Langsung ke konten utama

Interlude; 57

    Baik Jeongguk dan Taehyung seolah membuat kesepakatan bersama tanpa verbalisasi. Hal ini ditunjukkan dari mereka yang sama sekali tidak mengungkit hal tersebut bahkan setelah hujan reda satu jam kemudian.

    Taehyung pada waktu itu hanya menggaruk tengkuknya kikuk dan berkata dengan menatap ke arah lain bahwa dia hendak membantu tim untuk membongkari peralatan penelitian sebelum kemudian beranjak pergi meninggalkan Jeongguk tanpa menunggu jawaban dari pemuda itu. 

    Sementara Jeongguk sendiri mengalihkan perhatiannya dengan membercandai Hoseok atau Mingyu; Hoseok memberikan Jeongguk sarung hangat ketika dia melihat Jeongguk yang saat itu masih sedikit gemetar. Beruntung Hoseok tidak menanyakan apapun mengenai kemeja yang tengah dikenakannya sekalipun pria itu sendiri pasti mengenali bahwa yang tengah dikenakannya adalah milik Taehyung.   

   Begitu hujan berhenti, Taehyung bersama Hoseok pergi dengan senter di tangan mereka dan kembali membawa dua buah batang kelapa sepanjang setengah meter dan ranting-ranting. Jeongguk memperhatikan dalam diam dari shelter saat Taehyung mengambil parang yang dia bawa pemuda itu benar-benar mempersiapkan segala hal dan kemudian mengupasi bagian terluar dari batang kelapa hingga menyisakan serabut dalamnya.

    Taehyung lalu  menggali tanah dengan parang, menebar ranting-ranting kecil yang juga telah dikuliti ke dalam lubang yang dibuat tadi. Setelahnya, pria itu mengeluarkan getah damar yang dia temukan saat mencari kayu bakar tadi dari kantong celana, menyulutnya dengan pemantik dan meletakkan ke bawah ranting-ranting kecil tersebut. Begitu apidengan mengejutkan menyala (padahal Jeongguk sendiri tidak berekspetasi itu akan berhasil dalam percobaan pertama, mengingat hujan baru saja menyiram seluruh kawasan pulau; dalam artian semuanya basah), Hoseok yang peka langsung menambahkan ranting-ranting berukuran sedang ke dalam api yang mulai membesar hingga setelahnya dua buah batang pohon kelapa tadi turut dimasukan. 

   Sebagian besar dari mereka kemudian merapat dan bergerombol mengitari api unggun untuk mendapatkan kehangatan. Sementara Jeongguk sendirian duduk menjuntai di shelter karena terlalu malas turun, toh panasnya api unggun tetap terasa hingga shelter. Keadaan sekitar juga menjadi terang kemerahan, membuat mereka bisa saling melihat satu sama lain tanpa memerlukan bantuan senter lagi.

    "Pulau Fanildo ini terbentuk dari pengangkatan material biogenic terumbu karang karena perubahan kedalaman yang drastis dan dikelilingi cliff-slope—tergolong ke dalam vegetated sand cay atau coral cay," Taehyung membuka suara, "Ekosistem di sini lengkap; seagrass, mangrove, dan terumbu karang. Itu yang akan menjadi fokus kita untuk besok. Estimasi waktu seoptimal mungkin. Maksimal penelitian tiap sektor nanti paling tidak empat jam, itu sudah paling mentok." Taehyung melirik yang lainnya. "Kita usahakan untuk memprioritaskan mangrove lebih dulu. Takutnya air laut pasang. Dan—Jeon Jeongguk, kenapa kamu sendirian di situ?"

    Begitu namanya disebutkan oleh Taehyung, Jeongguk yang nyaris tertidur mengangkat wajahnya, menatap dengan pandangan bingung pada pemuda yang tengah duduk di atas kelapa tumbang dekat api anggun. Dia membuka mulutnya, membentuk kata apa pada Taehyung tanpa suara.

       "Kemari, bawa laptop kamu."

      Jeongguk mendengus, namun tetap melakukan permintaan Taehyung tanpa banyak bicara. Setengah merangkak, Jeongguk mengambil laptopnya dan berjalan malas-malasan menuju Taehyung. Jeongguk sudah akan mendudukan bokongnya di samping pemuda Kim yang masih kosong, sebelum Taehyung dengan begitu menjengkelkan berkata padanya, "Ada banyak space kosong selain di samping saya."

    "Biasanya kalo lagi ngerunding gini, lo yang paling banyak ngomong," Jeongguk mengabaikan ucapan Taehyung dan tetap mendudukkan dirinya di samping pemuda itu, "Jadi emang paling bener itu duduk deketan sama lo biar bisa denger jelas." Jeongguk membuka laptop dan menyalakan layar, menunggu loading ketika dia berkata lagi, "Emang  kenapa sih, lo? Gugup deket gue? Grogi? Nggak fokus gara-gara tadi?"

    "Ya, saya tidak fokus karena hal tadi." Taehyung mencondongkan tubuhnya ke arah Jeongguk, "Kamu juga, kan?"

    Selama pembicaraan berlangsung, justru Jeongguk yang menjadi tidak fokus karena pandangannya terus tertuju pada Taehyung sementara pikirannya mengawang pada segala keambiguan kalimat yang pemuda itu barusan ucapkan.

