Lima belas menit mereka lalui dalam keheningan ketika
keduanya berkendara melalui jalanan besar yang lengang. Lampu-lampu taman masih
menyala, menerangi emperan-emperan toko yang tutup dan rumah-rumah berjejer di
pinggir jalan. Hanya terdapat beberapa truk pengangkut yang berlalu lalang
melintasi kota juga pengendara motor yang sesekali lewat.
Taehyung kemudian membelokkan motornya ke kawasang gang yang aspalnya sedikit lebih kecil dibandingkan jalanan utama. Berkendara sekitar lima menit memasuki jalanan itu, Jeongguk sepintas bisa menangkap motor-motor lain yang berpapasan dengan mereka. Mayoritas membawa setumpuk sayuran di jok belakang, kue-kue, ikan dalam peti putih, atau ada juga yang berboncengan dan menenteng bawaan banyak sekali di pangkuannya.
"Liat deh," Taehyung berkomentar, "Hebat ya mereka pagi-pagi udah melek buat nyari uang. Mingyu aja pasti masih ileran molor di tempat tidur."
Jeongguk termenung, seketika bayangan akan masa kecilnya terlintas hingga membentuk nostalgia. Kembali teringat bahwa dahulu dirinya pernah dalam posisi seperti itu. Terlilit ekonomi. Berjuang dengan Bunda untuk mencari rupiah sementara ayahnya yang bajingan hanya tahu berjudi dan memalaki penghasilan mereka. Dia yang sewaktu bangun pagi bukan memikirkan menu sarapan apa yang enak untuk dimakan, melainkan; Apakah hari ini dia bisa makan? Waktu makan mana yang harus dia skip? Pagi, siang, atau malam?
"Emang." Jeongguk meringis dan hatinya memilu kala matanya tidak sengaja menangkap seorang pedagang gorengan di pinggir jalan yang sudah berumur tengah duduk melamun tanpa seorang pun pelanggan. Dia lantas menepuk punggung Taehyung, "Berhenti bentar."
"Mau apa?"
"Udah, berhenti aja."
Taehyung segera menyalakan lampu sein lalu menepikan motornya.
Jeongguk segera turun, menadahkan tangan pada Taehyung, "Minta uang."
"Buat?" Taehyung bertanya dengan alis bertaut.
"Buat apa kek," dengus Jeongguk, menggoyang-goyangkan tangan yang dia tadahkan ke Taehyung dengan tidak sabaran. "Buruann. Gue tadi gak bawa uang sama sekali. Lo udah nggak kere, kan? Sekali natoin orang lo bisa dapet berjuta-juta, jadi jangan pelit."
Taehyung mengerjap beberapa kali, meski wajahnya masih dihinggapi oleh kebingungan, dia tetap mengeluarkan dompet.
"Berapa?"
Jeongguk tidak menyebutkan nominal, dengan masa bodo langsung mengambil dompet di tangan Taehyung tanpa banyak bicara, menghasilkan delik terkejut dari sang pemilik. Tapi Taehyung tetap membiarkan, memperhatikan Jeongguk yang tanpa kesulitan menyebrang jalan dan dia tidak sadar telah menarik senyum saat melihat Jeongguk menghampiri pedagang gorengan. Pemuda itu duduk santai di atas motornya, menunggui Jeongguk dengan sabar, sementara matanya ikut awas melirik ke kiri dan kanan jalanan begitu pemuda itu hendak menyebrang kembali dengan membawa dua buah plastik cukup berat di tangan.
"Beli berapa?" Taehyung melirik plastik hitam besar di tangan Jeongguk.
"Seratus," Jeongguk menyengir. "Kasian, biar kakeknya cepet pulang hari ini."
Jeongguk sedikit terlonjak saat dirinya tiba-tiba teringat sesuatu. Dia memasukkan tangannya ke kantong celana piyama, berniat menyerahkan kembali dompet Taehyung. Namun pemuda Kim itu justru berkata lagi, "Kurang, beli lagi seratus."
Jeongguk melongo, seratus ini saja dia tidak tahu akan diapakan dan siapa yang memakannya, Taehyung dengan konyol justru memintanya membeli lagi.
"Serius?"
Taehyung mengangguk, mengambil alih dua plastik hitam tersebut dan mengaitkannya di sisi depan motor, "Sana beli lagi. Hati-hati nyebrangnya."
