Langsung ke konten utama

Interlude; 246

Jeongguk menunggu, tangannya yang hendak membuka handle pintu menggantung di udara. Dia mengurungkan niat untuk keluar dari ruangan, pun tidak berminat membalikkan badan. Jeongguk tidak ingin Taehyung mengetahui sembab di matanya. Jadi, dengan satu tarikan napas, dia lantas menjawab tanpa berniat memutar posisi menatap Taehyung.

"Dicium siapa?"

Membutuhkan jeda lama untuk Taehyung berkata dengan nada gamang dan menerawang, "Dosen di sini," Taehyung menenggak ludah kelu, "Rekan kerjaku," tuturnya menambahkan keterangan.

Ada sakit yang bertalu-talu menghantam rongga dada Jeongguk, menggerogotinya dengan begitu nyeri hingga Jeongguk berusaha keras untuk mengais udara melalui jalur napasnya. Telinganya berdengung dan pandangannya memburam. Selalu begitu. Jeongguk akan susah mengatur kesadarannya ketika dia tengah menahan emosi. Rasanya sangat menyakitkan dan menusuk-nusuk jantungnya dengan teramat perih kala segunung kemarahannya ditekan begitu saja tanpa bisa dia verbalkan. Hal yang menyebabkan Jeongguk kerap mengambil langkah sembrono dalam memutuskan sesuatu ketika dia dalam gejolak emosi yang tidak stabil.

Tapi untuk kali ini, Jeongguk akan menahannya

Membuka suara lagi dengan tanya yang dia lontarkan begitu lemah, Jeongguk bertanya, "Dia siapanya  kamu?"

Taehyung menjawab dengan satu tarikan suara mantap tanpa berpikir dua kali, "Orang gila asing."

Jeongguk mengerutkan alis bingung, Taehyung terdengar kesal ketika menjawab ucapannya barusan. Nada yang biasanya Taehyung keluarkan ketika dia muak dengan sesuatu.

"Kenapa bisa dicium?"

"Nggak tau," ungkap Taehyung jujur, kakinya dia bawa selangkah menghampiri Jeongguk, namun tidak berusaha membuat pria itu membalikkan badan menghadapnya. 

"Dia tiba-tiba masuk ruanganku dan confess," Taehyung tampak kebingungan menyusun kalimat, "Padahal kita jarang saling sapa dan semua rekanku tau aku sudah menikah," ditatapnya punggung Jeongguk yang tampak mulai merileks, "Jelas aku tolak," nadanya melirih dan  ada  sedikit emosi yang ditahan, "Terus tiba-tiba si bangsat itu naik ke pahaku dan cium aku."

Jeongguk dapat merasakan suara Taehyung yang terkombinasi dari kebingungan, amarah, dan rasa bersalah. "Dia kudorong, kena meja," kali ini emosi lebih mendominasi intonasi bicara Taehyung.  "Kalo kamu nggak percaya, kita bisa ke ruang kesehatan sekarang, kepalanya luka," tuturnya kasar, "Kali aja kamu mau nambahin bonyok di muka dia. Aku persetan sama jenis kelamin."

Taehyung tidak berbohong terhadap apa yang barusan dia utarakan pada Jeongguk. Peristiwa itu terjadi begitu cepat dan sangat tiba-tiba sampai otak Taehyung luput mencerna semuanya. 

Awalnya berjalan monoton dan kasual seperti biasa, dia tengah disibukkan dengan catatan tugas perkembangan mahasiswanya yang deadline minggu depan, sedikit tidak fokus karena perutnya lapar, namun juga malas pergi ke kantin. Taehyung terbiasa makan olahannya sendiri atau buatan Jeongguk. Lidahnya susah berkompromi terhadap masakan lain sekalipun nyatanya itu jauh lebih nikmat dibandingkan hasil masakan eksperimen Jeongguk yang cenderung gagal yang berujung mereka akan kembali pada menu dasar; roti bakar, nasi goreng, omelet. 

Tapi tadi pagi, Taehyung sangat terburu-buru jadi tidak sempat untuk membuat sarapan. Jeongguk juga masih terlelap setelah seks yang mereka lakukan tadi malam dan wajahnya terlihat lelah, hal yang mengurungkan niat Taehyung membangunkan Jeongguk.

