Langsung ke konten utama

Interlude; 244

Jeongguk merasakan kepalanya berdenyut dan mual. Tangannya menjadi tremor dan respirasinya seakan lupa untuk bekerja mengambil oksigen. Pemandangan yang dia lihat dengan mata kepalanya itu menyebabkan panik yang mulai menyergap seluruh fisik dan psikisnya. Pemandangan suami yang dia cintai sampai mampus tengah memangku wanita dan berciuman dengan begitu kasualnya.

Maka, tak butuh waktu lama untuk Jeongguk segera keluar ruangan dengan langkah yang susah payah dia seret. Jeongguk harus pergi, dia ingin berlari. Pikiran mengenai Taehyung yang diam-diam menjalin hubungan dengan rekan kerjanya membuat kepalanya semakin pusing. Jeongguk benci perselingkuhan. Itu dosa yang tidak akan pernah bisa dia maafkan dalam sebuah hubungan. Dosa yang dilakukan kedua orang tuanya.

Terkekeh, dia merasa konyol atas semua ini. Pada dasarnya memang komitmen adalah sampah, dan Jeongguk tidak seharusnya percaya dengan bualan dan omong kosong manusia bajingan seperti Kim Taehyung. 

Sesak menyergap dadanya, namun Jeongguk terus berjalan tanpa arah menuju gerbang luar kampus, tidak peduli bahwa orang-orang menatapinya yang tengah menangis seperti orang bodoh. 

Manusia memang berhak mendapatkan kesempatan kedua, tapi tidak bagi seorang pengkhianat. 
Orang tuanya bercerai karena alasan yang sama, perselingkuhan. Dia berhenti memiliki keluarga lengkap ketika orang tuanya menjadi jenuh satu sama lain dan memutuskan untuk sama-sama menjalin hubungan gelap. Keduanya tidak lagi mencintai, tapi masih begitu konyolnya mempertahankan rumah tangga mereka dengan alasan Jeongguk. 

Yang terjadi justru dia sering mendapati pertengkaran antara Ayah dan Ibu ketika di rumah. Tidak ada keharmonisan, karena pondasi mereka membangun hubungan di awal juga sudah runtuh, menyisakan Jeongguk sebagai buah hasil cinta mereka yang nyatanya juga telah mati. Bertahan dengan Jeongguk sebagai banteng adalah kebodohan, keluarganya lengkap tapi jika tanpa kehangatan pun rasanya untuk apa

Cinta memang bisa pudar, hilang. Dan kalau sudah begitu, lepaskan. Bukan menjadi bangsat dengan mencari jalan perselingkuhan sebagai alasan bosan. Jeongguk sampai mati tidak akan mengampuni perselingkuhan. Dia tidak mengerti mengapa manusia serakah sekali dengan menginginkan orang lain tapi di sisi lain dia juga tidak melepaskan orang yang sudah dia miliki. 

Jeongguk akan pergi dari Taehyung. Itu adalah hal pertama yang dia pikirkan di tengah otaknya yang kacau. Jeongguk akan membawa Rana ikut serta dengannya, lalu mereka akan pergi jauh meninggalkan Taehyung ke tempat di mana pemuda itu tidak bisa menjemputnya. .

Pemikiran ekstrim untuk menggantung dirinya di pintu depan unit mereka bersama Rana agar Taehyung hidup dalam rasa bersalah seumur hidup juga terlintas di kepalanya. Dan Jeongguk mengangguk setuju atas ide itu.

Namun kemudian, langkahnya terhenti. Jeongguk terdiam saat satu kalimat yang pernah Taehyung ucapkan mendadak teringat olehnya.

"Kalau lagi emosi itu coba bawa diem, duduk, mikir."

Jadi, dengan mempersetankan posisinya yang berada di trotoar sisi jalan raya, Jeongguk duduk, mengambil napas banyak-banyak dan menghembuskannya perlahan. Cukup lama dia dalam posisi itu, berusaha mengatur napas secara berulang hingga lima belas menit kemudian respirasinya kembali menormal. Tremor yang dia rasakan juga mulai berkurang, dan Jeongguk menghabiskan sepuluh menit lagi untuk merenung.

Jika dia pergi begitu saja, Jeongguk tidak akan pernah tahu sudut pandang dari Taehyung. Dia tidak akan tahu mengapa Taehyung melakukan itu dan apa alasan sebenarnya. Apa ini bentuk balas dendam yang lain terhadap Jeongguk yang dia lakukan dengan sengaja atau bagaimana. 

Karena itu, ketika pada akhirnya Jeongguk berhasil mengontrol dirinya untuk pertama  kali, dengan langkah mantap dia kembali berjalan menuju kampus dan memutuskan untuk tidak lari dari masalah.


