Langsung ke konten utama

MUDITA; epilogue (4/5)

 Waktu sudah menunjukan pukul dua dini hari ketika Jeongguk masih dalam kondisi terjaga dari tidurnya, sama sekali tidak berusaha untuk memejamkan mata. Yang dilakukannya selepas Taehyung tidur hanyalah memandangi pria itu sejak tadi, mengamati deru napas teratur pemuda dalam pelukannya itu. Menyibak sedikit selimut yang menutupi tubuh telanjang keduanya, tangan Jeongguk terulur, membelai perlahan pipi Taehyung, menyusuri garis rahang pemuda itu lamat-lamat.

Jeongguk ketakutan. Begitu takut hingga rasanya dia tidak berani menutup matanya barang sebentarpun.

Bagaimana jika ini semua tidak nyataBagaimana jika Taehyung meninggalkannya saat Jeongguk lengah?

Memikirkan kemungkinan Taehyung tidak ada di atas ranjangnya keesokan hari adalah sesuatu yang tidak bisa Jeongguk bayangkan. Dadanya tiba-tiba saja terasa nyeri dan dia gemetar oleh angannya sendiri.

Tidak bisa. Jeongguk tidak akan bisa lagi menanggung semuanya. Jeongguk bisa mati jika setelah semua ini, Taehyung memutuskan pergi lagi.

Tanpa sadar, air mata menuruni pipinya, membasahi bantal dan menciptakan isak kecil yang coba Jeongguk tahan agar tidak mengusik tidur Taehyung. Jeongguk menangis dalam diam, pandangan Taehyung yang mengabur oleh buliran air mata yang tertahan di pelupuknya membuat Jeongguk cepat-cepat menyekanya. Taehyung tidak boleh lepas dari pandangannya. Dia harus terus mengawasi pemuda itu hingga Jeongguk dapat memastikan sendiri bahwa ini semua adalah realita; yang sedang berbaring di sampingnya, menggantungkan lengannya lemah pada pinggang Jeongguk dengan kedua kaki mereka saling bertopangan satu sama lain adalah Kim Taehyung. Bukan orang lain. Hanya Kim Taehyung. Pemuda yang dicintainya dari setiap tarikan napas Jeongguk hingga hembusan terakhinya.

“Gguk?”

Hingga suara parau dan serak dari Taehyung yang menembus pendengaran Jeongguk membuat pemuda itu seketika membuatnya tersadar.

"Taehyung?" Jeongguk berdeham untuk membersihkan pita suaranya dari serak, "Kok bangun?"

Taehyung menguap, meregangkan kepalanya ke samping dan membalas, "Lo peluk gue kenceng banget. Kebangun."

Jeongguk sontak mengerjap, "Oh," desaunya merasa bersalah, "Maaf.."

That was fine,” Taehyung berkata lagi, membenarkan posisi tidurnya dan menyentuh wajah Jeongguk lemah, “Lo sendiri kenapa nggak tidur? Badannya sakit, kah?” dan dia mengernyit ketika merasakan pipi Jeongguk yang sembab. Pemuda ini habis menangis.

Taehyung seketika langsung duduk, membuat punggung telanjangnya terekspos dan memperlihatkan dengan jelas guratan tato Taehyung yang panjangnya hingga nyaris menyentuh dada. Taehyung menatap Jeongguk sayang, membelai rambutnya yang berantakan dengan halus, “Jeongguk,” Taehyung memanggil, “Bilang ke gue, bagian mana yang sakit? Punggung? Bokong? Hole?”

Jeongguk menggeleng pelan berkata bahwa dia baik-baik saja dan ingin duduk. Maka, Taehyung membantunya, menarik perlahan tubuh pemuda itu. Namun kemudian ringisan pelan dari Jeongguk membuat Taehyung urung dan segera membaringkan pemuda itu kembali dengan pahanya sebagai bantalan. Dia menyapu jejak air mata di pipi Jeongguk dengan ibu jari dan menunduk untuk mengecup singkat bibir Jeongguk. “Sakit banget ya sampai nangis gini?”

Balasan yang Taehyung dapat justru tangannya yang berada di wajah pemuda itu digenggam erat oleh Jeongguk dan dia berucap gemetar, “T-taehyung.." Jeongguk berucap sengau dan jejak air mata baru kembali mengalir. "Jangan pergi.. jangan pergi lagi.”

Separuh nyawa Taehyung yang masih di alam mimpi seketika total tersadar oleh isakan tertahan dari pemuda Jeon. Seakan  kepalanya disiram ratusan bongkah es, menghilangkan segala sisa kantuknya dan membuatnya kembali pada realitas secara sempurna oleh kalimat yang begitu menyayat hati dari Jeongguk.

“Gue nggak kemana-mana, Gguk,” ucapnya menenangkan. Sebelah tangannya yang lain berusaha mengambil fabrik selimut untuk menutupi tubuh Jeongguk yang sedikit tersibak. “Gue bakal terus di sini.”

