Langsung ke konten utama

MUDITA; 345

Lima belas menit mereka lalui dalam keheningan ketika keduanya berkendara melalui jalanan besar yang lengang. Lampu-lampu taman masih menyala, menerangi emperan-emperan toko yang tutup dan rumah-rumah berjejer di pinggir jalan. Hanya terdapat beberapa truk pengangkut yang berlalu lalang melintasi kota juga pengendara motor yang sesekali lewat.

Taehyung kemudian membelokkan motornya ke kawasang gang yang aspalnya sedikit lebih kecil dibandingkan jalanan utama. Berkendara sekitar lima menit memasuki jalanan itu, Jeongguk sepintas bisa menangkap motor-motor lain yang berpapasan dengan mereka. Mayoritas membawa setumpuk sayuran di jok belakang, kue-kue, ikan dalam peti putih, atau ada juga yang berboncengan dan menenteng bawaan banyak sekali di pangkuannya.

"Liat deh," Taehyung berkomentar, "Hebat ya mereka pagi-pagi udah melek buat nyari uang. Mingyu aja pasti masih ileran molor di tempat tidur."

Jeongguk termenung, seketika bayangan akan masa kecilnya terlintas hingga membentuk nostalgia. Kembali teringat bahwa dahulu dirinya pernah dalam posisi seperti itu. Terlilit ekonomi.  Berjuang dengan Bunda untuk mencari rupiah sementara ayahnya yang bajingan hanya tahu berjudi dan memalaki penghasilan mereka. Dia yang sewaktu bangun pagi bukan memikirkan menu sarapan apa yang enak untuk dimakan, melainkan; Apakah hari ini dia bisa makan? Waktu makan mana yang harus dia skip? Pagi, siang, atau malam? 

"Emang." Jeongguk meringis dan hatinya memilu kala matanya tidak sengaja menangkap seorang pedagang gorengan di pinggir jalan yang sudah berumur tengah duduk melamun tanpa seorang pun pelanggan. Dia lantas menepuk punggung Taehyung, "Berhenti bentar."

"Mau apa?"

"Udah, berhenti aja."

Taehyung segera menyalakan lampu sein lalu menepikan motornya. 

Jeongguk segera turun, menadahkan tangan pada Taehyung, "Minta uang."

"Buat?" Taehyung bertanya dengan alis bertaut.

"Buat apa kek," dengus Jeongguk, menggoyang-goyangkan tangan yang dia tadahkan ke Taehyung dengan tidak sabaran. "Buruann. Gue tadi gak bawa uang sama sekali. Lo udah nggak kere, kan? Sekali natoin orang lo bisa dapet berjuta-juta, jadi jangan pelit."

Taehyung mengerjap beberapa kali, meski wajahnya masih dihinggapi oleh kebingungan, dia tetap mengeluarkan dompet. 

"Berapa?"

Jeongguk tidak menyebutkan nominal, dengan masa bodo langsung mengambil dompet di tangan Taehyung tanpa banyak bicara, menghasilkan delik terkejut dari sang pemilik. Tapi Taehyung tetap membiarkan, memperhatikan Jeongguk yang tanpa kesulitan menyebrang jalan dan dia tidak sadar telah menarik senyum saat melihat Jeongguk menghampiri pedagang gorengan. Pemuda itu duduk santai di atas motornya, menunggui Jeongguk dengan sabar, sementara matanya ikut awas melirik ke kiri dan kanan jalanan begitu pemuda itu hendak menyebrang kembali dengan membawa dua buah plastik cukup berat di tangan.

"Beli berapa?" Taehyung melirik plastik hitam besar di tangan Jeongguk.

"Seratus," Jeongguk menyengir. "Kasian, biar kakeknya cepet pulang hari ini." 

Jeongguk sedikit terlonjak saat dirinya tiba-tiba teringat sesuatu. Dia memasukkan tangannya ke kantong celana piyama, berniat menyerahkan kembali dompet Taehyung. Namun pemuda Kim itu justru berkata lagi, "Kurang, beli lagi seratus."

Jeongguk melongo, seratus ini saja dia tidak tahu akan diapakan dan siapa yang memakannya, Taehyung dengan konyol justru memintanya membeli lagi. 

"Serius?" 

Taehyung mengangguk, mengambil alih dua plastik hitam tersebut dan mengaitkannya di sisi depan motor, "Sana beli lagi. Hati-hati nyebrangnya."

