA DAH KESEL SAMA U😭😭😭😭😭😭😭

    BalasHapus
  4. KANNN KANN KANNN😭😭😭😭
    TOLONG INI JK MUK TUNANGAN KAN??? TEROOOS GIMANA ASTAGFIRULLAH

    BalasHapus
  5. LIKE AN ECHO IJ THE FOREST
    YEAHHH LIFE GOES ON

    BalasHapus
    Balasan
    1. GW LG SEDIH TIBA" NGAKAK😭😭😭

      Hapus
    2. Ini gak bisa like komentar pula 🀣

      Hapus
    3. sempet"nya lo ya like an echo in the forest ~~ 😭😭

      Hapus
  6. πŸ˜­πŸ’” be happy ya taehyung

    BalasHapus
  7. EDREA BAIK BGT 😭 AING DAH SALAH KIRA KE EDREA😭 KIRAIN BAKAL JAHAT HUWE HUWEEE MAAPIN😭

    BalasHapus
  8. Sakit banget mingguku 😩😩😩

    BalasHapus
  9. Ngga tau mau bilang apa lagi 😭😭😭

    BalasHapus
  10. ko rada nyesek juga denger edrea bilang gitu

    BalasHapus
  11. Ngga tau mau bilang apa lagi 😭😭😭

    BalasHapus
  12. Ngga tau mau bilang apa lagi 😭😭😭

    BalasHapus
  13. DAH LAH YALLAH NGAPASIIHH GGUK LO TUH MAGADIR BANGET! NGAPAIN JUGA TAEHYUNG YG KEK MALAIKAT BISA JATUH CINTA SAMA ORANG MAGADIR. NGAMOK GUE KALO MEREKA DUA GAK PACARAN JUGA

    BalasHapus
  14. Plis biarin taehyung dan jungkook bersama. Sedih banget dah, kasihan akhirnya Taehyung sendiri juga dong kalo gitu :( karena edrea sendiri udah nyerah buat yakinin taehyung, dan perasaannya taehyung udah tau bakal akan tetap untuk siapa. Plis taehyung be happy,

    BalasHapus
  15. 😭😭😭😭😭😭

    BalasHapus
  16. akuuu tidakkk kuattt tolonggg😭😭

    BalasHapus
  17. AGAK NYESEL UDAH KESEL MA EDREA😭😭😭

    BalasHapus
  18. AKU NNGISSSSSS...TAEKOOK KUUUUUU

    BalasHapus
  19. Aaaaawwww yaampun ������ mreka adl orang yg jatuh cinta namun dipaksa untuk melupa ��������

    BalasHapus
  20. 😭😭😭😭😭😭😭😭

    BalasHapus
  21. let's all cry eariier on saturdayπŸ˜‰πŸ€™πŸ»

    BalasHapus
  22. EDREAAAAA 😭😭😭😭😭

    BalasHapus
  23. Gilaaaa sumaph ya allah skskksks

    BalasHapus
  24. Edrea sadgirl yang dikira fuckgirl sama semua orang, baguslah gguk deserve untuk cinta taehyung tapi karam krn tunangan. Gguk eunwoo berlayar amien

    BalasHapus
  25. Ini gmna woyy,,😭 sadness banget taehyung,,

    BalasHapus
  26. 😭😭😭😭😭😭😭😭😭

    BalasHapus
  27. Gue nangisss,terusss om ku masukk ke kamar,di tanyain "lelaki kurang ajar mana lagi kakak?" Weee gue nangisin taekook om😭😭😭

    BalasHapus
  28. on my pillow, on my table. yeah, life goes on. like this again~ :D

    BalasHapus
  29. PLEASEEEEEEE SEMOGA MASI ADA KESEMPATAN BUAT TAEKOOK AYO NYATU KALIANNNNNN

    BalasHapus
  30. Aduh edrea maafin ya kemarin dah mikir jahat aja, tapi tapi tapi kenapa gw pengen jk sama ty sih :(

    BalasHapus
  31. Ada sedikit titik terang. Gapapa cium dikit gapapa. Yang penting akhirnya sama gguk😭

    BalasHapus
  32. Sedih banget si 😭😭😭😭😭😭😭😭😭 tp aku suka karakter mbaknya yg gak maksain buat dapetin taehyung, keep strong ya mbak edreaπŸ’œ

    BalasHapus
  33. 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

    BalasHapus
  34. Batal aja pertunangan, semoga eunwoo kyk edrea rela ngelepasin dari pada jatuh sendiri :(

    BalasHapus
  35. Aduh gue sakit hati anjrot tapi gue suka

    BalasHapus
  36. Tumben sakit hati senikmat ini

    BalasHapus
  37. IHHHH SETIDAKNYA KLO MEREKA GA SAMA SAMA AKU NGAREPIN KLO MEREKA BAKAL BAHAGIA SAMA PASANGANNYA MASING MASING😭😭😭😭

    BalasHapus
  38. NANGISS GUE😭 Edrea 😭

    BalasHapus
  39. 😭😭😭😭

    BalasHapus
  40. Ingat, life goes on edrea. Smngt yh.