Bahkan kopi yang harusnya rutin dia seduh setiap pagi pun terlewatkan, menjadikan mood-nya turun setengah harian ini. Yang Taehyung butuh adalah eksistensi Jeongguk; serotoninnya. Seseorang yang membuatnya nyaman hanya dengan merasakan kehadiran orang itu di sekitarnya. Karenanya, ketika pintu ruangan diketuk pelan, wajah Taehyung langsung sumringah dan kantuknya menghilang seketika. 

Tapi hal itu hanya berlangsung sebentar. Begitu mengetahui bahwa orang yang memasuki ruangannya adalah seseorang yang bukan Jeongguk, Taehyung menjadi suram kembali. Dengan raut tidak bersahabat dia menanggapi wanita bernama Naya itu sekenanya. Mulanya hanya obrolan biasa mengenai pekerjaan dan seputar rapat yang akan diselenggarakan besok sore, tapi lama kelamaan obrolan mereka berubah ketika dengan tiba-tiba wanita itu dengan terang-terangan mengatakan bahwa dia menyukai Taehyung.

Taehyung tentu saja merasa terganggu, obrolan seperti ini tidak pantas dibicarakan oleh seseorang yang sudah menikah seperti dirinya. Taehyung tidak pernah main-main dalam sebuah hubungan dan selingkuh adalah tindakan tidak terpuji yang sangat digaungkan oleh keluarga Kim. Mereka percaya bahwa pernikahan akan berlangsung selamanya dan perpisahan adalah representasi dari kegagalan dalam mempertahankan hubungan. Jadi dengan tegas, Taehyung berkata tanpa pikir panjang, "Tolong keluar, suami saya akan tiba sebentar lagi," ujarnya tidak ramah,  "Saya tidak ingin menimbulkan kesalah pahaman."

Wanita itu memang beranjak dari tempat duduknya, dan Taehyung sudah akan bernapas lega ketika dengan tiba-tiba Naya justru memutari meja lalu mendudukan dirinya di paha Taehyung. Dan keterkejutannya bertambah begitu wanita itu menarik kerah lehernya dan mencium Taehyung tanpa tedeng aling-aling.

Taehyung sempat tertegun beberapa detik untuk memproses segala yang terjadi. Hingga ketika warasnya telah kembali, dia dengan refleks mendorong Naya dengan sangat kasar. Tidak berniat menahan kekuatannya karena Taehyung benar-benar merasa marah. Dia mengusap kasar bibirnya dan berseru menjijikan pada Naya. Mengusir wanita itu dengan teriakan nyaring tanpa mau peduli bahwa ada luka sobek pada sudut dahi wanita itu. 

Sepeninggalnya Naya dari ruangannya, Taehyung termenung dalam keheningan. Dia diliputi oleh perasaan bersalah dan kesal. Kesal karena ini hanya akan membuat beban baru dalam diri Taehyung. Kebimbangan akan menceritakan kisah ini atau tidak pada suaminya membuat dia semakin pusing. Taehyung tidak ingin Jeongguk marah padanya. Logikanya didominasi oleh pemikiran bahwa Taehyung mungkin akan menyembunyikan hal ini saja untuk menghindari drama. Namun dia sudah berjanji bahwa dirinya akan belajar terbuka dengan Jeongguk sejak mereka berbaikan beberapa bulan lalu.

Tapi tetap saja, segala nyali yang sudah dia kumpulkan menjadi ciut ketika dirinya dihadapkan oleh sosok Jeongguk yang datang satu jam lebih lama dari waktu biasa dia mengantar makan siang ke kampus Taehyung. 

Macet adalah alasan pria itu telat datang, tapi Taehyung tidak mengerti mengapa hal itu justru memicu kemarahannya. Jadi dia berujung dengan bertindak kasar dan membuat Jeongguk sedih.

Sebenarnya, Taehyung marah pada dirinya sendiri. Apa lagi ketika dia kembali menciptakan kebohongan saat Jeongguk menanyai tentang keadaan Taehyung. Hatinya terbagi menjadi dua yang menciptakan kebimbangan berkelanjutan sampai dirinya tidak nafsu untuk menyuap makanan. Hal yang lagi-lagi membuat Jeongguk murung.

Karena itu, saat Jeongguk melangkahkan kaki hendak keluar ruangan, Taehyung memutuskan bahwa dia tidak akan melarikan diri dari masalah dan menghadapi hal ini. Apapun chaos yang akan dia dapat nantinya.