Tanpa bertanya apapun lagi, Jeongguk mengangguk. Kembali mendatangi pria tua itu dan membeli gorengan darinya. Selesai dengan itu, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Jeongguk sudah lebih dulu menyuap satu bakwan goreng ke mulutnya karena tergiur. Meskipun tanpa cocolan karena sedikit ribet di atas motor jika harus membuka sambal, tapi rasanya tetap nikmat sebab mereka sedang menembus udara dingin sedangkan bakwan yang masuk ke perutnya itu baru saja diangkat dari wajan.

"Taehyung, mau?" Jeongguk menawarkan, menyodorkan potongan bakwan yang sudah dimakannya ke depan. 

Satu senyum terukir di bibir Jeongguk ketika pemuda tersebut dengan agak kesusahan menggigit potongan bakwan karena harus terus memandang ke jalanan, membuat minyak menyebar di sekitar sisi pipinya. Namun Taehyung tidak terlalu memusingkan hal itu. Mereka menikmati momen bersama dengan Jeongguk yang terus menyuapi Taehyung sambil sesekali menyuap untuknya hingga bakwan itu habis bersamaan dengan keramaian yang terlihat semakin jelas di hadapan mereka. 

“Taehyung.” Jeongguk membuka obrolan sesaat setelah Taehyung menghentikan motor mereka setelah keduanya tiba di pasar subuh. 

Memarkirkan motor mengikuti barisan pada samping pohon besar di pinggir jalan, Taehyung kemudian melepas helm dan menyahut, “Apa?”

"Noleh ke sini bentar coba."

Mengikuti ucapan Jeongguk, Taehyung lantas menoleh. Jeongguk tersenyum kecil, mengambil ujung fabrik lengan jaketnya dan menyapukan pada pipi Taehyung pelan, "Bekas makan bakwan tadi."

Taehyung terdiam sejenak, matanya memandang kosong pada sosok Jeongguk yang juga balas menatapnya. Dan setelahnya pria itu mengerjapkan mata, menggelang pelan seperti orang linglung lalu berujar dengan deheman canggung. "Thanks."

"Sama-sama."

Taehyung lantas mengulum senyum, dengan gestur lembut dia berucap, “Ayo turun dulu.”

Jeongguk turut melepas helm, mengernyit, “Loh, parkir di sini?” Bertumpu pada bahu Taehyung, dia kemudian turun, berkata lagi, “Kenapa nggak di dalam pasarnya aja?”

“Nanti sesek,” Taehyung menyambut helm yang diberikan Jeongguk, menyampirkannya pada spion dan turun dari motor. Tidak lupa dia membawa serta plastik-plastik berisi gorengan tadi dan kemudian berujar, “Ayo.”

“Ayo ke mana?”

“Pasar subuh kan dibilang,” Taehyung mengendikkan dagu ke arah kerumunan yang berjarak sepuluh meter di depan mereka, “Lo nggak jijik sama hal beginian kan?”

“Enggak lah,” Jeongguk mendelik sewot. Bagaimana mungkin dia bisa jijik saat hidupnya dulu juga akrab dengan suasana seperti ini. Waktu dimana yang ada di pikirannya Jeongguk hanyalah mencari uang, uang, dan uang. 

Taehyung mengangkat bahu, “Nah, ya udah.”

Kedunya lalu menerobos keramaian, ikut berbaur dengan orang-orang di sana. Ricuh. Banyak sekali suara dari berbagai sudut yang bergema di telinga Jeongguk. Begitu pula aroma-aroma yang tercium inderanya. Terkadang, sesekali dia akan mencium bau harum mentega yang menguar nikmat ketika melewati pedagang-pedagang kue, terlebih jika tengah memasak kue pukis. Kemudian hidungnya akan mencium bebauan segar dari buah-buahan, aroma menenangkan dari parutan kelapa meskipun suara mesin penghancurnya memekakkan telinga. Lalu berpindah jadi kernyitan tidak suka sesaat setelah mereka semakin masuk ke dalam pasar begitu melewati para penjual ikan asin dan anyir ikan segar.

“Taehyung.” Jeongguk berhenti melangkah, membuat pemuda Kim menoleh ke arahnya. “Kita mau kemana deh? Lo dari tadi ajak gue muter-muter gak jelas doang,” Jeongguk merengek setelah mereka berkeliling melihat-lihat cukup lama. Kakinya sudah pegal dan sedikit kotor hingga dia harus menyingsing celananya akibat kawasan pasar yang becek oleh genangan air hujan.