    BalasHapus
  41. GAK RELA PAS TAE NYIUM SI ANDREA

    BalasHapus
  42. ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000
    dapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
    segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q

    BalasHapus
  43. Edrea maafin tadi gue marah marah sama lo mana nyumpahin mati anjir jahat banget gueπŸ₯Ί

    BalasHapus
  44. nerbener ni kisah dua orang riweh btul 😭😭😭 PLS BAHAGIA Y KELEN

    BalasHapus
  45. edrea :( EUNWOO PLIS BIARKAN KAPAL KESAYANGAN GUE BERLAYAR PLISS WOOπŸ˜­πŸ˜­πŸ˜­πŸ˜­πŸ˜­πŸ™πŸ™πŸ™πŸ™

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUDITA; 246

Jeongguk tidak menyadari bahwa tubuhnya telah merosot ke lantai, air mata merembes melalui celah bulu lentiknya.Tidak ada  sekaan  dan usapan seperti biasa, kali ini Jeongguk membiarkannya tumpah begitu saja, mengalir untuk pertama kalinya dengan mulus melalui pipi hingga turun ke dagu. Rasanya sakit sekali. Dada Jeongguk begitu sesak, seakan tidak ada oksigen untuk bisa dikonsumsi parunya. Setiap taluan pada detak jantungnya mengantarkan denyut nyeri yang menjalar melalui aliran peredaran darahnya, menjadikan tubuh Jeongguk bergetar hebat oleh rasa remuk yang begitu hebat menghujam hatinya.   Jeongguk duduk dan meringkuk, terisak keras. Perkataan Bunda beberapa saat lalu mengawang di telinganya, sakitnya masih sama tiap kali ingatan itu berputar di memori Jeongguk, begitu sesak. Jeongguk sungguh-sungguh tidak mengharapkan kata itu keluar dari mulut Bunda untuk kedua kali. Alasan mengapa Jeongguk menjauh dari rumah, menghindar dari Bunda. Cukup sekali, cukup sekali Jeong...

MUDITA; epilogue (3.5/5)

“ Maaf.” Jeongguk menahan geli ketika keduanya telah berada di kamarnya. Taehyung yang salah tingkah adalah pemandangan menyenangkan untuk dilihat. Mereka baru saja dipergok oleh Nyonya Jeon beberapa saat lalu. Wajah pucat bundanya ketika menatap horor pada dirinya yang nyaris dilucuti oleh Taehyung di tempat terbuka pun masih terbayang di ingatan. Mereka kelabakan sewaktu teriakan Nyonya Jeon memecah suasana sensual di antara keduanya. Taehyung nyaris membuatnya terjerembab saat menurunkan Jeongguk dengan tiba-tiba. Jeongguk setengah menahan malu membenarkan pakaiannya yang tersingkap, sementara Taehyung hanya menyengir seperti orang kelimpungan dan mengucapkan hai canggung yang jelas dibalas delikan oleh Nyonya Jeon. “Kenapa minta maaf?” Jeongguk tergelak, mengambil posisi duduk di atas kasur menghadap Taehyung. Taehyung membuang napas keras-keras, “Yang tadi itu kelepasan.” Jeongguk mengangkat bahu tidak peduli, “Santai aja,” jawabnya ringan, “Bunda kaget doang pasti waktu tau anakn...

“The Moon and The Beautiful”

  “Aku mendapat pesan dari Namjoon  Hyung  beberapa saat lalu.” “ Hm ?” “Dia mencarimu, katanya kau menolak panggilannya dan tidak membuka pesan yang dia kirim.” “Aku menolak panggilannya?” “Ya, dan dia memintamu untuk ke ruangan kerjanya sekarang, ada yang ingin dibicarakan denganmu.” “Siapa?” “Namjoon  Hyung. ” “Apa katanya?” Sang lawan bicara — Jeongguk mulai merasa kesal, dia mendecih dan memutar bola mata jengah, menyaringkan nada bicaranya dan menekan setiap kata pada kalimatnya, “ Dia. Ingin. Kau. Ke. Ruangan. Kerjanya. Sekarang. ” “Namjoon  Hyung ?” Jeongguk menarik napas, setengah membanting stik  game- nya, ia kemudian bangkit dan melangkah menghampiri Taehyung. Pria besar itu tengah berbaring di sofa sejak beberapa jam lalu dengan pandangan fokus pada ponsel pintarnya. Dia bahkan mengabaikan Jeongguk ketika ditawari ajakan bermain  overwatch  bersama dan menolak panggilan serta tidak membaca pesan pribadi maupun pe...