“Gimana kalau..” Jeongguk terseguk, “..kalau besok lo tiba-tiba ngilang? Pergi jauh dari gue? Setahun? Dua tahun? Lima tahun? Selamanya?”

Taehyung menggeleng cepat, tersenyum lembut dan menatap obsidian Jeongguk yang memerah, “Kita bakal terus bareng. Setahun, dua tahun, lima tahun.

“Selamanya?”

Taehyung mengangguk mantap, “Selamanya.”

Jeongguk mengerutkan hidung, membersit ingusnya dan susah payah mencoba duduk. Taehyung dengan sigap membantu pemuda itu, bertanya khawatir dan meminta maaf dengan wajah penuh rasa bersalah saat mendengar ringisan dari pemuda Jeon ketika bokongnya menyentuh kasur. Namun Jeongguk menanggapinya dengan raut tenang, berkata bahwa dia baik-baik saja dan sakit di punggungnya akan hilang pagi nanti.

“Taehyung,” Jeongguk tiba-tiba berkata, “Boleh minta tolong?”

“Iya? Lo butuh apa?”

“Ambilin minum sama makan ke bawah, bisa? Gue laper. Lo juga pasti laper. Kita nggak ada makan malam.”

Taehyung mengangguk, menyibak selimut dan berdiri. Jeongguk memanas menyaksikan tubuh telanjang Taehyung yang remang-remang dalam kegelapan, dengan santainya memungut bokser di lantai dan mengenakannya asal di hadapan Jeongguk. Taehyung lalu keluar, meninggalkan Jeongguk di kamar sendirian. Pemuda itu berusaha mengambil celananya yang tersampir di sudut kasur dengan penerangan seadanya dari lampu tidur, memakainya perlahan tanpa  peduli bahwa dia tidak mengenakan dalaman sebab dirinya tidak menemukan keberadaan benda itu di sekitarnya. Dia lalu merangkak, mengambil kaosnya di sudut lain kasur dan mengenakannya sebelum mendudukan dirinya bersandar pada kepala ranjang. Menunggui Taehyung.

Sedatangnya pria itu, dia langsung menyalakan lampu, menerangi maksimal seisi ruangan hingga seluruh kekacauan yang mereka buat ketika melakukan sesi percintaan tadi terlihat jelas. Taehyung datang dengan membawa satu gelas besar air minum dan sepiring penuh nasi dengan lauk pauk dan dua sendok garpu diatasnya. Meletakkan di atas nakas kemudian berkata singkat, “Tuh, dimakan. Gue ambil lauknya random tadi, nggak tau lo suka yang mana.”

Jeongguk tersenyum dan mengucap terima kasih, “Gue suka semua kok kalo yang masak Bunda.” Meraih piring tersebut dan meletakkanya di pangkuan lalu berkata lagi ketika Taehyung beranjak menjauh dari kasur,“Lo nggak makan?”

“Bentar. Mau beresin ini dulu.”

Pemuda itu lalu dengan telaten mengambili satu persatu pakaian mereka yang tergeletak sembarangan di lantai. Jeongguk nyaris tersedak saat Taehyung begitu santainya menyomot celana dalamnya tanpa rasa jijik dari bawah ranjang, menumpuknya jadi satu dan meletakkan di atas sofa dan setelahnya kembali pada Jeongguk, duduk menyampingi pemuda itu. Dia mengambil sendok dari atas piring, memasukkan satu suapan besar di mulut yang disusul oleh Jeongguk.

“Gue pernah sekali makan masakan nyokap lo,” Taehyung membuka obrolan, “Mirip-mirip sama masakan lo tapi punya lo kadang lebih strong rasanya.”

“Masa?” Jeongguk menelan makanannya, “Kapan?”

“Udah lama, waktu gue jenguk lo ke lapas terus bawain makanan nyokap lo.”

Jeongguk mengangguk-angguk, fokusnya seketika teralihkan pada bisep Taehyung yang bergerak sewaktu pemuda itu menyendokkan makanannya, membuat Jeongguk seketika kesusahan menelan nasinya. Dia lantas mengambil minum, Taehyung membawa gelas besar hingga serakus apapun dia meminum isinya, hanya seperempat yang berhasil dia tandaskan.

Keduanya menikmati makanan dalam diam. Suapan lebih banyak dilakukan oleh Jeongguk, sementara Taehyung sendiri hanya menyantap makanannya disela-sela Jeongguk sibuk mengambil jeda untuk minum. Pemuda itu benar-benar kelaparan, piring yang diisi bejubel oleh Taehyung dihabiskan nyaris tiga perempatnya oleh Jeongguk. Tapi Taehyung sama sekali tidak masalah dengan itu. Melihat pemuda-nya lahap membuat perut Taehyung yang serasa diisi.

