Langsung ke konten utama

Interlude; 190

Ketika Taehyung baru menginjakkan kaki ke dalam unitnya, dia tidak menemukan Jeongguk dimanapun. Padahal biasanya, jika memasuki jam siang begini, Taehyung akan menjumpai suaminya sedang berkutat dengan masakan di dapur yang menunya hanya berputar antara roti bakar, telur berbagai variasi masakan, lauk-lauk yang dipanggang, dan nasi goreng. Kemudian, televisi di ruang tamu akan dibuka dengan volume yang sengaja dinyaringkan untuk mengisi suasana kosong, sementara V dia biarkan bermain di depan televisi bersama mainan yang Jeongguk hamburkan di lantai. Jadi, aneh rasanya ketika dia mendapati ruangan dalam keadaan senyap tanpa desisan minyak dan gesekan spatula pada wajan serta suara berisik tayangan berita yang kadang diwarnai tangisan V.

Taehyung melangkah memasuki kamar, melempar sembarang tas dan melonggarkan kerah bajunya. Seingat dia, Jeongguk tidak mengatakan apapun bahwa hari ini dia akan keluar rumah. Jeongguk jarang pergi jika tidak dengannya. Atau setidaknya pria itu pasti memberitahu dulu kemana dia pergi, lengkap dengan informasi siapa orang yang akan dia temui dan bersama siapa dia berangkat. Beruntung Jeongguk sudah beradaptasi begitu baik terhadap sikap posesif Taehyung selama hampir satu setengah tahun pernikahan mereka. Pria itu akan meledak jika menemukan tidak ada eksistensi Jeongguk di unit mereka tanpa sepengetahuannya.

Taehyung bukan pria pengekang, dia hanya perlu diberi laporan tentang apa saja yang Jeongguk lakukan. Dan bagi Jeongguk sendiri, dia tidak masalah dengan itu semua. Kadang dirinya juga sama posesifnya dengan Taehyung. Suka mencurigai hal yang tidak perlu, marah jika Taehyung terlalu dekat dengan orang lain, bahkan membatasi pertemanan Taehyung kalau terkait wanita ataupun laki-laki yang Jeongguk rasa adalah tipe Taehyung secara standar.

Taehyung mengeluarkan ponselnya, dengan tidak sabar hendak menekan tombol panggilan pada nomor Jeongguk dan berniat akan menumpahkan emosinya, tapi panggilan lain lebih dulu masuk yang juga berasal dari nomor Jeongguk sendiri.

Mendengus, Taehyung mengangkat panggilan sembari memutar bola mata. Dia sudah siap mengomeli Jeongguk-nya sebelum suara di seberang sana yang bukan Jeongguk berbicara, “Selamat siang.”

Taehyung mengernyit bingung dan segenap perasaan tidak enak menyergap perasaannya. Dengan gamang, dia membalas, “…ya, siang. Siapa?”

Deru bising-bising jalanan beradu dengan suara serak dan dalam orang yang berada dalam panggilan di ujung sana, orang yang memakai ponsel suaminya dengan begitu lancang. “Apa Anda merupakan kerabat dari saudara..” jeda sejenak, “Jeon Jeongguk?”

Separuh tidak mengerti, Taehyung menyahut, “Saya suaminya.”

“Yang menghubungi Anda ini benar nomor beliau?”

Taehyung merasa gemas atas kalimat bertele-tele yang dilontarkan orang itu, jadi setengah kesal dia membalas, “Ya, ini nomor Jeongguk. Anda siapa? Kenapa ponsel suami saya ada di tangan Anda?”

“Apa Anda bisa ke rumah sakit FX sekarang? Suami Anda mengalami kecelakaan dan sedang di ruang operasi.”

Sontak, kaki Taehyung melemas dan tubuhnya limbung hingga lututnya membentur keras sedimen lantai. Namun seketika dia teringat satu hal. Lantas, dengan suara bergetar dan tubuh yang susah payah dia paksa untuk berdiri, Taehyung memaksakan kalimat keluar dari mulutnya, “..anak kecil,” desaunya parau sementara otaknya dia paksa menjadi waras sebentar dan  melakukan multifungsi dengan kalang kabut mencari letak kunci mobil, “Dia pergi dengan anak kecil,” racaunya, membanting meja ketika tidak menemukan benda yang dia cari, “Gimana dengan anak kecil itu?”

“Maaf atas kabar ini,” dan Taehyung menemukan hatinya mencelos atas kalimat pembuka dari lawan bicaranya, “Tapi anak kecil yang bersama dengan saudara Jeongguk sudah meninggal di tempat kejadian perkara. Jenazahnya bisa Anda temui di rumah sakit yang sama dengan

Taehyung mematikan ponsel dan berlari, mempersetankan kunci mobil yang tidak juga dia temukan dan memanggil taksi. Tidak peduli bahwa dia tidak lagi mengenakan alas kaki dan tanpa membawa dompet karena yang ada dipikiran Taehyung saat ini hanyalah Jeongguk dan anaknya.

Dan otak Taehyung telah merancang skenario; jika Jeongguk juga direnggut oleh penciptanya, maka tidak ada lagi alasan bagi Taehyung untuk bernapas.

