Langsung ke konten utama

MUDITA;287

(tw: mention of blood, kinda of gore i guess(?), drugs, suicidal attempts )

Jujur saja, bertemu dengan Jimin adalah hal yang kemungkinan masih belum bisa Jeongguk lakukan untuk saat ini. Hanya saja, ajakan dari Bunda pada kala itu; mengetuk pintu kamar yang sudah lama sekali dia tidak tempati namun masih tertata bersih tanpa debu, kemudian menyodorkan satu toples nastar dan senyum yang dipaksanya untuk tidak tercipta ketika Jeongguk memasukkan satu kue ke dalam mulutnya, lalu sebuah suara kecil "Saudaramu lusa pulang. Masih ada hari besok kalau ingin menjenguk," yang diucapkan dengan nada datar,  Jeongguk paham, itu adalah permintaan secara tidak langsung agar dia mau bertemu dengan Jimin. 

Lantas, menolak tentu saja bukan merupakan opsi ketika sepintas lalu Jeongguk sempat menangkap kedutan senyum dan tatapan itu. Bunda menatapnya tepat di kedua manik mata Jeongguk setelah sekian lama. Meskipun hanya seperkian detik, rasanya dia bisa merekam ingatan itu untuk waktu yang berkepanjangan. Mengabadikan mata Bunda yang sangat indah, berkilau dan selalu bercahaya. Tapi kadang kala, Jeongguk tahu, jelaga dalam warna kelam bola hazel itu menyimpan luka. Luka yang tercipta karenanya.

Maka, langkah Jeongguk berakhir pada koridor rumah sakit, menyusuri lorong itu dengan pelan sebab ingin memperlama waktu untuk dia bisa mencapai kamar inap saudaranya. Sementara Bunda akan datang menyusul setelah selesai membeli makan di kantin rumah sakit karena ayah Jimin juga sedang ada di sini.

Pikiran Jeongguk kemudian mengawang, pada peristiwa di mana dia dan Jimin berada dalam situasi itu. Sekilas, Jeongguk masih bisa mendengar gelak tawa memilukan dari Jimin ketika dia menghalau tusukan yang Jimin tujukan padanya, mengenai siku dan membuat marmer yang tadinya seputih salju tersebar oleh pekatnya darah yang mengucur dari kulit Jeongguk.

Jimin yang menyadari hal itu tiba-tiba tertegun dan segera menjauhkan gunting dari dirinya. Namun kemudian dia kembali mendengus geli, dengan suara mengejek dan berkata padanya, "Kenapa? takut?"

Jeongguk meringis ketika luka menganga di sikunya mulai menimbulkan rasa nyeri, beringsut mundur dan mencoba menjauh dari jangkauan Jimin. Jeongguk ketakutan oleh keberadaan Jimin yang seperti menciptakan kengerian dalam atmosfir ruangan saat itu. Tidak ada Jimin manja yang suka merepotkan orang lain dengan wajah lugu memuakkannya. Tidak ada Jimin dengan segala kelembutan hati dan senyum cerah serta rona di pipi yang menimbulkan keinginan orang-orang untuk melindungi pemuda itu seolah Jimin adalah serpihan kaca rapuh. Yang ada di hadapannya saat itu hanyalah Park Jimin dengan tatapan kosong dan wajah pucat pasi serta mata memerah juga seringai penuh kesedihan yang tergurat di bibirnya.

"Gguk?" Jimin berkata parau, tersenyum lirih padanya, "Lo selama ini penasaran kan, apa Mama lebih sayang sama lo atau sama gue?" dia menatap Jeongguk lama, "Lo bakal tau setelah ini."

Dan Jeongguk total terkesima, memandang kilas kejadian yang terasa terlalu cepat saat gunting itu terayun ke arah yang bukan padanya melainkan diri Jimin sendiri, menusuk hingga menembus kulit dan membuat warna pada pakaian Jimin mulai dibercaki darah, semakin lama semakin banyak hingga menetes, di susul kemudian Jimin yang rubuh ke lantai.

