"Apa?" Jeongguk melotot pada Taehyung yang sedari tadi memandanginya dengan sorot tak bersahabat. Namun tangan pria itu tetap bergerak menyuapi makanan ke mulut Jeongguk, mengambilkan teh hangat tanpa banyak bicara ketika Jeongguk tersedak bubur yang dia konsumsi dan mengusapi punggungnya pelan.
Meletakkan mangkok kosong ke atas nakas, Taehyung berdiri dan membuka lemari. Mengeluarkan selimut dan kembali menghampiri Jeongguk. Memutari selimut itu pada tubuh Jeongguk yang duduk meringkuk dengan jaket dan tubuh setengah menggigil, Taehyung kemudian memposisikan dirinya di sisi ranjang sementara obsidiannya menatap penuh emosi pada sosok pemuda yang mengalihkan pandangannya ke sudut lain kamar. Menghindari tatapan Taehyung.
"Danaunya dangkal," adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Taehyung dari sejak dia membawa Jeongguk yang dengan kondisi menggigil ke unit lama mereka; unit yang menjadi tempat tinggal keduanya setelah melangsungkan pernikahan. "Nggak sampai dua meter," tambahnya, intonasinya kasar, "Dan kamu bisa berenang." Jeongguk dapat merasakan gelembung kemarahan dari nada bicara Taehyung yang sedang dia tahan setengah mati, "Tapi kenapa, Jeongguk?"
Paru-paru Jeongguk terasa luar biasa menyesakkan saat menyaksikan Taehyung yang tampak sangat kacau dan ketakutan. Rasa sesak itu menjalar hingga ulu hati Jeongguk, hingga membuat napasnya tercekat.
Sebenarnya, Jeongguk juga tidak ingin mati konyol, dasar sial. Dia juga tahu bahwa sungai itu dangkal dan kelihaian Jeongguk dalam berenang bukan hal yang bisa dianggap remeh. Tapi segala sesuatu yang tidak sesuai rencana memang sering terjadi dalam situasi tidak tepat.
"Kakiku keram," balas Jeongguk akhirnya dengan sangat lirih.
Penuturan dari Jeongguk menjadikan Taehyung mengerjap terpana, "Keram?" ulang Taehyung dengan nada gamang, "Bukan sengaja?"
Jeongguk mendecih, sedikit malu mengakuinya namun dia akhirnya mengangguk juga. "Pas mau berenang malah nggak bisa gerak," decitnya sangat pelan, wajahnya menunduk dan pandangannya berpendar gelisah ketika atensi Taehyung sepenuhnya tertuju padanya. "jadi, yaaa, gitu deh."
Taehyung menarik napas panjang dan berat, memijat kepalanya yang tiba-tiba berdenyut sakit menanggapi kalimat terakhir Jeongguk, "Lagian kamu ngapain loncat?" tanya Taehyung, tidak bisa lagi menahan kekesalan atas perkataan konyol dari Jeongguk, "Kamu nggak perlu gini buat nyari perhatian dari aku."
Jeongguk sangat tahu bahwa Taehyung adalah skill dewa jika terkait dengan menurunkan mood orang lain dengan ucapan-ucapan tajam menyebalkannya. Jadi dia memukul kepala Taehyung untuk menyalurkan kekesalan dan menaikkan intonasi bicara, "Yang nyuruh gue loncat tadi siapa, bangsat?"
"Kamu berani loncat juga karena airnya dangkal, kan?" terka Taehyung tepat sasaran.
Dalam hatinya Jeongguk merasa tersentil karena kalimat Taehyung seratus persen benar. Jeongguk takut mati. Dia memiliki semacam gangguan kecemasan akibat penyakit asam lambung yang dideritanya dan sering kali kambuh ketika merasa nyawanya tengah terancam.
Jika Taehyung bermanja-manja ketika sakit, maka dirinya akan bertingkah seperti seseorang yang akan habis umur besok hari dan menulis banyak surat wasiat pada Taehyung dan orang-orang terdekatnya hingga membuat Taehyung repot. Maka dari itu, jika mulai ada tanda-tanda tidak beres pada kesehatan Jeongguk, Taehyung akan langsung membawanya ke dokter untuk mendengar langsung vonis dari dokter tentang penyakit yang dialami suaminya sebelum Jeongguk menjadi tidak terkontrol dan melakukan self diagnosa terhadap penyakitnya sendiri yang berujung dirinya akan mengalami gangguan panik.
Namun tetap saja, Taehyung tidak ingin mengambil resiko apapun mengingat Jeongguk adalah seseorang yang mudah sekali tersulut emosi. Pria itu bisa saja nekat, dan Taehyung tidak tahu kapan Jeongguk akan serius dengan ancaman bunuh diri kekanakan yang selalu pria itu layangkan ketika mereka bertengkar.
"Tetep aja," Jeongguk bersungut-sungut, "Kalo lo nggak provokasi gue, gue nggak bakal loncat."
Taehyung mendengus pasrah, dia mengangkat tangannya, menyerah. "Ya, oke," kelakarnya, "Salahku."
Dibalik selimutnya, diam-diam Jeongguk menyengir, dia menjulurkan tangannya dan menatap Taehyung tersenyum.
"Apa?" Taehyung mengernyit.
"Peluk," Jeongguk mengayun-ayunkan nada bicaranya setengah merengek, sengaja. Membuat Taehyung yang menyaksikan sikap Jeongguk barusan memutar bola mata jengah. Pemuda Kim lantas balas berkata penuh ketegasan, "Tapi habis ini kita bicara."
"Iya," sahut Jeongguk pendek, tangannya yang terulur ia goyang-goyangkan tidak sabar, "Buruan, brengsek. Pegel."
Ketika hangatnya kulit mereka saling bersentuhan, baik Taehyung dan Jeongguk sendiri tahu; mereka adalah pasangan sempurna. Tidak ada seseorang yang lebih mengerti Jeongguk dibanding Taehyung, dan tidak ada yang begitu memahami Taehyung selain Jeongguk sendiri.
Tidak siapapun, bahkan semesta.
Karena kisah ini adalah milik Kim Taehyung dan Jeon Jeongguk. Hanya mereka.
TAMAT
;tapi boong hahahahhaa.
Untung udh liat tapi boongnya😁
BalasHapus"tapi boong hahahahha" ngslinnnn
BalasHapusKAGET KIRAIN TAMAT BENER ANJRI ALIAS GUE BELOM PUASSSSS 😭😭😭😭
BalasHapusUDAH JANTUNGAN TADI
BalasHapus🙂
BalasHapusBACA YANG AKHIR LAHSUNG LAHH LOH LAH LOH
BalasHapusTae marah terus ah
BalasHapusanjir kaget ku kira tamat beneran
BalasHapusKurang kecil deh tapi boongnya... Masih keliatan wleeeee
BalasHapuszzzzzzzzz
BalasHapusAW AW AW
BalasHapussebel bgt kirain beneran tamat sjads
BalasHapusUNTUNG TAPI BOONGNYA KEBACA :')
BalasHapushiks
BalasHapusskdjskdjs gue pikir tamat beneran
BalasHapusAPAAA MAUMUUUUU? JANGANN LAGIII😠
BalasHapusEndingnya........
BalasHapusAnj-
anjir kaget beneran kirain end :D
BalasHapusKAGEETTTT AH
BalasHapus