Ketika Jeongguk menjejakkan kaki pertama kali memasuki kelas, yang meliputinya adalah perasaan excited dan sedikit gugup. Excited karena pada akhirnya dia tidak lagi mendekam di kamar setiap hari dan melakukan hal-hal membosankan. Sedangkan gugup memenuhi rongga dadanya akibat ingatan akan janji tentang topi yang hendak dia pinjamkan pada teman kelasnya Rose pagi tadi melalui pesan teks.
Jeongguk melirik sekitar, mengedarkan pandangannya pada seluruh ruangan kelas dan buru-buru mengalihkan tatapan dengan segera menunduk saat obsidiannya menemukan sosok Rose yang juga sudah ada di tempat duduknya. Wanita itu tengah sibuk mengobrol dengan Lisa dan Yerin, entah membahas dan menertawakan apa.
Otak Jeongguk kontan bekerja membuat pemikiran tentang betapa tidak sopannya menginterupsi seseorang ketika dia tengah mengobrol dengan orang lainnya. Takutnya, ketimbang berterimakasih pada Jeongguk, Rose justru akan merasa risih atau terganggu. Jadi, Jeongguk memutuskan bahwa dia hanya akan menunggu sampai lonceng masuk berbunyi dan siswa mulai keluar kelas baru menyerahkannya pada Rose.
Masuk sekolah sangat pagi pada awal semester ganjil adalah keharusan dan rutinitas tahunan. Terutama bagi orang seperti Jeongguk yang tidak suka terlihat dan senang bermain ponsel di bawah kolong meja. Tentu saja tujuannya adalah untuk mencari tempat duduk strategis di bagian belakang kelas.
Jadi, di pukul tujuh kurang lima menit ini, kelas sudah setengah penuh. Beruntung, ada dua kursi kosong yang tersisa di pojok belakang, membuat Jeongguk tanpa pikir panjang menghampiri kursi yang duduknya mepet pada dinding.
Meletakkan tasnya di atas meja, Jeongguk dengan tenang membuka tas tersebut untuk mengambil topi yang akan dia pakai saat apel nanti dan satunya untuk dipinjamkan pada Rose. Dirinya tidak sabar untuk segera mengajak wanita itu bicara. Karena, mungkin saja ini awal yang bagus untuk dirinya memulai interaksi dengan teman-teman dan dia bisa menghabiskan satu tahun masa SMA dengan kenangan yang sedikit bagus.
Namun kemudian, kernyitan di dahinya tiba-tiba tercipta ketika dirinya hanya menemukan satu topi di dalam tasnya.
Jeongguk mendadak panik. Dengan tergesa dikeluarkannya semua buku-buku baru yang masih kosong dan kotak pensil serta bekal makanan yang sudah dia susun dengan rapi sebelumnya di ruang tas. Namun nihil. Tidak ada topi lagi selain topi yang dipegangnya.
Jeongguk melirik takut-takut Rose yang masih sibuk bercanda dengan teman-temannya, dan mengalihkan pandangan pada satu topi yang ada di tangannya. Kalau dirinya tidak memakai topi saat apel nanti, otomatis Jeongguk akan baris terpisah bersama dengan orang-orang yang akan mendapat hukuman; entah karena terlambat, tidak memakai atribut topi, sepatu atau kaos warna-warni, dan seabrek pelanggaran lainnya.
Memikirkannya saja membuat Jeongguk didera rasa was-was. Dia tidak suka menjadi pusat perhatian. Berada di barisan berbeda yang posisinya menghadap lima ratus lebih siswa sekolahnya tentu bukan hal yang ingin Jeongguk lakukan dihari pertama dirinya masuk sekolah.
Tapi, jika berkata pada Rose bahwa topinya hanya satu dan satunya lagi tertinggal, Jeongguk takut wanita itu akan marah dan menyalahkan Jeongguk yang memberi harapan kosong padanya. Terlebih , dilihatnya Rose tampak tenang dan sama sekali tidak memikirkan mengenai dirinya yang tidak memiliki topi. Mungkin wanita itu sepenuhnya bergantung pada dia, pikir Jeongguk. Dan tentu saja Jeongguk tidak ingin mengecewakan konversasi yang coba dia bangun di jenjang terakhir masa sekolahnya.
