Langsung ke konten utama

Interlude; 167

 

Taehyung mengenal Park Jimin secara resmi saat duduk di bangku perkuliahan bersama dengan Kim Mingyu—pemuda gemilang yang cerdas, berwibawa, penjilat kesayangan para dosen.  Rambutnya selalu disisir klimis rapi, rutin memakai kemeja berkerah, kaca mata baca bertengger di wajah, dan tidak pernah mengambil jatah tiga kali absensi dari pihak fakultas; alias pria itu turun kuliah benar-benar setiap hari.

Sedangkan Jimin hanya pria biasa yang banyak omong dan senang bertingkah seperti seorang ibu dalam lingkup pertemanan mereka. Jimin adalah moodbooster. Pembawaan ceria, ramah, serta mudah tertawa dari pemuda itu menciptakan tali penghubung diantara sikap Mingyu dan dirinya yang saling bertolak belakang.

Sebenarnya, alasan Taehyung bisa berkawan dengan Mingyu pun karena Jimin yang memasukkannya dalam circle pertemanan mereka berdua. Padahal, Taehyung hanya tertarik untuk mendekati Jimin, hendak mencari tahu seperti apa orang yang dulu menjadi penyebab dirinya ditolak Jeongguk. Dan kalau memungkinkan, dirinya bisa mengajak pria ini berpacaran lalu memamerkannya pada pemuda Jeon nanti kalau sewaktu-waktu mereka akan dipertemukan kembali.

Jimin pun kala itu memberikan respon positif, menerima segala intensitas dan perhatian yang dia berikan, beberapa kali pergi berkencan dan menonton bioskop bersama, atau sekadar ikut Taehyung dalam aksi demo ke gedung instansi pemerintahan.

Tepat ketika Taehyung berpikir bahwa dia mulai menyukai Jimin, pemuda itu tiba-tiba datang padanya dengan wajah ceria sambil menyeret Mingyu, “Hari ini gue traktir lo makan, sana pesen apa aja, gue bayarin deh.”

Taehyung saat itu tidak memahami situasi yang tengah dihadapinya, hingga ketika Jimin berkata seraya menyunggingkan senyum tercerahnya, “Gue sama Mingyu resmi, kita jadian.

Untuk kedua kalinya, Taehyung merasa dipermainkan.

Taehyung menarik Mingyu keluar kantin menuju halaman kampus, melayangkan hantaman bertubi-tubi pada seluruh tubuh Kim Mingyu sebelum dirinya didorong menjauh oleh sosok Jimin yang balik memukul rahangnya.

“Kontrol diri lo, Taehyung!” Jimin berteriak tepat di wajah Taehyung setelah berhasil menindih pemuda itu.

Taehyung meludah ke samping bersama darah yang bercampur air liurnya, dia menepis kasar cengkraman Jimin pada lehernya, “Kalo nggak suka sama gue, harusnya lo bilang dari awal,” giginya bergemelatuk menahan emosi agar hasratnya untuk melempar Jimin tidak terealisasikan,  “Jangan kayak bocah yang suka ngasih harapan nonsense dan buang-buang waktu gue.”

Diluar perkiraan, respon yang diberikan Jimin justru gelak tawa penuh sarkas, “Apa kata lo?” desisnya tajam, matanya menatap Taehyung nyalang, “Harusnya orang yang marah di sini itu gue, bukan lo.” Jimin terkekeh hambar, “Bukannya lo yang permainin gue? Lo deketin gue karena dendam nggak masuk akal lo saat masalah hidup kita bahkan cuma sebatas nangis kalo mainannya direbut. Iya, kan?”

Melepaskan cengkramannya, Jimin beringsut mundur, “Diumur lo yang segitu aja, lo udah punya rasa kebencian sebegitu besar dimata lo,” Jimin menjeda sejenak, tatapannya berubah nanar, “Apa nggak ada yang ngajarin lo buat ngerti bahwa dunia ini nggak selamanya A dibalas A, B dibalas B, dan C dibalas C, Kim Taehyung? Apa lo nggak pernah dikasih tau definisi menerima dan belajar dari pengalaman itu?”

Sebelum berbalik meninggalkan Taehyung, Jimin berucap sekali lagi, “Vice versa nggak selamanya valid untuk lo terapin dalam hidup. Lo manusia, sesekali bersikap ikhlas dan tanpa pamrih itu nggak ada salahnya.”

Tapi pada akhirnya, Jimin kembali pada Taehyung dan menjalin pertemanan lagi dengan pemuda itu  ketika mengetahui fakta bahwa Mingyu juga serupa.

Pantas saja pria itu tahu detil masa lalu Taehyung ketika SMA, segala kisah Jeongguk si anak manis yang mengejar-ngejar Taehyung dan drama penolakan yang melibatkan namanya, serta niat terselubung Kim Taehyung dan maksud semua pendekatan yang pria itu lakukan terhadapnya hingga membuat Jimin terbawa suasana.

Sebab, Mingyu menyukai remaja labil Jeongguk yang sayangnya memusatkan dunianya hanya pada Kim Taehyung.