Selesai makan, Taehyung beranjak, mengambil piring yang sudah kosong dari pangkuan Jeongguk serta gelas di atas nakas, membawanya kembali ke dapur bawah dan mencuci piring tersebut sebelum kembali ke kamar. Jeongguk masih dalam posisinya, duduk bersandar pada kepala ranjang dan sedang bermain ponsel.

“Gguk,” Taehyung berucap, membuat fokus Jeongguk pada ponsel teralihkan, dia menatap Taehyung dengan alis bertaut penuh tanya, dan Taehyung lantas berkata, “Mau sikat gigi dulu apa tidur langsung?”

Jeongguk mendengung, tampak menimbang-nimbang sebelum kemudian berkata merengek, “Gendong, tapi?” ujarnya bercanda.

Dan dirinya dibuat terkejut saat Taehyung merampas ponselnya, meletekkan di meja samping lalu dengan segera mengangkat tubuh Jeongguk dari kasur, menggendong dengan posisi seakan mereka tengah berpelukan. Jeongguk refleks memeluk leher Taehyung erat, menggigit bibir ketika bokongnya tergesek oleh fabrik kain saat Taehyung melangkah menuju kamar mandi.

Taehyung menurunkan Jeongguk hati-hati, memegangi pinggul pemuda itu ketika telapak kaki Jeongguk mulai menyentuh lantai marmer yang dingin.

“Bisa?” Taehyung bertanya khawatir, sama sekali tidak melepaskan tangannya dari Jeongguk yang tengah mengerutkan kening menahan sakit. Barulah begitu kerutan di dahinya mengurai dan Jeongguk mengangguk pelan meski tangannya masih bertumpu di bahu Taehyung, pemuda itu menguraikan tangannya.

Jeongguk berbalik menghadap kaca, memandang sekilas wajahnya yang berantakan sebelum mengambil malas sikat dan pasta gigi. Dia kemudian menarik laci dibawah wastafel, mengeluarkan satu sikat gigi baru untuk Taehyung yang langsung disambut oleh pemuda itu.

Jeongguk menuangkan pasta di atas sikat gigi, turut melakukan hal sama pada sikat gigi Taehyung saat pemuda di belakangnya itu mengulurkan tangan melalui bahu Jeongguk. Keduanya lalu menyikat gigi dalam diam, saling berpandangan satu sama lain melalui pantulan kaca. Jeongguk meringis ketika melihat leher hingga bagian bawah tulang selangkanya penuh bercak merah keunguan yang nyaris berdarah dan meninggalkan sedikit nyeri saat disentuh. Taehyung juga sama, ada banyak kissmark di lehernya, tapi tidak separah milik Jeongguk.

Dan Jeongguk kontan mendelik ketika merasakan perutnya sedang diraba-raba. Dia lantas memukul tangan Taehyung yang menyelinap dari balik kaosnya, membuat pemuda itu mendengus namun tidak berniat mengeluarkan tangannya, hanya diam di sana tanpa melakukan pergerakan apapun pada perut datar Jeongguk.

Begitu selesai menyikat gigi dan berkumur-kumur sampai bersih, keduanya tidak beranjak dari kamar mandi. Punggungnya bersandar lemas pada dada telanjang Taehyung sedangkan Taehyung beralih memeluk Jeongguk dari belakang, munumpu kepalanya pada bahu pemuda itu, menatapnya dari balik cermin dan berujar, “Lo cantik. Cantiknya orang ganteng. Manis, mata belo lo lucu. Eunwoo suka lo pasti gara-gara mata lo,” ujarnya, masih mengungkit-ungkit nama mantan kekasih Jeongguk sekalipun tahu bahwa hal itu hanya akan membuat mod-nya memburuk.

“Lo juga?”

“Apa?”

“Suka gue karna mata gue?”

“Enggak lah.”

“Terus apa?”

“Bokong lo.”

Cubitan pada lengannya menciptakan gelak tawa dari Taehyung. Pemuda itu mengeratkan pelukannya, menyengir jenaka.“Bercanda.”

“Jawaban yang seriusnya?” tanya Jeongguk menuntut, “Kenapa bisa suka gue?”

Taehyung bernapas di tengkuknya, menciumi malas leher Jeongguk lalu mengendikkan bahunya, “Entah, lupa. Tau-tau aja gue langsung suka lo.”

Jeongguk merotasikan matanya. “Payah banget jawabannya.”

Taehyung hanya tergelak menanggapi, dia menggesek-gesekkan wajahnya pada bahu Jeongguk, menghasilkan satu protesan kecil dari pemuda dalam pelukannya.

“Geli, Taehyung.” Jeongguk berusaha menjauhkan kepalanya dari Taehyung, menghindari rambut-rambut Taehyung yang menyentuh pipinya. Namun Taehyung menanggapi itu dengan memasukkan kedua lengannya ke dalam kaos Jeongguk, mengelusi permukaan perutnya dan perlahan naik ke atas dan berakhi di dadanya.