Tanpa bertanya apapun lagi, Jeongguk mengangguk. Kembali mendatangi pria tua itu dan membeli gorengan darinya. Selesai dengan itu, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Jeongguk sudah lebih dulu menyuap satu bakwan goreng ke mulutnya karena tergiur. Meskipun tanpa cocolan karena sedikit ribet di atas motor jika harus membuka sambal, tapi rasanya tetap nikmat sebab mereka sedang menembus udara dingin sedangkan bakwan yang masuk ke perutnya itu baru saja diangkat dari wajan.
"Taehyung, mau?" Jeongguk menawarkan, menyodorkan potongan bakwan yang sudah dimakannya ke depan.
Satu senyum terukir di bibir Jeongguk ketika pemuda tersebut dengan agak kesusahan menggigit potongan bakwan karena harus terus memandang ke jalanan, membuat minyak menyebar di sekitar sisi pipinya. Namun Taehyung tidak terlalu memusingkan hal itu. Mereka menikmati momen bersama dengan Jeongguk yang terus menyuapi Taehyung sambil sesekali menyuap untuknya hingga bakwan itu habis bersamaan dengan keramaian yang terlihat semakin jelas di hadapan mereka.
Memarkirkan motor mengikuti barisan pada samping pohon
besar di pinggir jalan, Taehyung kemudian melepas helm dan menyahut, “Apa?”
"Noleh ke sini bentar coba."
Mengikuti ucapan Jeongguk, Taehyung lantas menoleh. Jeongguk tersenyum kecil, mengambil ujung fabrik lengan jaketnya dan menyapukan pada pipi Taehyung pelan, "Bekas makan bakwan tadi."
Taehyung terdiam sejenak, matanya memandang kosong pada sosok Jeongguk yang juga balas menatapnya. Dan setelahnya pria itu mengerjapkan mata, menggelang pelan seperti orang linglung lalu berujar dengan deheman canggung. "Thanks."
"Sama-sama."
Taehyung lantas mengulum senyum, dengan gestur lembut dia berucap, “Ayo turun dulu.”
Jeongguk turut melepas helm, mengernyit, “Loh, parkir di sini?” Bertumpu pada bahu Taehyung, dia kemudian turun, berkata lagi, “Kenapa nggak di dalam pasarnya aja?”
“Nanti sesek,” Taehyung menyambut helm yang diberikan Jeongguk, menyampirkannya pada spion dan turun dari motor. Tidak lupa dia membawa serta plastik-plastik berisi gorengan tadi dan kemudian berujar, “Ayo.”
“Ayo ke mana?”
“Pasar subuh kan dibilang,” Taehyung mengendikkan dagu ke arah kerumunan yang berjarak sepuluh meter di depan mereka, “Lo nggak jijik sama hal beginian kan?”
“Enggak lah,” Jeongguk mendelik sewot. Bagaimana mungkin dia bisa jijik saat hidupnya dulu juga akrab dengan suasana seperti ini. Waktu dimana yang ada di pikirannya Jeongguk hanyalah mencari uang, uang, dan uang.
Taehyung mengangkat bahu, “Nah, ya udah.”
Kedunya lalu menerobos keramaian, ikut berbaur dengan orang-orang di sana. Ricuh. Banyak sekali suara dari berbagai sudut yang bergema di telinga Jeongguk. Begitu pula aroma-aroma yang tercium inderanya. Terkadang, sesekali dia akan mencium bau harum mentega yang menguar nikmat ketika melewati pedagang-pedagang kue, terlebih jika tengah memasak kue pukis. Kemudian hidungnya akan mencium bebauan segar dari buah-buahan, aroma menenangkan dari parutan kelapa meskipun suara mesin penghancurnya memekakkan telinga. Lalu berpindah jadi kernyitan tidak suka sesaat setelah mereka semakin masuk ke dalam pasar begitu melewati para penjual ikan asin dan anyir ikan segar.
“Taehyung.”
Jeongguk berhenti melangkah, membuat pemuda Kim menoleh ke arahnya. “Kita mau
kemana deh? Lo dari tadi ajak gue muter-muter gak jelas doang,” Jeongguk merengek
setelah mereka berkeliling melihat-lihat cukup lama. Kakinya sudah pegal dan sedikit kotor hingga dia harus menyingsing celananya akibat kawasan pasar yang becek oleh genangan air hujan.
“Mau beli makan,” Taehyung menjawab sekenanya. Berbalik kembali dan melangkah mendahului Jeongguk. Tetapi ketika tidak langkah kaki yang mengikutinya, Taehyung menoleh ke belakang. Berdecak saat Jeongguk masih tetap dalam posisinya dan merengut pada Taehyung. Membuang napas, Taehyung lantas menghampiri pemuda itu dan meraih lengannya. Menarik Jeongguk mengikuti langkah kakinya yang semakin menuju ke sudut pasar. Dan Jeongguk hanya mengikuti dengan pasrah, membiarkan Taehyung membawanya semaunya.
