Baik Jeongguk dan Taehyung seolah membuat kesepakatan bersama tanpa verbalisasi. Hal ini ditunjukkan dari mereka yang sama sekali tidak mengungkit hal tersebut bahkan setelah hujan reda satu jam kemudian.
Taehyung pada waktu itu hanya menggaruk tengkuknya kikuk dan berkata dengan menatap ke arah lain bahwa dia hendak membantu tim untuk membongkari peralatan penelitian sebelum kemudian beranjak pergi meninggalkan Jeongguk tanpa menunggu jawaban dari pemuda itu.
Sementara Jeongguk sendiri mengalihkan perhatiannya dengan membercandai Hoseok atau Mingyu; Hoseok memberikan Jeongguk sarung hangat ketika dia melihat Jeongguk yang saat itu masih sedikit gemetar. Beruntung Hoseok tidak menanyakan apapun mengenai kemeja yang tengah dikenakannya sekalipun pria itu sendiri pasti mengenali bahwa yang tengah dikenakannya adalah milik Taehyung.
Begitu hujan berhenti, Taehyung bersama Hoseok pergi dengan senter di tangan mereka dan kembali membawa dua buah batang kelapa sepanjang setengah meter dan ranting-ranting. Jeongguk memperhatikan dalam diam dari shelter saat Taehyung mengambil parang yang dia bawa —pemuda itu benar-benar mempersiapkan segala hal— dan kemudian mengupasi bagian terluar dari batang kelapa hingga menyisakan serabut dalamnya.
Taehyung lalu menggali tanah dengan parang, menebar ranting-ranting kecil yang juga telah dikuliti ke dalam lubang yang dibuat tadi. Setelahnya, pria itu mengeluarkan getah damar yang dia temukan saat mencari kayu bakar tadi dari kantong celana, menyulutnya dengan pemantik dan meletakkan ke bawah ranting-ranting kecil tersebut. Begitu api—dengan mengejutkan menyala (padahal Jeongguk sendiri tidak berekspetasi itu akan berhasil dalam percobaan pertama, mengingat hujan baru saja menyiram seluruh kawasan pulau; dalam artian semuanya basah), Hoseok yang peka langsung menambahkan ranting-ranting berukuran sedang ke dalam api yang mulai membesar hingga setelahnya dua buah batang pohon kelapa tadi turut dimasukan.
Sebagian besar dari mereka kemudian merapat dan bergerombol mengitari api unggun untuk mendapatkan kehangatan. Sementara Jeongguk sendirian duduk menjuntai di shelter karena terlalu malas turun, toh panasnya api unggun tetap terasa hingga shelter. Keadaan sekitar juga menjadi terang kemerahan, membuat mereka bisa saling melihat satu sama lain tanpa memerlukan bantuan senter lagi.
"Pulau Fanildo ini terbentuk dari pengangkatan material biogenic terumbu karang karena perubahan kedalaman yang drastis dan dikelilingi cliff-slope—tergolong ke dalam vegetated sand cay atau coral cay," Taehyung membuka suara, "Ekosistem di sini lengkap; seagrass, mangrove, dan terumbu karang. Itu yang akan menjadi fokus kita untuk besok. Estimasi waktu seoptimal mungkin. Maksimal penelitian tiap sektor nanti paling tidak empat jam, itu sudah paling mentok." Taehyung melirik yang lainnya. "Kita usahakan untuk memprioritaskan mangrove lebih dulu. Takutnya air laut pasang. Dan—Jeon Jeongguk, kenapa kamu sendirian di situ?"
Begitu namanya disebutkan oleh Taehyung, Jeongguk yang nyaris tertidur mengangkat wajahnya, menatap dengan pandangan bingung pada pemuda yang tengah duduk di atas kelapa tumbang dekat api anggun. Dia membuka mulutnya, membentuk kata apa pada Taehyung tanpa suara.
"Kemari, bawa laptop kamu."
Jeongguk mendengus, namun tetap melakukan permintaan Taehyung tanpa banyak bicara. Setengah merangkak, Jeongguk mengambil laptopnya dan berjalan malas-malasan menuju Taehyung. Jeongguk sudah akan mendudukan bokongnya di samping pemuda Kim yang masih kosong, sebelum Taehyung dengan begitu menjengkelkan berkata padanya, "Ada banyak space kosong selain di samping saya."
"Biasanya kalo lagi ngerunding gini, lo yang paling banyak ngomong," Jeongguk mengabaikan ucapan Taehyung dan tetap mendudukkan dirinya di samping pemuda itu, "Jadi emang paling bener itu duduk deketan sama lo biar bisa denger jelas." Jeongguk membuka laptop dan menyalakan layar, menunggu loading ketika dia berkata lagi, "Emang kenapa sih, lo? Gugup deket gue? Grogi? Nggak fokus gara-gara tadi?"
"Ya, saya tidak fokus karena hal tadi." Taehyung mencondongkan tubuhnya ke arah Jeongguk, "Kamu juga, kan?"
Selama pembicaraan berlangsung, justru Jeongguk yang menjadi tidak fokus karena pandangannya terus tertuju pada Taehyung sementara pikirannya mengawang pada segala keambiguan kalimat yang pemuda itu barusan ucapkan.
tae keknya tipe orang yang gak bakal bohong sama apa yang dirasakannya
BalasHapusBENAR
HapusWkwkkw.... Kok bise jadi gemes banget bsihh
BalasHapusBlak blak bgt ini manusia kaku
BalasHapuskenapa gemas :(
BalasHapusheh gemed banget mampus 😣
BalasHapusLunar tolong kasih kiss scene biar makin canggung saudara kim dan saudara gguk ini 🤣🤣🤣
BalasHapusAduh,,, T ngomong langsung dan jelas aja lah,,, biar kalian cepet jadiannya
BalasHapusGemes bangettttt
BalasHapusGemes banget teyung wkwk
BalasHapusGalfok JK wkkwkw
BalasHapusAing kira tae bakalan tsundere, ternyata nggak. Nerbner ga bisa ditebak dah au mu kak
BalasHapusKok gemes?? Plis baek2 aja dong kalian :"
BalasHapusNiatnya mau godain taehyung malah digodain balik, gemes
BalasHapusuwuuu uwuuuu
BalasHapusGemessssssss
BalasHapusPusing, gemes banget sama mereka:(
BalasHapusKa lunar kalo ini cerita dibikin sad ending, tolong kasih sad ending yang bahagia ya :)
BalasHapusKayak Slump misalnya 👀 sama sama mati tapi bersama
HapusStraight forward bgt anjir 😂😂😂
BalasHapusGemes bgt sma pak kim😭😭😭
BalasHapuskm kaku kaku blak blak an jg ya kim
BalasHapuswe love the confident gay concept
BalasHapusKe"ambiguan"😂
BalasHapusUwu bener ini kaa :'
BalasHapusGw udah trauma sama au au nya kak Lunar. Kalo dikasih uwu uwu pasti nanti ada aja konflik nya 😭👍🏻
BalasHapusTinggal tunggu tgl main ini pak kim
BalasHapusWkwk
BalasHapushzhshshshshhshs gemes bangettt????
BalasHapusSemakin lama, semakin menarik duo batu ini
BalasHapusGEMES AMAT
BalasHapus