Jeongguk bergerak gelisah dan kepalanya mendongak, memeramkan matanya dan melenguh tertahan ketika dia kembali mendapat satu kissmark baru saat Taehyung menyesap leher belakangnya penuh nafsu. Dan Jeongguk  nyaris kembali terlena sewaktu kedua pucuk dadanya dipilin lembut oleh Taehyung dengan lidah pemuda itu bermain-main di belakang telinganya, mengulumi kuping Jeongguk sensual. Namun sewaktu dia merasakan bagian bokongnya ditekan oleh benda keras, Jeongguk langsung membuka mata.

“T-ae,” Jeongguk berkata terengah, menutup mulutnya menahan desahan yang nyaris keluar sewaktu Taehyung mengulumi telinganya. “s..stop,” ucapnya susah payah. Dia memegang tangan Taehyung yang tidak berhenti memainkan dadanya, “G-gue nggak bisa lakuin seks lagi kalo lo tegang. Badan gue masih sakit. Please?

Maka, Taehyung benar-benar berhenti. Mengatur napasnya yang berantakan dan mengeluarkan tangannya dari kaos Jeongguk. Tanpa berkata apapun, Taehyung lalu mengangkat tubuh Jeongguk, menutup pintu kamar mandi menggunakan kaki sebelum melangkah menuju kasur. Dia membaringkan Jeongguk perlahan ke atas ranjang, meraih ujung selimut lalu menyampirkan hingga menutupi separuh tubuh pemuda itu. Sesaat ketika Taehyung beranjak hendak mematikan lampu utama, tangannya ditahan oleh Jeongguk.

“Taehyung,” Jeongguk memanggil dan Taehyung lantas menoleh ke arahnya. Jeongguk menggigit bibir. “Mau ke mana?”

Baru saja Taehyung akan menjawab, Jeongguk berkata lagi, intonasinya memanik. “Lo marah, ya? Taehyung mau pergi? Mau ninggalin gue?”

“Gguk..”

Suara Taehyung tertahan oleh Jeongguk yang tiba-tiba memaksakan diri untuk duduk, sebelah tangannya berusaha untuk melepaskan bajunya sementara sebelahnya lagi menggenggam erat pergelangan Taehyung, seakan takut jika genggamannya melonggar Taehyung akan langsung lenyap dari pandangannya.

“H-hei,” Taehyung berujar panik, segera mendudukan dirinya di samping Jeongguk dan menahan tangan Jeongguk yang sedang kesusahan mengeluarkan kepalanya dari kaos. “Kenapa di lepas?”

“..seks,” Jeongguk meracau, “Lo mau seks, kan? Ayo kita lakuin,” tawarnya frustrasi, “T-tapi jangan pergiGue.. gue minta maaf tadi nolak lo. Sekarang gue udah bisa kok. T-tapi jangan kasar-kasar banget ya.. tapi terserah lo aja, mau kasar juga nggak papa. T-tapi jangan tinggalin gue.”

Hati Taehyung berdenyut nyeri seketika mendengar kalimat-kalimat yang tersusun berantakan yang diucapkan Jeongguk dengan begitu lirih dan penuh rasa takut. Maka, tak butuh lama untuk dirinya segera membawa Jeongguk ke dalam pelukannya. Jeongguk balas memeluk Taehyung erat, tiba-tiba terisak dan berucap jangan pergi berkali-kali sampai mata Taehyung memanas.

“Gue nggak bakal kemana-mana, Jeongguk.” Taehyung menjaga intonasinya agar tetap terdengar lembut dan tidak melukai perasaan Jeongguk yang sedang dalam kondisi sensitif pasca hubungan intim mereka untuk yang pertama kalinya. Entah berapa kali dia mengulang kalimat ini.

“Lo tidur, okay? Lo dari tadi nggak ada tidur sama sekali, kan?” pintanya halus.

Jeongguk menggeleng, “Nanti lo tinggalin gue,” jawabnya sangsi, menenggelamkan wajahnya pada bahu bidang Taehyung, “Nggak mau Taehyung pergi.”

Taehyung mendengus kecil, merasa terpana oleh sikap Jeongguk yang segini manjanya setelah melakukan seks. Bayangan bahwa Jeongguk pernah melakukan hal yang serupa dengan Eunwoo tiba-tiba terlintas di kepala, dan dirinya tidak dapat menahan cemburu saat berkata, “Lo after sex bakal gini juga ke Eunwoo?”

“Apanya?”

“Sensitif, clingy, cengeng, manja, gemesin gini?”

Mendengarnya, Jeongguk mengerutkan alis. “Kenapa nanya?”

Berlagak tak peduli, Taehyung menjawab cuek, “Penasaran. Pertanyaan opsional aja itu, dijawab boleh, nggak dijawab juga nggak masalah.”

Jeongguk tiba-tiba menyengir, melepas pelukan keduanya untuk menatap Taehyung dengan pandangan menggoda. “Taehyung, lo cemburu, ya?”

Taehyung mendelik, “Biasa aja.”

“Jawab dulu yang jujur baru gue kasih tau.”