Komentar

  1. yeaahhh taekook semakin di depann sekarang udh pd dewasa🥺🥺

    BalasHapus
  2. Kalian berdua udah sama sama berkepala dingin, im so proud:(
    TAEHYUNG BEST BOY!!
    JUNGKOOK BEST BOY!!

    BalasHapus
  3. nah gitu dong. ya Allah jadi adem ati gue:(

    BalasHapus
  4. tarikkk nafassss yok keluarkan 🙂

    BalasHapus
  5. Tumben ending kalimatnya tidak membangongkan 😭🤲🏻

    BalasHapus
  6. NAH GITU DONG
    POKOKNYA LUV BUAT KALIAN BERDUA 😭💜

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUDITA; 246

Jeongguk tidak menyadari bahwa tubuhnya telah merosot ke lantai, air mata merembes melalui celah bulu lentiknya.Tidak ada  sekaan  dan usapan seperti biasa, kali ini Jeongguk membiarkannya tumpah begitu saja, mengalir untuk pertama kalinya dengan mulus melalui pipi hingga turun ke dagu. Rasanya sakit sekali. Dada Jeongguk begitu sesak, seakan tidak ada oksigen untuk bisa dikonsumsi parunya. Setiap taluan pada detak jantungnya mengantarkan denyut nyeri yang menjalar melalui aliran peredaran darahnya, menjadikan tubuh Jeongguk bergetar hebat oleh rasa remuk yang begitu hebat menghujam hatinya.   Jeongguk duduk dan meringkuk, terisak keras. Perkataan Bunda beberapa saat lalu mengawang di telinganya, sakitnya masih sama tiap kali ingatan itu berputar di memori Jeongguk, begitu sesak. Jeongguk sungguh-sungguh tidak mengharapkan kata itu keluar dari mulut Bunda untuk kedua kali. Alasan mengapa Jeongguk menjauh dari rumah, menghindar dari Bunda. Cukup sekali, cukup sekali Jeong...

MUDITA; epilogue (3.5/5)

“ Maaf.” Jeongguk menahan geli ketika keduanya telah berada di kamarnya. Taehyung yang salah tingkah adalah pemandangan menyenangkan untuk dilihat. Mereka baru saja dipergok oleh Nyonya Jeon beberapa saat lalu. Wajah pucat bundanya ketika menatap horor pada dirinya yang nyaris dilucuti oleh Taehyung di tempat terbuka pun masih terbayang di ingatan. Mereka kelabakan sewaktu teriakan Nyonya Jeon memecah suasana sensual di antara keduanya. Taehyung nyaris membuatnya terjerembab saat menurunkan Jeongguk dengan tiba-tiba. Jeongguk setengah menahan malu membenarkan pakaiannya yang tersingkap, sementara Taehyung hanya menyengir seperti orang kelimpungan dan mengucapkan hai canggung yang jelas dibalas delikan oleh Nyonya Jeon. “Kenapa minta maaf?” Jeongguk tergelak, mengambil posisi duduk di atas kasur menghadap Taehyung. Taehyung membuang napas keras-keras, “Yang tadi itu kelepasan.” Jeongguk mengangkat bahu tidak peduli, “Santai aja,” jawabnya ringan, “Bunda kaget doang pasti waktu tau anakn...

“The Moon and The Beautiful”

  “Aku mendapat pesan dari Namjoon  Hyung  beberapa saat lalu.” “ Hm ?” “Dia mencarimu, katanya kau menolak panggilannya dan tidak membuka pesan yang dia kirim.” “Aku menolak panggilannya?” “Ya, dan dia memintamu untuk ke ruangan kerjanya sekarang, ada yang ingin dibicarakan denganmu.” “Siapa?” “Namjoon  Hyung. ” “Apa katanya?” Sang lawan bicara — Jeongguk mulai merasa kesal, dia mendecih dan memutar bola mata jengah, menyaringkan nada bicaranya dan menekan setiap kata pada kalimatnya, “ Dia. Ingin. Kau. Ke. Ruangan. Kerjanya. Sekarang. ” “Namjoon  Hyung ?” Jeongguk menarik napas, setengah membanting stik  game- nya, ia kemudian bangkit dan melangkah menghampiri Taehyung. Pria besar itu tengah berbaring di sofa sejak beberapa jam lalu dengan pandangan fokus pada ponsel pintarnya. Dia bahkan mengabaikan Jeongguk ketika ditawari ajakan bermain  overwatch  bersama dan menolak panggilan serta tidak membaca pesan pribadi maupun pe...