“Mau beli makan,” Taehyung menjawab sekenanya. Berbalik kembali dan melangkah mendahului Jeongguk. Tetapi ketika tidak langkah kaki yang mengikutinya, Taehyung menoleh ke belakang. Berdecak saat Jeongguk masih tetap dalam posisinya dan merengut pada Taehyung. Membuang napas, Taehyung lantas menghampiri pemuda itu dan meraih lengannya. Menarik Jeongguk mengikuti langkah kakinya yang semakin menuju ke sudut pasar. Dan Jeongguk hanya mengikuti dengan pasrah, membiarkan Taehyung  membawanya semaunya.

Sampai keduanya tiba di sebuah warung yang meskipun menjorok ke dalam dari kawasan pasar dan tidak terlalu terlihat, namun warung itu masih didatangi oleh banyak pembeli yang mampir minum-minum atau makan di tempatnya. Sesaat, Jeongguk dapat melihat sungai besar mengalir di samping warung tersebut. Terdapat juga jembatan berukuran cukup untuk menyebrangkan motor di sisi kanan warung itu. 

Taehyung sendiri memintanya menunggu, sementara pemuda itu tengah mengobrol dengan pemilik warung. Dan Jeongguk tidak bisa untuk tidak terkejut ketika menemukan Taehyung datang padanya dengan membawa dua plastik besar berisi tumpukan kotak yang dapat ditebaknya berisi makanan. Belum lagi plastik-plastik kecil berisi gorengan tadi di tangannya yang lain.

“Ini,” Jeongguk menunjuk kebingungan pada plastik di tentengan Taehyung, “Buat apa? Sebanyak ini?”

Taehyung tersenyum ringkas, “Masih ada dua plastik besar lagi. Gih lo ambil,” Taehyung menunjuk melalui sorot matanya,” Hati-hati jangan sampai kebalik. Isinya makanan.”

Jeongguk hanya mencibir, patuh dengan permintaan Taehyung dan menghampiri pemilik warung, tersenyum ramah padanya, sebelum kembali menuju Taehyung. Wajah Jeongguk masam sebab plastik yang berada di kedua tangannya lumayan berat. Dia sudah lama sekali tidak berolahraga, jadi yang Jeongguk lakukan hanyalah mengeluh ketika Taehyung memintanya mengikuti. Mereka menyebrangi sungai dengan melintasi jembatan yang tadi sempat dilihat Jeongguk, mengambil belokan kanan dan melalui jalan setapak bebatuan yang belum di aspal.

“Taehyung masih jauh nggak? Gue capekkkk." Jeongguk mulai mengoceh, "Kenapa kita nggak naik motor aja tadi, sih?”

Taehyung mencibir sarkatik, “Lo sanggup nunggu gue tiga tahun, masa jalan lima menit gini aja ngeluh.”

“Dih? Kata siapa gue gak ngeluh pas nungguin lo,” Jeongguk melajukan langkah agar sejajar dengan Taehyung, “Gue tiap hari ngeluh.”

Taehyung mendengus tertawa, melirik sekilas pada Jeongguk. “Ngeluh ke siapa?”

“Yang punya semesta.”

Kemudian hening. 

Taehyung berdeham, “Kalo berterima kasih ke dia, pernah? Yang isinya nggak ngeluh aja?”

Jeongguk tidak menjawab. Membiarkan pertanyaan Taehyung mengambang. Dan tampaknya pemuda itu juga tidak berniat mengungkit hal tadi lebih lanjut. Melangkah dengan santai melewati beberapa rumah-rumah yang sekalipun berada cukup jauh dari jalan utama namun tetap padat. Sampai Jeongguk kembali bersuara setelah sepuluh menit mereka berjalan kaki.

“Taehyung, kaki gue pegel.”

Taehyung menggubris omongan Jeongguk asal. “Kaki gue juga pegel.”

“Gimana kalo kita gantian?” Jeongguk menyahut tiba-tiba.

“Gantian apa?”

“Lo gendong gue lima belas meter, gue gendong lo lima meter?”

Taehyung merotasikan mata mendengar tawaran konyol yang Jeongguk lontarkan padanya. “Nggak. Kaki lo masih bisa buat jalan.”