Helaan napas, “Iya, gue cemburu.”

Pengakuan dari Taehyung sontak menjadikan Jeongguk tergelak geli. “Lo bisa cemburu juga ternyata.”

“Katanya mau jawab.”

“Enggak, Taehyung. Gue biasanya langsung tinggal tidur,” Jeongguk berkata jujur. 

Memang biasanya selepas dia berhubungan badan dengan Eunwoo, Jeongguk akan langsung jatuh tidur. Tidak ada obrolan apapun di antara mereka, dan durasi seks keduanya juga tidak selama ini. Tidak banyak foreplay yang terjadi, dan Eunwoo biasanya hanya melakukan pemanasan sebentar lalu langsung menuju tahap inti.

Jawaban dari Taehyung hanya berupa oh singkat, dan sekilas Jeongguk dapat melihat perubahan pada raut wajah pria itu ketika pembahasan ini dibawa, dan dia kontan mendengus, “Siapa duluan yang mulai bahas ginian coba? Sekarang orangnya malah cemberut,” sindirnya.

Taehyung menghela napas, meraih telapak tangan Jeongguk. “Gguk, maaf, ya?”

Jeongguk mengerjap bingung atas ungkapan maaf dari Taehyung yang dicetuskannya tiba-tiba.

“Maaf? Buat apa?”

“Nggak ada, pengen minta maaf doang.”

“Nggak jelas lo.”

“Maafin tapi?”

Jeongguk mulai jengkel. "Maaf apa dulu?"

“Ya maaf aja, coba lo tinggal gini,” Taehyung menangkup kedua pipi Jeongguk, memaksa pemuda itu menaik turunkan kepalanya dan membuat gerakan mengangguk-anggukan kepala. "Nah kan beres. Nggak usah tanya-tanya terus."

Jeongguk mendelik, memukul tangan Taehyung sebal agar terlepas. Dia kemudian menggeser tempat duduknya, mendirikan dua bantal di kepala ranjang dan menepuk bagian kasur yang kosong, “Sini.”

Taehyung menangggapi dengan memasang ekspresi bingung. Namun dia tetap melakukannya, merangkak naik ke atas kasur dan duduk bersandar di samping pemuda itu.

“Taehyung ambilin selimut.” Jeongguk menunjuk pada selimut yang berada di antara kakinya, dan Taehyung mengambil tanpa melayangkan protes apapun. Menyelimuti Jeongguk dan dirinya sebelum menelisipkan tangannya di antara leher Jeongguk dan menarik pemuda itu agar berbaring di lengannya.

“Lo ngantuk?” Jeongguk bertanya, menyamankan dirinya dalam kungkungan Taehyung.

Tangan Taehyung bergerak mengelusi kepala Jeongguk, “Udah banyak tidur tadi. Lo tuh yang nggak tidur-tidur. Perasaan pas abis seks mukanya lemes bener.”

Jeongguk memukul dada Taehyung. “Diem nggak.”

Dan kemudian hening cukup lama. Jeongguk mengira pria itu sudah tertidur. Dan ketika dia mendongak, dirinya menemukan Taehyung yang balas menatapnya dengan alis terangkat.

“Kok lo nggak ngomong apa-apa?”

“Kan lo suruh diem.”

Jeongguk mendengus luar biasa kesal. Taehyung tidak banyak berubah ternyata. Masih menuruti hal-hal yang Jeongguk rasa tidak perlu dan senang melanggar sesuatu yang seharusnya dia lakukan.

“Taehyung.”

“Mm?”

Jeongguk memainkan ujung selimut. “Ayo ngobrol.”

“Emang sekarang kita lagi ngapain? Nyanyi?”

“Nggak gitu,” pukulan kembali dia layangkan pada lengan telanjang Taehyung yang berada di pinggangnya dan tidak tertutup selimut. “Coba ceritain pas lo di Kalimantan kemarin ngapain.” Mata Jeongguk tiba-tiba saja memanang tertarik pada ukiran-ukiran tato yang memenuhi lengan pemuda itu. Jemarinya terulur, berusaha untuk menelusuri kulit yang diisi goretan tinta itu, namun Taehyung segera mencekal lengannya.

“Mau ngapain?”

“Megang.”

“Megang apa?”

“Tato lo, lah. Itu bentuknya apa deh?”

Taehyung melirik sekilas tatonya, melingkarkan lengannya kembali lalu mencium sekilas pipi Jeongguk, berucap malas di antara perpotongan leher Jeongguk, “Serigala.”

“Masa?” Jeongguk mengerutkan kening, meraih paksa lengan Taehyung yang kali ini dibiarkan oleh pria itu. “Kok ada bunganya?” ujarnya meneliti, “Terus ada pita juga.”

“Anggap aja serigalanya cewek,” balas Taehyung cuek, menggesekkan hidungnya pada permukaan leher Jeongguk, menciptakan pekikan geli dari pemuda Jeon yang berusaha menjauhkan wajarnya dari Taehyung.