Sampai keduanya tiba di sebuah warung yang meskipun menjorok ke dalam dari kawasan pasar dan tidak terlalu terlihat, namun warung itu masih didatangi oleh banyak pembeli yang mampir minum-minum atau makan di tempatnya. Sesaat, Jeongguk dapat melihat sungai besar mengalir di samping warung tersebut. Terdapat juga jembatan berukuran cukup untuk menyebrangkan motor di sisi kanan warung itu.
Taehyung sendiri memintanya menunggu, sementara pemuda itu tengah
mengobrol dengan pemilik warung. Dan Jeongguk tidak bisa untuk tidak terkejut ketika
menemukan Taehyung datang padanya dengan membawa dua plastik besar berisi
tumpukan kotak yang dapat ditebaknya berisi makanan. Belum lagi plastik-plastik kecil berisi gorengan tadi di tangannya yang lain.
“Ini,” Jeongguk menunjuk kebingungan pada plastik di tentengan Taehyung, “Buat apa? Sebanyak ini?”
Taehyung tersenyum ringkas, “Masih ada dua plastik besar lagi. Gih lo ambil,” Taehyung menunjuk melalui sorot matanya,” Hati-hati jangan sampai kebalik. Isinya makanan.”
Jeongguk hanya mencibir, patuh dengan permintaan Taehyung dan menghampiri pemilik warung, tersenyum ramah padanya, sebelum kembali menuju Taehyung. Wajah Jeongguk masam sebab plastik yang berada di kedua tangannya lumayan berat. Dia sudah lama sekali tidak berolahraga, jadi yang Jeongguk lakukan hanyalah mengeluh ketika Taehyung memintanya mengikuti. Mereka menyebrangi sungai dengan melintasi jembatan yang tadi sempat dilihat Jeongguk, mengambil belokan kanan dan melalui jalan setapak bebatuan yang belum di aspal.
“Taehyung masih jauh nggak? Gue capekkkk." Jeongguk mulai mengoceh, "Kenapa kita nggak naik motor aja tadi, sih?”
Taehyung mencibir sarkatik, “Lo sanggup nunggu gue tiga tahun, masa jalan lima
menit gini aja ngeluh.”
“Dih? Kata siapa gue gak ngeluh pas nungguin lo,” Jeongguk
melajukan langkah agar sejajar dengan Taehyung, “Gue tiap hari ngeluh.”
Taehyung mendengus tertawa, melirik sekilas pada
Jeongguk. “Ngeluh ke siapa?”
“Yang punya semesta.”
Kemudian hening.
Taehyung berdeham, “Kalo berterima
kasih ke dia, pernah? Yang isinya
nggak ngeluh aja?”
Jeongguk tidak menjawab. Membiarkan pertanyaan
Taehyung mengambang. Dan tampaknya pemuda itu juga tidak berniat mengungkit hal
tadi lebih lanjut. Melangkah dengan santai melewati beberapa rumah-rumah yang
sekalipun berada cukup jauh dari jalan utama namun tetap padat. Sampai Jeongguk
kembali bersuara setelah sepuluh menit mereka berjalan kaki.
“Taehyung, kaki gue pegel.”
Taehyung menggubris omongan Jeongguk asal. “Kaki gue
juga pegel.”
“Gimana kalo kita gantian?” Jeongguk menyahut
tiba-tiba.
“Gantian apa?”
“Lo gendong gue lima belas meter, gue gendong lo lima
meter?”
Taehyung merotasikan mata mendengar tawaran konyol yang Jeongguk lontarkan padanya. “Nggak. Kaki lo masih bisa buat jalan.”
Jeongguk mencebik kesal, “Sumpah. Kita mau ke mana?
Jangan bilang lo cuma mau isengin gue aja? Lo sengaja kanー”
Kemudian, kalimat Jeongguk tidak lagi terselesaikan saat dia melihat Taehyung berhenti melangkah, memandang bangunan di samping mereka.
Panti asuhan.
OMG
BalasHapusAdem bgt liatnya😭😭😭
BalasHapusnah kan enak baca juga ngebayanginnyaa kalau kalian enggak saling ngoceh 😁😁
Hapus🤐🙄😏🤓😫
BalasHapusP-PANTI ASUHAN????????