Komentar

  1. Ggukkk... Lo dah bener" dewasa sekarang:')

    BalasHapus
  2. PROUD OF JEONGGUK AAAAAAAAKKKKKK

    BalasHapus
  3. JK aku padamu 😭😭😭😭😭😭

    BalasHapus
  4. aku mencium bau bau ending ver lunar ni :)

    BalasHapus
  5. Our jeongguk dah besar sekarang ;))

    BalasHapus
  6. jeongguk udah dewasa yaa dewasa ya:)

    BalasHapus
  7. jeongguk sudah besar😭
    momma proud of you nak😭💖

    BalasHapus
  8. Kak risaaa, aku beneran nangissss. aaaaa mauu akun fa aku balik supaya bisa misuh misuh 😭

    BalasHapus
  9. SUMPAH DEG DEGAN ANJIR :'))

    BalasHapus
  10. SUMPAH GUA NANGIS, JEONGGUUUUUUK 💜

    BalasHapus
  11. SAYANG JEONGGUK BANYAK²😭😭😭

    BalasHapus
  12. GGUK😭😭😭😭😭😭😭

    BalasHapus
  13. AAAAA GGUKKIEEE🥺🥺🥺

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUDITA; 246

Jeongguk tidak menyadari bahwa tubuhnya telah merosot ke lantai, air mata merembes melalui celah bulu lentiknya.Tidak ada  sekaan  dan usapan seperti biasa, kali ini Jeongguk membiarkannya tumpah begitu saja, mengalir untuk pertama kalinya dengan mulus melalui pipi hingga turun ke dagu. Rasanya sakit sekali. Dada Jeongguk begitu sesak, seakan tidak ada oksigen untuk bisa dikonsumsi parunya. Setiap taluan pada detak jantungnya mengantarkan denyut nyeri yang menjalar melalui aliran peredaran darahnya, menjadikan tubuh Jeongguk bergetar hebat oleh rasa remuk yang begitu hebat menghujam hatinya.   Jeongguk duduk dan meringkuk, terisak keras. Perkataan Bunda beberapa saat lalu mengawang di telinganya, sakitnya masih sama tiap kali ingatan itu berputar di memori Jeongguk, begitu sesak. Jeongguk sungguh-sungguh tidak mengharapkan kata itu keluar dari mulut Bunda untuk kedua kali. Alasan mengapa Jeongguk menjauh dari rumah, menghindar dari Bunda. Cukup sekali, cukup sekali Jeong...

MUDITA; epilogue (3.5/5)

“ Maaf.” Jeongguk menahan geli ketika keduanya telah berada di kamarnya. Taehyung yang salah tingkah adalah pemandangan menyenangkan untuk dilihat. Mereka baru saja dipergok oleh Nyonya Jeon beberapa saat lalu. Wajah pucat bundanya ketika menatap horor pada dirinya yang nyaris dilucuti oleh Taehyung di tempat terbuka pun masih terbayang di ingatan. Mereka kelabakan sewaktu teriakan Nyonya Jeon memecah suasana sensual di antara keduanya. Taehyung nyaris membuatnya terjerembab saat menurunkan Jeongguk dengan tiba-tiba. Jeongguk setengah menahan malu membenarkan pakaiannya yang tersingkap, sementara Taehyung hanya menyengir seperti orang kelimpungan dan mengucapkan hai canggung yang jelas dibalas delikan oleh Nyonya Jeon. “Kenapa minta maaf?” Jeongguk tergelak, mengambil posisi duduk di atas kasur menghadap Taehyung. Taehyung membuang napas keras-keras, “Yang tadi itu kelepasan.” Jeongguk mengangkat bahu tidak peduli, “Santai aja,” jawabnya ringan, “Bunda kaget doang pasti waktu tau anakn...

“The Moon and The Beautiful”

  “Aku mendapat pesan dari Namjoon  Hyung  beberapa saat lalu.” “ Hm ?” “Dia mencarimu, katanya kau menolak panggilannya dan tidak membuka pesan yang dia kirim.” “Aku menolak panggilannya?” “Ya, dan dia memintamu untuk ke ruangan kerjanya sekarang, ada yang ingin dibicarakan denganmu.” “Siapa?” “Namjoon  Hyung. ” “Apa katanya?” Sang lawan bicara — Jeongguk mulai merasa kesal, dia mendecih dan memutar bola mata jengah, menyaringkan nada bicaranya dan menekan setiap kata pada kalimatnya, “ Dia. Ingin. Kau. Ke. Ruangan. Kerjanya. Sekarang. ” “Namjoon  Hyung ?” Jeongguk menarik napas, setengah membanting stik  game- nya, ia kemudian bangkit dan melangkah menghampiri Taehyung. Pria besar itu tengah berbaring di sofa sejak beberapa jam lalu dengan pandangan fokus pada ponsel pintarnya. Dia bahkan mengabaikan Jeongguk ketika ditawari ajakan bermain  overwatch  bersama dan menolak panggilan serta tidak membaca pesan pribadi maupun pe...