“Muka gue ntar jerawatan kalo kena rambut lo mulu.” Jeongguk mengajukan protes yang tidak digubris oleh Taehyung. Dia justru semakin gencar menduselkan diri dan dengan sengaja melepas ikat rambutnya.

“Taehyung!” Jeongguk memekik.

Dan Taehyung buru-buru menutup mulut pemuda itu dengan telapak tangannya. “Gguk, udah malem loh ini. Jangan teriak-teriak.”

Jeongguk cemberut, menggigit telapak Taehyung dan balas menyahut setelah Taehyung menyingkirkan tangannya. “Lo bukannya nggak mau natoin badan ya dulu pas SMA? Kenapa sekarang pengen?”

“Pengen aja,” jawab Taehyung datar, “Emangnya nggak boleh?”

“Gue nanya doang padahal. Nggak ada bilang itu boleh atau nggak.”

Taehyung terdiam, tiba-tiba mengangkat lengannya sendiri dan memperhatikan lamat-lamat ukiran tato yang serigala yang tenggelam dalam kelopak bunga dan pita dengan seksama. Lukanya masih ada di sana. Sekalipun dia mencoba menutupi semua, tapi luka itu terlalu banyak, terlalu dalam. Tinta saja tidak cukup untuk menghapus jejaknya. 

“Anggap aja ini self reminder buat gue,” cetus Taehyung tiba-tiba.

Self reminder?" Jeongguk membeo,  "Tentang?”

“Tentang gue, manusia ciptaannya, dan Tuhan.”

Jeongguk mengerjap tidak mengerti, namun dia memutuskan tidak mengungkit lebih jauh lagi. Seorang seniman tato memang kadang memusingkan untuk bisa dipahami. Memikirkan hal itu tiba-tiba membuat Jeongguk teringat sesuatu.

“Kenapa studio tato lo namanya Ampersand 10 tattoos?”

Taehyung mengambil jeda sejenak, “Ampersand itu tanda hubung, lambang dan yang simbolik,” jawabnya memulai.

“Kalau angka sepuluhnya?”

“Jarak J ke T itu variatif. Sebelas kalo lo start-nya dari huruf J dan finish di T tepat. Dan sembilan kalau lo ngitung dari K dan akhirannya di S. Jadi gue ambil jalan tengahnya. Sepuluh.”

Jeongguk kehilangan kalimat, dan Taehyung menyahut lagi dengan tatapan geli saat memperhatikan ekpresi bingung di wajah pemuda itu. “Intinya itu representasi huruf lo menuju huruf gue. Jeongguk ke Taehyung. Atau sebaliknya, Taehyung ke Jeongguk.”

Jeongguk merona ketika menangkap maksud perkataan Taehyung. Tapi kemudian dia mendengus keras-keras, kesal. “Lain kali kalo mau godain gue tuh yang simpel-simpel aja. Masa gue mau blushing harus mikir dulu.”

Taehyung tergelak mendengarnya.

“Gguk,” Taehyung tiba-tiba berkata. “Mau pindah ke apart gue?”

Jeongguk menguap, mulai merasa kantuk menyerangnya saat dia membalas bingung. “Bukannya di situ ada Edrea?”

“Kan dibilang udah putus. Dia pindah ke huniannya sendiri lah.”

Jeongguk manggut-manggut, “Lo izin sama Bunda sana.”

Sudut bibir Taehyung tertarik membentuk senyum senang. “Ayey, captain.

Kemudian hening. Taehyung melirik kelopak Jeongguk yang sudah menutup dan napasnya yang mulai berderu teratur. Tapi dia masih merindukan Jeongguknya. Jadi, pemuda itu menoel-noel pipi Jeongguk mengganggu dan memanggilnya lagi.

“Gguk.”

Butuh panggilan beberapa kali sebelum Jeongguk merespon dengan rengekan, “Apaaaa.”

“Katanya dua bulan lagi mantan bos gue bakal nikah.”

Kelopak mata Jeongguk terbuka sedikit. “Hah, siapa?”

“Kak Seokjin, masa lo nggak tau? Bukannya kalian temenan juga?”

Jeongguk menggeleng, menyamankan diri dalam kungkungan Taehyung. “Nggak tau. Kak Seokjin nggak ada cerita.”

“Gue di undang ke sana, di suruh ajak pasangan.”

“Oh,” Jeongguk membalas singkat, memejamkan kembali matanya, “Emang punya pasangan?”

“Punya," Taehyung menjawab lugas, mengecup kecil puncak hidung Jeongguk,  "Elo kan?”

Setengah sadar Jeongguk menyahut, “Berisik.”

Namun usai berkata demikian, Taehyung tersenyum ketika merasakan pelukannya mengerat.