Lalu, keduanya sepakat memutuskan hubungan karena baik Jimin dan Mingyu sama-sama tahu, tidak ada cinta diantara keduanya. Jimin hanya menjadikan Mingyu pelampiasan, sedang Mingyu sendiri menjadikan Jimin ajang balas dendam pada Taehyung karena telah merebut hati Jeongguk-nya.

Komentar

  1. Sungguh pagi yg rumit ya..
    Semoga saudara semua pemeran au kak Lunar lekas sembuh dari sakit hati dan dendam yg tak berujung itu ya ☺

    BalasHapus
  2. Ini lebih rumit dari hedset gua dipagi hari

    BalasHapus
  3. Barusan baca slump otak ku meledak di tambah ini.. keong saja lah akooh

    BalasHapus
  4. okay.. sumpah anjir ga habis pikir

    BalasHapus
  5. Lbih ribet dibanding mslh hdup gw😆

    BalasHapus
  6. Tyda bisa berkata-kata lagi saya😳
    Saya menyerah suhu🙏

    BalasHapus
  7. OMAYGAT !!!
    BENAR BENAR MEMBANGONGKAN

    BalasHapus
  8. rumit banget asliii,kek smpe gue kebawa alur ngerasa ikut andil dlm masalah ini 😭

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUDITA; 246

Jeongguk tidak menyadari bahwa tubuhnya telah merosot ke lantai, air mata merembes melalui celah bulu lentiknya.Tidak ada  sekaan  dan usapan seperti biasa, kali ini Jeongguk membiarkannya tumpah begitu saja, mengalir untuk pertama kalinya dengan mulus melalui pipi hingga turun ke dagu. Rasanya sakit sekali. Dada Jeongguk begitu sesak, seakan tidak ada oksigen untuk bisa dikonsumsi parunya. Setiap taluan pada detak jantungnya mengantarkan denyut nyeri yang menjalar melalui aliran peredaran darahnya, menjadikan tubuh Jeongguk bergetar hebat oleh rasa remuk yang begitu hebat menghujam hatinya.   Jeongguk duduk dan meringkuk, terisak keras. Perkataan Bunda beberapa saat lalu mengawang di telinganya, sakitnya masih sama tiap kali ingatan itu berputar di memori Jeongguk, begitu sesak. Jeongguk sungguh-sungguh tidak mengharapkan kata itu keluar dari mulut Bunda untuk kedua kali. Alasan mengapa Jeongguk menjauh dari rumah, menghindar dari Bunda. Cukup sekali, cukup sekali Jeong...

MUDITA; epilogue (3.5/5)

“ Maaf.” Jeongguk menahan geli ketika keduanya telah berada di kamarnya. Taehyung yang salah tingkah adalah pemandangan menyenangkan untuk dilihat. Mereka baru saja dipergok oleh Nyonya Jeon beberapa saat lalu. Wajah pucat bundanya ketika menatap horor pada dirinya yang nyaris dilucuti oleh Taehyung di tempat terbuka pun masih terbayang di ingatan. Mereka kelabakan sewaktu teriakan Nyonya Jeon memecah suasana sensual di antara keduanya. Taehyung nyaris membuatnya terjerembab saat menurunkan Jeongguk dengan tiba-tiba. Jeongguk setengah menahan malu membenarkan pakaiannya yang tersingkap, sementara Taehyung hanya menyengir seperti orang kelimpungan dan mengucapkan hai canggung yang jelas dibalas delikan oleh Nyonya Jeon. “Kenapa minta maaf?” Jeongguk tergelak, mengambil posisi duduk di atas kasur menghadap Taehyung. Taehyung membuang napas keras-keras, “Yang tadi itu kelepasan.” Jeongguk mengangkat bahu tidak peduli, “Santai aja,” jawabnya ringan, “Bunda kaget doang pasti waktu tau anakn...

“The Moon and The Beautiful”

  “Aku mendapat pesan dari Namjoon  Hyung  beberapa saat lalu.” “ Hm ?” “Dia mencarimu, katanya kau menolak panggilannya dan tidak membuka pesan yang dia kirim.” “Aku menolak panggilannya?” “Ya, dan dia memintamu untuk ke ruangan kerjanya sekarang, ada yang ingin dibicarakan denganmu.” “Siapa?” “Namjoon  Hyung. ” “Apa katanya?” Sang lawan bicara — Jeongguk mulai merasa kesal, dia mendecih dan memutar bola mata jengah, menyaringkan nada bicaranya dan menekan setiap kata pada kalimatnya, “ Dia. Ingin. Kau. Ke. Ruangan. Kerjanya. Sekarang. ” “Namjoon  Hyung ?” Jeongguk menarik napas, setengah membanting stik  game- nya, ia kemudian bangkit dan melangkah menghampiri Taehyung. Pria besar itu tengah berbaring di sofa sejak beberapa jam lalu dengan pandangan fokus pada ponsel pintarnya. Dia bahkan mengabaikan Jeongguk ketika ditawari ajakan bermain  overwatch  bersama dan menolak panggilan serta tidak membaca pesan pribadi maupun pe...