Maka, hal lain yang bisa dia lakukan adalah pergi ke kantin dan membeli topi baru.
Tapi sialnya, kantin tutup. Dan kabar buruk lainnya, lonceng sudah berbunyi.
Jeongguk seharusnya tahu dari awal, ide untuk memulai interaksi dengan orang-orang di sekitarnya bukanlah hal yang bagus. Yang ada dirinya hanya akan dibuat repot dan kebingungan seperti sekarang.
Panik semakin menderanya ketika dia melihat siswa-siswa sudah berbondong-bondong menuju lapangan dan berebut baris di bagian belakang. Dari kejauhan, dia melihat Rose tengah mengedarkan pandangannya ke berbagai arah. Seratus persen Jeongguk yakin, wanita itu tengah mencarinya. Terbukti ketika lambaian dia dapat disusul Rose yang berlari kecil menghampirinya dengan senyum sumringah.
"Gguk," Rose memanggil antusias, sedikit tersengal ketika dia telah tiba di hadapan Jeongguk, "Bawa kan, topinya?"
Jeongguk terdiam sebentar, meremat celana abu-abunya dengan gelisah. Menciptakan kernyitan bingung pada Rose ketika dilihatnya Jeongguk tidak juga menjawab.
"Jeongguk?" Rose menunduk dan melambai-lambaikan tangannya pada wajah Jeongguk, membuat pemuda itu sedikit tersentak. "Lo bawa, nggak?"
"Eum..," Jeongguk semakin bergerak gelisah, hendak melanjutkan kalimat tapi didahului oleh Rose yang mendadak panik, "Lo beneran nggak bawa?" ujarnya ikut gelisah, "Duh, udah mau mulai,"racaunya tidak karuan, "Gue kudu cari ke mana."
Mendengarnya, Jeongguk sontak diliputi perasaan bersalah. Kalau saja sejak tadi dia berkata lebih dulu bahwa topi itu tertinggal, mungkin Rose masih memiliki waktu untuk mencari ke orang lain. Menghela napas, dia lantas mengeluarkan topi dari kantong dan menyodorkan pada Rose yang sebelumnya sudah hendak pergi meninggalkannya. "Pake aja."
Ekspresi Rose mendadak sumringah. Tanpa ragu dia mengambil topi yang di sodorkan Jeongguk dan mengucap terimakasih sebelum melambai pergi.
Di posisinya, Jeongguk hanya terpekur. Dan entah karena hal apa, dia tiba-tiba ingin menyalahkan Jimin atas semua kesialan di pagi harinya ini.
eh kahet banget, maksudnya kenapasi ko AAAAAA
BalasHapus2 TUH PUNYA KAMU SAMA JIMIN KALI GGUK
BalasHapusPasti jimin yang ambil topi nya !!!
BalasHapusKok ngeselin komenan mu?
HapusStop
HapusSumpah kejadiannya relate bnget
BalasHapuskaya aku bgt ga enakan orangnya mana suka canggung ggukk aku kaya ngaca liat kamu
BalasHapusaku yg selalu jadi yg ga pny topi can't relate :)
BalasHapusGguk kalo lupa lagi pake ojol aja okey
BalasHapusWOI ANJIRRR SIAH😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
BalasHapusPlisss ini kyak aku bgt😭😭
BalasHapusBerasa lagi ngaca aku gguk liat kamu
BalasHapusKenapa relate banget siii wkwkwk
BalasHapusNggk tega banget liatnya,gguk ini kamu pkek topi ku aja,tangkep ya ini aku lempar ya,
BalasHapusRELATE BGT SIIIIII NANGIS
BalasHapusgguk, mari berteman, aku kayak jeongguk banget sikapnya :( bukan anti sosial, tapi suka canggung + ga pede kalau berinteraksi sama orang. terus orangnya suka insecure wkwk
BalasHapusrelate parah wkwkwkwkw emg ga punya temen memperumit pikiran kita 10x lipat
BalasHapus