Jeongguk mencebik kesal, “Sumpah. Kita mau ke mana? Jangan bilang lo cuma mau isengin gue aja? Lo sengaja kan

Kemudian, kalimat Jeongguk tidak lagi terselesaikan saat dia melihat Taehyung berhenti melangkah, memandang bangunan di samping mereka.

Panti asuhan.

Komentar

  1. Balasan
    1. nah kan enak baca juga ngebayanginnyaa kalau kalian enggak saling ngoceh 😁😁

      Hapus
  2. Biasanya abis yang begini bakalan ada tsunami besar 😭👍🏻

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya anjrot biasanya abis uwu² gini bakalan ada badai topan bersama dengan tsunamin besar 🙂

      Hapus
    2. Gue mikirnya ini si tae ngasih jalan2 terakhir sebelum bener2 ngakhirin hubungan mereka terus nikah ama ceweknua ga si😭

      Hapus
    3. hooh hiksrott udh curigaa, knp adem²gni pasti ntar ada apa²😭🔪

      Hapus
  3. aku berniat tidur tp tidak bisaa

    BalasHapus
  4. Bau bau pisah namun dgn akhir yg baik nihhh

    BalasHapus
  5. i'm speechless.... how good they are :")

    BalasHapus
  6. JANGAN BILANG EDREA YANG URUS PANTI ASUHAN JUGA. JADI TAE KETEMU SAMA EDREA ITU DI PANTI ASUHAN??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cukup miskah jangan nethink mulu😇
      Biarkan tekuk berlayar😇

      Hapus
  7. Agsjdjdj padahal taegguk klo barengan gni tae bisa rasain sisi gguk yg wahhh banget bukan cuma org keras kepala+nyebelin(kata dia wk) pdhal gguk itu beda bgt dri org lain, tpi te sllu aj pnya alesan buat g bisa brng sama gguk

    BalasHapus
  8. aaaaaa bener😭 gue dari tadi mikir mereka bakal ke panti asuhan😭

    BalasHapus
  9. Sbhhhddh ademmmm bangettt gileee bacanyaaa 😭😭😭

    BalasHapus
  10. PLEASE,, JANGAN ADA EDREA DISANA YAAA
    BIKINI MEREKA BERDUA AKUR😭😭

    BalasHapus
  11. MAU NGAPAIN YAA KE PANTI ASUHAN....W MIKIR ANEH² LGI YA AMPUN...

    BalasHapus
  12. Gamau terbuai dulu, takutnya abis ini ada tsunami besar :((

    BalasHapus
  13. ASTAGA ADEM BENER 😭❤❤❤
    KALIAN KALO BARENG GINI JUGA ADEM AYEM GINI, SERU DILIATNYA 🥺👍🏻

    BalasHapus
  14. YH OKS FIX TAE MAU NYEWA EH AJG KO NYEWA?! MKSDNYA FIX TAE MAU ADOPSI ANAK BUAT DIA SM EDREA. FIX VALID NO DEBAT. MAKASI. DAH HAYU KARAM.

    BalasHapus
  15. manis bgt😭😭 adem bgt bacanya

    BalasHapus
  16. Jingan, apalagi ini. Gmau nethink dlu ah😔✊

    BalasHapus
  17. Akur gini kek. Aku bacanya sambil nangis :"((

    BalasHapus
  18. yaampun gabisa beginj gabisa bingung bangett, gajadi tidur gajadi tidur hiks

    BalasHapus
  19. Tai banget...
    Guwe baoer ANJIR..

    BalasHapus
  20. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  21. askajsksjsksks😭😭😭❣️

    BalasHapus
  22. adem , tapi pasti dibalik ini ada perbangsatan lagi😔🤲

    BalasHapus
  23. AIGOO ..SOFT BANGET HIKS.