Komentar

  1. SUDA KU BILANG AKU BISA MERASAKAANN MUDITAA APDETTT OMOOO

    BalasHapus
  2. CENGAR CENGIR TERUS DARI AWAL SAMPE AKHIR AJSNWNSNABSHAHHSAH MAMPUS GUEEEE DAAAHHHHHHHHHH

    BalasHapus
  3. GEMAASSS HAPPY ENDING YA KA LUNAR :"

    BalasHapus
  4. ANJAYYYYYY WOI BESOK TAEKOOK NIKAH DATENG YE GUE NGASI AMPLOP 10 JUTA

    BalasHapus
  5. nggak aku aku bulshing aku baper😫

    BalasHapus
  6. LUCU BANGET WKWKWKKSKSKSKWKKSBDJSBDUSNSKDK

    BalasHapus
  7. Awww ka lunarr aku bahagiaaa🤗🤗🤗🥰🥰🥰❤❤❤

    BalasHapus
  8. Senyum senyum sendiri dari awal baca aaaaa

    BalasHapus
  9. YAALOH AKU SENYUM SENYUM SENDIRI BACANYAAA😭😭😭😭

    BalasHapus
  10. Terdeteksi bucin makin kenceng

    BalasHapus
  11. AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA MANIS BANGETTTTTT MEREKA 😢😢😢

    BalasHapus
  12. AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA MANIS BANGETTTTTT MEREKA 😢😢😢

    BalasHapus
  13. AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA MANIS BANGETTTTTT MEREKA 😢😢😢

    BalasHapus
  14. ADUH SP MUK JADI PCARKU?! AK MUK MINTA CUDDLE SEKARANG JUGA.

    BalasHapus
  15. Gguk sayangnya berlebihan, yang berlebihan biasanya tidak baik. Anak indihome tolong liat masa depan apakah happy end?

    BalasHapus
  16. FAK FAK FAK GUA MELTING BGT AJG AHSUWOWNAPAMWJ😭😭😭

    BalasHapus
  17. Kasian, guling gue gigitin mulu saking gemesnya. 😭

    BalasHapus
  18. Huhuhu abis bantal aku gigitin sepanjang chap ini. Emang yah After sex mereka manis banget gila. Keliatan kan saling cintanya. Huaaaaaaa

    BalasHapus
  19. YAALOH BARU BJSA PAKE HOSPOTTT IH NANGISSSS BANGAT SAMA UWU BAGT

    BalasHapus
  20. Gue bacanya cengar cengir tapi sambil nangis😭😭

    BalasHapus
  21. AJAKAJAHAAJJAKA AYOOO NIKAHNYA BARENGAN AJA SAMA SEOKJIN, BIAR HEMAT BIAYA DAN TEMPAT HAHAHAHAHAHAHHAHA...

    TAPI, KIRA KIRA NANTI SIAPA YA YANG JADI PASANGANNYA SEOKJIN??? APAKAH NAMJOON??? EDREA???? ATAU MALAH EUNWOO??????

    BalasHapus
    Balasan
    1. klo sama antara salah satu ini, bener bneer kan lunar top markotop bikin plot twist nyaa WOW

      Hapus
  22. ini gua dari awal baca sampe komen begini baper nya ga ilang ilang woi apqosmznkaqpkamz sampe capek senyum mulu daritadi aaaaaaa

    BalasHapus
  23. PLIS JANGAN DIJATUHKAN YA KAK LUNAR PLISSS

    BalasHapus
  24. ku terlalu takut dg ending ini meragukan skligus was was jdi ga trlalu menikmati lbh tptnya menyangkal perasaan seneng sama part ini krena tkut brhrap lbh ��

    BalasHapus
  25. Aku bacanya blushing sendiri 😭😭😭😭 dahlah nikah aja kalian sana 😭😭😭

    BalasHapus
  26. GEMES BGT PEN GUE BAWA PULANG LU BERDUA

    BalasHapus
  27. Mohon maap lunar, gue bacanya sambil 2 kali nangis, 1 kali blusing, 2 kali ketawa sendiri. Tengah malem lagi, berasa orang sinting

    BalasHapus
  28. Gue bingung mau Nangis apa mau ketawa.. aneh jadi pngn sex terus deeptalk gitu ya bagus bgt dah ASTAGHFIRULLAH

    BalasHapus
  29. cengagas cengeges jam setengah 2 pagi? ah mantap

    BalasHapus
  30. Gue baca 5 kali ni ajg😭😭😭😭😭

    BalasHapus
  31. gemeshh bangett fughh,,,😭✌️

    BalasHapus
  32. Endingnya mati bareng bareng di perjalanan mau ke nikahan seokjin FiX.

