Jeongguk menunggu, tangannya yang hendak membuka handle pintu menggantung di udara. Dia mengurungkan niat untuk keluar dari ruangan, pun tidak berminat membalikkan badan. Jeongguk tidak ingin Taehyung mengetahui sembab di matanya. Jadi, dengan satu tarikan napas, dia lantas menjawab tanpa berniat memutar posisi menatap Taehyung.
"Dicium siapa?"
Membutuhkan jeda lama untuk Taehyung berkata dengan nada gamang dan menerawang, "Dosen di sini," Taehyung menenggak ludah kelu, "Rekan kerjaku," tuturnya menambahkan keterangan.
Ada sakit yang bertalu-talu menghantam rongga dada Jeongguk, menggerogotinya dengan begitu nyeri hingga Jeongguk berusaha keras untuk mengais udara melalui jalur napasnya. Telinganya berdengung dan pandangannya memburam. Selalu begitu. Jeongguk akan susah mengatur kesadarannya ketika dia tengah menahan emosi. Rasanya sangat menyakitkan dan menusuk-nusuk jantungnya dengan teramat perih kala segunung kemarahannya ditekan begitu saja tanpa bisa dia verbalkan. Hal yang menyebabkan Jeongguk kerap mengambil langkah sembrono dalam memutuskan sesuatu ketika dia dalam gejolak emosi yang tidak stabil.
Tapi untuk kali ini, Jeongguk akan menahannya.
Membuka suara lagi dengan tanya yang dia lontarkan begitu lemah, Jeongguk bertanya, "Dia siapanya kamu?"
Taehyung menjawab dengan satu tarikan suara mantap tanpa berpikir dua kali, "Orang gila asing."
Jeongguk mengerutkan alis bingung, Taehyung terdengar kesal ketika menjawab ucapannya barusan. Nada yang biasanya Taehyung keluarkan ketika dia muak dengan sesuatu.
"Kenapa bisa dicium?"
"Nggak tau," ungkap Taehyung jujur, kakinya dia bawa selangkah menghampiri Jeongguk, namun tidak berusaha membuat pria itu membalikkan badan menghadapnya.
"Dia tiba-tiba masuk ruanganku dan confess," Taehyung tampak kebingungan menyusun kalimat, "Padahal kita jarang saling sapa dan semua rekanku tau aku sudah menikah," ditatapnya punggung Jeongguk yang tampak mulai merileks, "Jelas aku tolak," nadanya melirih dan ada sedikit emosi yang ditahan, "Terus tiba-tiba si bangsat itu naik ke pahaku dan cium aku."
Jeongguk dapat merasakan suara Taehyung yang terkombinasi dari kebingungan, amarah, dan rasa bersalah. "Dia kudorong, kena meja," kali ini emosi lebih mendominasi intonasi bicara Taehyung. "Kalo kamu nggak percaya, kita bisa ke ruang kesehatan sekarang, kepalanya luka," tuturnya kasar, "Kali aja kamu mau nambahin bonyok di muka dia. Aku persetan sama jenis kelamin."
Taehyung tidak berbohong terhadap apa yang barusan dia utarakan pada Jeongguk. Peristiwa itu terjadi begitu cepat dan sangat tiba-tiba sampai otak Taehyung luput mencerna semuanya.
Awalnya berjalan monoton dan kasual seperti biasa, dia tengah disibukkan dengan catatan tugas perkembangan mahasiswanya yang deadline minggu depan, sedikit tidak fokus karena perutnya lapar, namun juga malas pergi ke kantin. Taehyung terbiasa makan olahannya sendiri atau buatan Jeongguk. Lidahnya susah berkompromi terhadap masakan lain sekalipun nyatanya itu jauh lebih nikmat dibandingkan hasil masakan eksperimen Jeongguk yang cenderung gagal yang berujung mereka akan kembali pada menu dasar; roti bakar, nasi goreng, omelet.
Tapi tadi pagi, Taehyung sangat terburu-buru jadi tidak sempat untuk membuat sarapan. Jeongguk juga masih terlelap setelah seks yang mereka lakukan tadi malam dan wajahnya terlihat lelah, hal yang mengurungkan niat Taehyung membangunkan Jeongguk.
Bahkan kopi yang harusnya rutin dia seduh setiap pagi pun terlewatkan, menjadikan mood-nya turun setengah harian ini. Yang Taehyung butuh adalah eksistensi Jeongguk; serotoninnya. Seseorang yang membuatnya nyaman hanya dengan merasakan kehadiran orang itu di sekitarnya. Karenanya, ketika pintu ruangan diketuk pelan, wajah Taehyung langsung sumringah dan kantuknya menghilang seketika.