    
    

Komentar

  1. tae keknya tipe orang yang gak bakal bohong sama apa yang dirasakannya

    BalasHapus
  2. Wkwkkw.... Kok bise jadi gemes banget bsihh

    BalasHapus
  3. Blak blak bgt ini manusia kaku

    BalasHapus
  4. Lunar tolong kasih kiss scene biar makin canggung saudara kim dan saudara gguk ini 🤣🤣🤣

    BalasHapus
  5. Aduh,,, T ngomong langsung dan jelas aja lah,,, biar kalian cepet jadiannya

    BalasHapus
  6. Aing kira tae bakalan tsundere, ternyata nggak. Nerbner ga bisa ditebak dah au mu kak

    BalasHapus
  7. Kok gemes?? Plis baek2 aja dong kalian :"

    BalasHapus
  8. Niatnya mau godain taehyung malah digodain balik, gemes

    BalasHapus
  9. Pusing, gemes banget sama mereka:(

    BalasHapus
  10. Ka lunar kalo ini cerita dibikin sad ending, tolong kasih sad ending yang bahagia ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayak Slump misalnya 👀 sama sama mati tapi bersama

      Hapus
  11. Straight forward bgt anjir 😂😂😂

    BalasHapus
  12. Gemes bgt sma pak kim😭😭😭

    BalasHapus
  13. km kaku kaku blak blak an jg ya kim

    BalasHapus
  14. we love the confident gay concept

    BalasHapus
  15. Gw udah trauma sama au au nya kak Lunar. Kalo dikasih uwu uwu pasti nanti ada aja konflik nya 😭👍🏻

    BalasHapus
  16. Tinggal tunggu tgl main ini pak kim

    BalasHapus
  17. hzhshshshshhshs gemes bangettt????

    BalasHapus
  18. Semakin lama, semakin menarik duo batu ini

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUDITA; 246

Jeongguk tidak menyadari bahwa tubuhnya telah merosot ke lantai, air mata merembes melalui celah bulu lentiknya.Tidak ada  sekaan  dan usapan seperti biasa, kali ini Jeongguk membiarkannya tumpah begitu saja, mengalir untuk pertama kalinya dengan mulus melalui pipi hingga turun ke dagu. Rasanya sakit sekali. Dada Jeongguk begitu sesak, seakan tidak ada oksigen untuk bisa dikonsumsi parunya. Setiap taluan pada detak jantungnya mengantarkan denyut nyeri yang menjalar melalui aliran peredaran darahnya, menjadikan tubuh Jeongguk bergetar hebat oleh rasa remuk yang begitu hebat menghujam hatinya.   Jeongguk duduk dan meringkuk, terisak keras. Perkataan Bunda beberapa saat lalu mengawang di telinganya, sakitnya masih sama tiap kali ingatan itu berputar di memori Jeongguk, begitu sesak. Jeongguk sungguh-sungguh tidak mengharapkan kata itu keluar dari mulut Bunda untuk kedua kali. Alasan mengapa Jeongguk menjauh dari rumah, menghindar dari Bunda. Cukup sekali, cukup sekali Jeong...

MUDITA; epilogue (3.5/5)

“ Maaf.” Jeongguk menahan geli ketika keduanya telah berada di kamarnya. Taehyung yang salah tingkah adalah pemandangan menyenangkan untuk dilihat. Mereka baru saja dipergok oleh Nyonya Jeon beberapa saat lalu. Wajah pucat bundanya ketika menatap horor pada dirinya yang nyaris dilucuti oleh Taehyung di tempat terbuka pun masih terbayang di ingatan. Mereka kelabakan sewaktu teriakan Nyonya Jeon memecah suasana sensual di antara keduanya. Taehyung nyaris membuatnya terjerembab saat menurunkan Jeongguk dengan tiba-tiba. Jeongguk setengah menahan malu membenarkan pakaiannya yang tersingkap, sementara Taehyung hanya menyengir seperti orang kelimpungan dan mengucapkan hai canggung yang jelas dibalas delikan oleh Nyonya Jeon. “Kenapa minta maaf?” Jeongguk tergelak, mengambil posisi duduk di atas kasur menghadap Taehyung. Taehyung membuang napas keras-keras, “Yang tadi itu kelepasan.” Jeongguk mengangkat bahu tidak peduli, “Santai aja,” jawabnya ringan, “Bunda kaget doang pasti waktu tau anakn...

“The Moon and The Beautiful”

  “Aku mendapat pesan dari Namjoon  Hyung  beberapa saat lalu.” “ Hm ?” “Dia mencarimu, katanya kau menolak panggilannya dan tidak membuka pesan yang dia kirim.” “Aku menolak panggilannya?” “Ya, dan dia memintamu untuk ke ruangan kerjanya sekarang, ada yang ingin dibicarakan denganmu.” “Siapa?” “Namjoon  Hyung. ” “Apa katanya?” Sang lawan bicara — Jeongguk mulai merasa kesal, dia mendecih dan memutar bola mata jengah, menyaringkan nada bicaranya dan menekan setiap kata pada kalimatnya, “ Dia. Ingin. Kau. Ke. Ruangan. Kerjanya. Sekarang. ” “Namjoon  Hyung ?” Jeongguk menarik napas, setengah membanting stik  game- nya, ia kemudian bangkit dan melangkah menghampiri Taehyung. Pria besar itu tengah berbaring di sofa sejak beberapa jam lalu dengan pandangan fokus pada ponsel pintarnya. Dia bahkan mengabaikan Jeongguk ketika ditawari ajakan bermain  overwatch  bersama dan menolak panggilan serta tidak membaca pesan pribadi maupun pe...