BalasHapusaaaaaakkkkk aku gabisa
BalasHapusAPA INI
BalasHapusBiasanya abis yang begini bakalan ada tsunami besar 😭👍🏻
BalasHapusIya anjrot biasanya abis uwu² gini bakalan ada badai topan bersama dengan tsunamin besar 🙂
HapusGue mikirnya ini si tae ngasih jalan2 terakhir sebelum bener2 ngakhirin hubungan mereka terus nikah ama ceweknua ga si😭
Hapushooh hiksrott udh curigaa, knp adem²gni pasti ntar ada apa²😭🔪
Hapus🥺
BalasHapusAaaahhh sweetㅠㅠ
BalasHapusaku berniat tidur tp tidak bisaa
BalasHapusBau bau pisah namun dgn akhir yg baik nihhh
BalasHapusi'm speechless.... how good they are :")
BalasHapusJANGAN BILANG EDREA YANG URUS PANTI ASUHAN JUGA. JADI TAE KETEMU SAMA EDREA ITU DI PANTI ASUHAN??
BalasHapusCukup miskah jangan nethink mulu😇
HapusBiarkan tekuk berlayar😇
Agsjdjdj padahal taegguk klo barengan gni tae bisa rasain sisi gguk yg wahhh banget bukan cuma org keras kepala+nyebelin(kata dia wk) pdhal gguk itu beda bgt dri org lain, tpi te sllu aj pnya alesan buat g bisa brng sama gguk
BalasHapusOMC SOFT BGT
BalasHapusaaaaaa bener😭 gue dari tadi mikir mereka bakal ke panti asuhan😭
BalasHapusSbhhhddh ademmmm bangettt gileee bacanyaaa 😭😭😭
BalasHapusPLEASE,, JANGAN ADA EDREA DISANA YAAA
BalasHapusBIKINI MEREKA BERDUA AKUR😭😭
KOK BIKINI SIH ANJG WKW
HapusMAU NGAPAIN YAA KE PANTI ASUHAN....W MIKIR ANEH² LGI YA AMPUN...
BalasHapusADEMM BENERR BACANYAA😭😭
BalasHapusGamau terbuai dulu, takutnya abis ini ada tsunami besar :((
BalasHapusASTAGA ADEM BENER 😭❤❤❤
BalasHapusKALIAN KALO BARENG GINI JUGA ADEM AYEM GINI, SERU DILIATNYA 🥺👍🏻
YH OKS FIX TAE MAU NYEWA EH AJG KO NYEWA?! MKSDNYA FIX TAE MAU ADOPSI ANAK BUAT DIA SM EDREA. FIX VALID NO DEBAT. MAKASI. DAH HAYU KARAM.
BalasHapusmanis bgt😭😭 adem bgt bacanya
BalasHapusJingan, apalagi ini. Gmau nethink dlu ah😔✊
BalasHapusAkur gini kek. Aku bacanya sambil nangis :"((
BalasHapusyaampun gabisa beginj gabisa bingung bangett, gajadi tidur gajadi tidur hiks
BalasHapusTai banget...
BalasHapusGuwe baoer ANJIR..
Nangissss banget 😭😭😭
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusaskajsksjsksks😭😭😭❣️
BalasHapusong😭
BalasHapusadem , tapi pasti dibalik ini ada perbangsatan lagi😔🤲
BalasHapusAIGOO ..SOFT BANGET HIKS.
BalasHapusTAPI AKU GA ENAK PAS NANTINYA TAKUT TAR BILANG APA APA
Pastiii mau ngadopsi anak kan? Iya kan kan kan, tae bakal sama gguk ya plisss🥺🥺
BalasHapusOhhhhh mau adopsi apaa yaaa, buat tae ama gguk😭😭😭👍
BalasHapustakut habis ini partnya gak enak:(
BalasHapusSemoga part selanjutnya juga enak. Adem diliat mata kek gini 😭😭😭😭😭😭
BalasHapus🥺🥺🥺
BalasHapussepertinya setelah ini akan ada sesuatu. jd aku harus menyiapkan hati dan mental :)
BalasHapusAAAAAAA BARU BACAAAAA ADEMMM BANGETTTT AAANAJSMSJSMAA
BalasHapuspart ini.. adem banget 😭
BalasHapusaaa kenapa siii ���� idaman bangett
BalasHapusTapi taehyung aneh tiba tiba baik gini🥴
BalasHapusSENENG BGT :( favorit ni akan jadi narasi favoritku
BalasHapusadem-adem gini mah bau-bau sad ending 😉
BalasHapus