Tapi hal itu hanya berlangsung sebentar. Begitu mengetahui bahwa orang yang memasuki ruangannya adalah seseorang yang bukan Jeongguk, Taehyung menjadi suram kembali. Dengan raut tidak bersahabat dia menanggapi wanita bernama Naya itu sekenanya. Mulanya hanya obrolan biasa mengenai pekerjaan dan seputar rapat yang akan diselenggarakan besok sore, tapi lama kelamaan obrolan mereka berubah ketika dengan tiba-tiba wanita itu dengan terang-terangan mengatakan bahwa dia menyukai Taehyung.
Taehyung tentu saja merasa terganggu, obrolan seperti ini tidak pantas dibicarakan oleh seseorang yang sudah menikah seperti dirinya. Taehyung tidak pernah main-main dalam sebuah hubungan dan selingkuh adalah tindakan tidak terpuji yang sangat digaungkan oleh keluarga Kim. Mereka percaya bahwa pernikahan akan berlangsung selamanya dan perpisahan adalah representasi dari kegagalan dalam mempertahankan hubungan. Jadi dengan tegas, Taehyung berkata tanpa pikir panjang, "Tolong keluar, suami saya akan tiba sebentar lagi," ujarnya tidak ramah, "Saya tidak ingin menimbulkan kesalah pahaman."
Wanita itu memang beranjak dari tempat duduknya, dan Taehyung sudah akan bernapas lega ketika dengan tiba-tiba Naya justru memutari meja lalu mendudukan dirinya di paha Taehyung. Dan keterkejutannya bertambah begitu wanita itu menarik kerah lehernya dan mencium Taehyung tanpa tedeng aling-aling.
Taehyung sempat tertegun beberapa detik untuk memproses segala yang terjadi. Hingga ketika warasnya telah kembali, dia dengan refleks mendorong Naya dengan sangat kasar. Tidak berniat menahan kekuatannya karena Taehyung benar-benar merasa marah. Dia mengusap kasar bibirnya dan berseru menjijikan pada Naya. Mengusir wanita itu dengan teriakan nyaring tanpa mau peduli bahwa ada luka sobek pada sudut dahi wanita itu.
Sepeninggalnya Naya dari ruangannya, Taehyung termenung dalam keheningan. Dia diliputi oleh perasaan bersalah dan kesal. Kesal karena ini hanya akan membuat beban baru dalam diri Taehyung. Kebimbangan akan menceritakan kisah ini atau tidak pada suaminya membuat dia semakin pusing. Taehyung tidak ingin Jeongguk marah padanya. Logikanya didominasi oleh pemikiran bahwa Taehyung mungkin akan menyembunyikan hal ini saja untuk menghindari drama. Namun dia sudah berjanji bahwa dirinya akan belajar terbuka dengan Jeongguk sejak mereka berbaikan beberapa bulan lalu.
Tapi tetap saja, segala nyali yang sudah dia kumpulkan menjadi ciut ketika dirinya dihadapkan oleh sosok Jeongguk yang datang satu jam lebih lama dari waktu biasa dia mengantar makan siang ke kampus Taehyung.
Macet adalah alasan pria itu telat datang, tapi Taehyung tidak mengerti mengapa hal itu justru memicu kemarahannya. Jadi dia berujung dengan bertindak kasar dan membuat Jeongguk sedih.
Sebenarnya, Taehyung marah pada dirinya sendiri. Apa lagi ketika dia kembali menciptakan kebohongan saat Jeongguk menanyai tentang keadaan Taehyung. Hatinya terbagi menjadi dua yang menciptakan kebimbangan berkelanjutan sampai dirinya tidak nafsu untuk menyuap makanan. Hal yang lagi-lagi membuat Jeongguk murung.
Karena itu, saat Jeongguk melangkahkan kaki hendak keluar ruangan, Taehyung memutuskan bahwa dia tidak akan melarikan diri dari masalah dan menghadapi hal ini. Apapun chaos yang akan dia dapat nantinya.
GITU DONG TSAYYYYY
BalasHapusAAAAAAA
BalasHapusyeaahhh taekook semakin di depann sekarang udh pd dewasa🥺🥺
BalasHapusKalian berdua udah sama sama berkepala dingin, im so proud:(
BalasHapusTAEHYUNG BEST BOY!!
JUNGKOOK BEST BOY!!
Good decision Tae Gguk 👍
BalasHapusNAH GINI KAN ENAKK
BalasHapusOMO OMO SESANGE
BalasHapusBISMILLAH HAPPY ENDING
BalasHapusGini dongggg
BalasHapusNah gini dong sayang sayangku
BalasHapusnah gitu dong🥺
BalasHapusNah gitu dong adem😭
BalasHapusCieee dua-duanya dah dewasa'
BalasHapusnah gitu dong. ya Allah jadi adem ati gue:(
BalasHapusgatau proud bgt terhura :(
BalasHapushuaa😖
BalasHapustarikkk nafassss yok keluarkan 🙂
BalasHapusTumben ending kalimatnya tidak membangongkan 😭🤲🏻
BalasHapusNAH GITU DONG
BalasHapusPOKOKNYA LUV BUAT KALIAN BERDUA 😭💜
NAHKAN GINI KAN ENAKKKK
BalasHapus