    BalasHapus
  33. Tolong woy pipi gua panas dari awal baca sampe akhir huwaaaaa skshidndjdkdhod

    BalasHapus
  34. AWW LUNAR AKU SANGAT2 BAHAGIAAA🥰🥰🥰

    BalasHapus
  35. gue baca ini senyum senyum sendiri anjirr🤭🤣

    BalasHapus
  36. Kak lunarrr plisslahh ini hati udahh ga karuan bgt huaaaaa😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭✨✨✨

    BalasHapus
  37. GGGfcvhvjbjbjbgggkfx gabisaasbblllcttto

    BalasHapus
  38. AKHIRNYA MAKAN GA DITUNDA LAGI YAA 😭😭

    BalasHapus
  39. langgeng trs ya kalian 😻😻

    BalasHapus
  40. BAPERRRRRRRRRRR KNAPA SEBAHAGIA INI MEMBACA NYA HIKD SDIHHH

    BalasHapus
  41. Aaa udah beberapa kali baca ini, rasanya masih sama. Masih ada kupu2 berterbangan di perut. Momen mereka di au emang sedikit mungkin itu yg bikin kangen terus. Salut banget ama ka risa, momen sederhana tapi indah banget kalo dinarasikan ka risa. Sehat selalu ka, ga siap bakal ada au lagi, gasiap kalo tidur dibayang2 cerita kaka😭krn saking penasarannya😭

    BalasHapus
  42. PLS. AKHIRNYA AKHIRNYA AKHIRNYA

    BalasHapus
  43. AAAAAAKAKSKEMKFNEWIANAMK GEMES BANGET SIALAN

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUDITA; 246

Jeongguk tidak menyadari bahwa tubuhnya telah merosot ke lantai, air mata merembes melalui celah bulu lentiknya.Tidak ada  sekaan  dan usapan seperti biasa, kali ini Jeongguk membiarkannya tumpah begitu saja, mengalir untuk pertama kalinya dengan mulus melalui pipi hingga turun ke dagu. Rasanya sakit sekali. Dada Jeongguk begitu sesak, seakan tidak ada oksigen untuk bisa dikonsumsi parunya. Setiap taluan pada detak jantungnya mengantarkan denyut nyeri yang menjalar melalui aliran peredaran darahnya, menjadikan tubuh Jeongguk bergetar hebat oleh rasa remuk yang begitu hebat menghujam hatinya.   Jeongguk duduk dan meringkuk, terisak keras. Perkataan Bunda beberapa saat lalu mengawang di telinganya, sakitnya masih sama tiap kali ingatan itu berputar di memori Jeongguk, begitu sesak. Jeongguk sungguh-sungguh tidak mengharapkan kata itu keluar dari mulut Bunda untuk kedua kali. Alasan mengapa Jeongguk menjauh dari rumah, menghindar dari Bunda. Cukup sekali, cukup sekali Jeong...

MUDITA; epilogue (3.5/5)

“ Maaf.” Jeongguk menahan geli ketika keduanya telah berada di kamarnya. Taehyung yang salah tingkah adalah pemandangan menyenangkan untuk dilihat. Mereka baru saja dipergok oleh Nyonya Jeon beberapa saat lalu. Wajah pucat bundanya ketika menatap horor pada dirinya yang nyaris dilucuti oleh Taehyung di tempat terbuka pun masih terbayang di ingatan. Mereka kelabakan sewaktu teriakan Nyonya Jeon memecah suasana sensual di antara keduanya. Taehyung nyaris membuatnya terjerembab saat menurunkan Jeongguk dengan tiba-tiba. Jeongguk setengah menahan malu membenarkan pakaiannya yang tersingkap, sementara Taehyung hanya menyengir seperti orang kelimpungan dan mengucapkan hai canggung yang jelas dibalas delikan oleh Nyonya Jeon. “Kenapa minta maaf?” Jeongguk tergelak, mengambil posisi duduk di atas kasur menghadap Taehyung. Taehyung membuang napas keras-keras, “Yang tadi itu kelepasan.” Jeongguk mengangkat bahu tidak peduli, “Santai aja,” jawabnya ringan, “Bunda kaget doang pasti waktu tau anakn...

“The Moon and The Beautiful”

  “Aku mendapat pesan dari Namjoon  Hyung  beberapa saat lalu.” “ Hm ?” “Dia mencarimu, katanya kau menolak panggilannya dan tidak membuka pesan yang dia kirim.” “Aku menolak panggilannya?” “Ya, dan dia memintamu untuk ke ruangan kerjanya sekarang, ada yang ingin dibicarakan denganmu.” “Siapa?” “Namjoon  Hyung. ” “Apa katanya?” Sang lawan bicara — Jeongguk mulai merasa kesal, dia mendecih dan memutar bola mata jengah, menyaringkan nada bicaranya dan menekan setiap kata pada kalimatnya, “ Dia. Ingin. Kau. Ke. Ruangan. Kerjanya. Sekarang. ” “Namjoon  Hyung ?” Jeongguk menarik napas, setengah membanting stik  game- nya, ia kemudian bangkit dan melangkah menghampiri Taehyung. Pria besar itu tengah berbaring di sofa sejak beberapa jam lalu dengan pandangan fokus pada ponsel pintarnya. Dia bahkan mengabaikan Jeongguk ketika ditawari ajakan bermain  overwatch  bersama dan menolak panggilan serta tidak membaca pesan pribadi maupun pe...