    TAPI AKU GA ENAK PAS NANTINYA TAKUT TAR BILANG APA APA

    BalasHapus
  24. Pastiii mau ngadopsi anak kan? Iya kan kan kan, tae bakal sama gguk ya plisss🥺🥺

    BalasHapus
  25. Ohhhhh mau adopsi apaa yaaa, buat tae ama gguk😭😭😭👍

    BalasHapus
  26. takut habis ini partnya gak enak:(

    BalasHapus
  27. Semoga part selanjutnya juga enak. Adem diliat mata kek gini 😭😭😭😭😭😭

    BalasHapus
  28. sepertinya setelah ini akan ada sesuatu. jd aku harus menyiapkan hati dan mental :)

    BalasHapus
  29. AAAAAAA BARU BACAAAAA ADEMMM BANGETTTT AAANAJSMSJSMAA

    BalasHapus
  30. aaa kenapa siii ���� idaman bangett

    BalasHapus
  31. Tapi taehyung aneh tiba tiba baik gini🥴

    BalasHapus
  32. SENENG BGT :( favorit ni akan jadi narasi favoritku

    BalasHapus
  33. adem-adem gini mah bau-bau sad ending 😉

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUDITA; 246

Jeongguk tidak menyadari bahwa tubuhnya telah merosot ke lantai, air mata merembes melalui celah bulu lentiknya.Tidak ada  sekaan  dan usapan seperti biasa, kali ini Jeongguk membiarkannya tumpah begitu saja, mengalir untuk pertama kalinya dengan mulus melalui pipi hingga turun ke dagu. Rasanya sakit sekali. Dada Jeongguk begitu sesak, seakan tidak ada oksigen untuk bisa dikonsumsi parunya. Setiap taluan pada detak jantungnya mengantarkan denyut nyeri yang menjalar melalui aliran peredaran darahnya, menjadikan tubuh Jeongguk bergetar hebat oleh rasa remuk yang begitu hebat menghujam hatinya.   Jeongguk duduk dan meringkuk, terisak keras. Perkataan Bunda beberapa saat lalu mengawang di telinganya, sakitnya masih sama tiap kali ingatan itu berputar di memori Jeongguk, begitu sesak. Jeongguk sungguh-sungguh tidak mengharapkan kata itu keluar dari mulut Bunda untuk kedua kali. Alasan mengapa Jeongguk menjauh dari rumah, menghindar dari Bunda. Cukup sekali, cukup sekali Jeong...

MUDITA; epilogue (3.5/5)

“ Maaf.” Jeongguk menahan geli ketika keduanya telah berada di kamarnya. Taehyung yang salah tingkah adalah pemandangan menyenangkan untuk dilihat. Mereka baru saja dipergok oleh Nyonya Jeon beberapa saat lalu. Wajah pucat bundanya ketika menatap horor pada dirinya yang nyaris dilucuti oleh Taehyung di tempat terbuka pun masih terbayang di ingatan. Mereka kelabakan sewaktu teriakan Nyonya Jeon memecah suasana sensual di antara keduanya. Taehyung nyaris membuatnya terjerembab saat menurunkan Jeongguk dengan tiba-tiba. Jeongguk setengah menahan malu membenarkan pakaiannya yang tersingkap, sementara Taehyung hanya menyengir seperti orang kelimpungan dan mengucapkan hai canggung yang jelas dibalas delikan oleh Nyonya Jeon. “Kenapa minta maaf?” Jeongguk tergelak, mengambil posisi duduk di atas kasur menghadap Taehyung. Taehyung membuang napas keras-keras, “Yang tadi itu kelepasan.” Jeongguk mengangkat bahu tidak peduli, “Santai aja,” jawabnya ringan, “Bunda kaget doang pasti waktu tau anakn...

“The Moon and The Beautiful”

  “Aku mendapat pesan dari Namjoon  Hyung  beberapa saat lalu.” “ Hm ?” “Dia mencarimu, katanya kau menolak panggilannya dan tidak membuka pesan yang dia kirim.” “Aku menolak panggilannya?” “Ya, dan dia memintamu untuk ke ruangan kerjanya sekarang, ada yang ingin dibicarakan denganmu.” “Siapa?” “Namjoon  Hyung. ” “Apa katanya?” Sang lawan bicara — Jeongguk mulai merasa kesal, dia mendecih dan memutar bola mata jengah, menyaringkan nada bicaranya dan menekan setiap kata pada kalimatnya, “ Dia. Ingin. Kau. Ke. Ruangan. Kerjanya. Sekarang. ” “Namjoon  Hyung ?” Jeongguk menarik napas, setengah membanting stik  game- nya, ia kemudian bangkit dan melangkah menghampiri Taehyung. Pria besar itu tengah berbaring di sofa sejak beberapa jam lalu dengan pandangan fokus pada ponsel pintarnya. Dia bahkan mengabaikan Jeongguk ketika ditawari ajakan bermain  overwatch  bersama dan menolak panggilan serta tidak membaca pesan pribadi maupun pe...