Komentar

  1. Mau berteori lagi, tp di kolom komen twt aja :(

    BalasHapus
  2. Berarti anal yg sekarang ada di rumah Taehyung itu anak dia sama kennie:))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gajadi nangis krn baca komen ini :(

      Hapus
    2. Anak tae sma jennie kan blom lahir hyung😭😭 itu anak adopt sma Jk

      Hapus
  3. astaga sedih bener kalimat penutupnya

    BalasHapus
  4. itu beneran anak taehyung? knp dia gak bilang aja dari awal kalo itu anak taehyung? knp :(( apa dia nyari atensi doang ke JK biar JK ninggalin tae?
    padahal dia hs sama org lain?! aku baca doang ampe nyeri hati ya tuhan :"((

    BalasHapus
  5. AW RASA SAKIT APHHH NIE, HATIKU SERASA DIGENCET DIINJAK DILEMPAR,,,,,,,,,

    BalasHapus
  6. Nah berarti anak yg sekarang katanya mulai lagi bisa jalan/merangkak?? itu anaknya tae sma jennie???

    BalasHapus
  7. .... kasian te selama tahunan ini dong ...

    BalasHapus
  8. 😭😭😭😭😭😭😭😭

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUDITA; 246

Jeongguk tidak menyadari bahwa tubuhnya telah merosot ke lantai, air mata merembes melalui celah bulu lentiknya.Tidak ada  sekaan  dan usapan seperti biasa, kali ini Jeongguk membiarkannya tumpah begitu saja, mengalir untuk pertama kalinya dengan mulus melalui pipi hingga turun ke dagu. Rasanya sakit sekali. Dada Jeongguk begitu sesak, seakan tidak ada oksigen untuk bisa dikonsumsi parunya. Setiap taluan pada detak jantungnya mengantarkan denyut nyeri yang menjalar melalui aliran peredaran darahnya, menjadikan tubuh Jeongguk bergetar hebat oleh rasa remuk yang begitu hebat menghujam hatinya.   Jeongguk duduk dan meringkuk, terisak keras. Perkataan Bunda beberapa saat lalu mengawang di telinganya, sakitnya masih sama tiap kali ingatan itu berputar di memori Jeongguk, begitu sesak. Jeongguk sungguh-sungguh tidak mengharapkan kata itu keluar dari mulut Bunda untuk kedua kali. Alasan mengapa Jeongguk menjauh dari rumah, menghindar dari Bunda. Cukup sekali, cukup sekali Jeong...

MUDITA; epilogue (3.5/5)

“ Maaf.” Jeongguk menahan geli ketika keduanya telah berada di kamarnya. Taehyung yang salah tingkah adalah pemandangan menyenangkan untuk dilihat. Mereka baru saja dipergok oleh Nyonya Jeon beberapa saat lalu. Wajah pucat bundanya ketika menatap horor pada dirinya yang nyaris dilucuti oleh Taehyung di tempat terbuka pun masih terbayang di ingatan. Mereka kelabakan sewaktu teriakan Nyonya Jeon memecah suasana sensual di antara keduanya. Taehyung nyaris membuatnya terjerembab saat menurunkan Jeongguk dengan tiba-tiba. Jeongguk setengah menahan malu membenarkan pakaiannya yang tersingkap, sementara Taehyung hanya menyengir seperti orang kelimpungan dan mengucapkan hai canggung yang jelas dibalas delikan oleh Nyonya Jeon. “Kenapa minta maaf?” Jeongguk tergelak, mengambil posisi duduk di atas kasur menghadap Taehyung. Taehyung membuang napas keras-keras, “Yang tadi itu kelepasan.” Jeongguk mengangkat bahu tidak peduli, “Santai aja,” jawabnya ringan, “Bunda kaget doang pasti waktu tau anakn...

“The Moon and The Beautiful”

  “Aku mendapat pesan dari Namjoon  Hyung  beberapa saat lalu.” “ Hm ?” “Dia mencarimu, katanya kau menolak panggilannya dan tidak membuka pesan yang dia kirim.” “Aku menolak panggilannya?” “Ya, dan dia memintamu untuk ke ruangan kerjanya sekarang, ada yang ingin dibicarakan denganmu.” “Siapa?” “Namjoon  Hyung. ” “Apa katanya?” Sang lawan bicara — Jeongguk mulai merasa kesal, dia mendecih dan memutar bola mata jengah, menyaringkan nada bicaranya dan menekan setiap kata pada kalimatnya, “ Dia. Ingin. Kau. Ke. Ruangan. Kerjanya. Sekarang. ” “Namjoon  Hyung ?” Jeongguk menarik napas, setengah membanting stik  game- nya, ia kemudian bangkit dan melangkah menghampiri Taehyung. Pria besar itu tengah berbaring di sofa sejak beberapa jam lalu dengan pandangan fokus pada ponsel pintarnya. Dia bahkan mengabaikan Jeongguk ketika ditawari ajakan bermain  overwatch  bersama dan menolak panggilan serta tidak membaca pesan pribadi maupun pe...