Jeongguk merasakan dadanya sesak, air mata merembes melalui pipinya dan dia diserang tremor luar biasa hebat. Menyaksikan Jimin yang masih membuka matanya namun memiliki pandangan kosong serta air mata yang juga turut turun.  Jeongguk kala itu terdiam, menatap tidak percaya pada Jimin dan bersuara lirih, "Kenapa?"

Jawaban yang Jimin berikan hanyalah senyuman

Lalu tiba-tiba, otak Jeongguk yang pada dasarnya tidak pernah memikirkan sesuatu yang baik jika itu menyakut Jimin mulai menguasai kesadarannya. Jeongguk mengartikan senyum itu ke arah berbeda.

Senyum ejekan. 

Seolah Jimin sedang menertawai dia dibalik kesekaratannya.

Bagaimana tidak, setelah semua ini, Jeongguk akan kembali menjadi pihak yang disalahkan. Dia akan dicemooh, ditangkap oleh pihak berwajib karena memberikan drugs pada Jimin dan akan diduga kuat sebagai pelaku utama penusukan pemuda itu berdasarkan latar belakang mereka yang mendukung di mana pada dasarnya Jeongguk dan Jimin tidak pernah akur.

Dipenuhi oleh berbagai logika skeptikal dalam tempurung otaknya membangkitkan gelombang amarah yang meriak dalam diri Jeongguk. Dia tiba-tiba merasa murka dan emosi. Pikirnya membatin, Jimin  pasti sengaja melakukannya untuk membuat Jeongguk dalam keadaan terjebak. Dia ingin membebaskan diri dari Jeongguk. Jimin ingin menghancurkan hidupnya. 

Maka, tanpa ragu dia menarik gunting dari perut Jimin, tidak peduli bahwa hal itu akan menghasilkan darah yang makin merembes melalui luka bekas tusukan tersebut. 

Jeongguk lalu memandang Jimin, melayangkan gunting menuju saudaranya itu lalu  tersenyum separo dan mendesis, "Yaudah sih," gunting kembali menusuk bagian lain di perut Jimin, menyebabkan satu luka yang tadi masih mengucur menjadi dua luka menganga, merembeskan darah melalui perut pemuda itu, "Lo mati aja sekalian."

Hingga, ketika pintu terbuka, memunculkan sosok Taehyung yang luar biasa terkejut, menghampirinya dan meneriaki Jeongguk seperti orang kesurupan, memukul kepalanya sampai dia terantuk dinding; tanpa ingin bertanya lebih dulu apa yang terjadi, tanpa mau tahu bagaimana keadaan Jeongguk, dan dengan begitu saja menyimpulkan sesuatu,Jeongguk tahu bahwa dia sudah melakukan hal yang benar.

Komentar

  1. wOI AKSJSHSHSJS TRUS INI GMNA, SP YG BENER

    BalasHapus
  2. Pantesa kmren kek yang tusukannya ko dua kali😭 aaaaaa, bnr gmna kook?? :(

    BalasHapus
  3. HAH NANGIS MIH AKU KAK 😭😭😭

    BalasHapus
  4. APAA INU ANJRIT OTAKKU GA SAMPE

    BalasHapus
  5. Aku bela kak Lunar aja, trauma mbelain salah satu dri mereka〒﹏〒

    BalasHapus
  6. adooohh gatau deh pusinh akuu😭😭😭🙂💔💔💔

    BalasHapus
  7. ANJIRR KOK GINI C😭😭😭😭

    BalasHapus
  8. JADI YG BENER YG SALAH SIAPA ..HADOHHH JADI JIMIN JUGA JEBAK GGUK KAH M

    BalasHapus
  9. Ko? Bener gmn? Mksdnya?? Jekaa??? Maksudnya bener apa??

    BalasHapus
  10. JADII AKUNHARUSS MIHAKK SIAPAA!!??

    BalasHapus
  11. HAHH??????? 😭😭😭😭😭😭😭

    BalasHapus
  12. Berarti jimin ditusuk sm gguk sm dirinya sendiri:))) BAIQQQQ

    BalasHapus
  13. LAH GIMANA NI ASUUUUUUU😭😭😭

    BalasHapus
  14. Jungkook mau jadiin kenyataan apa yang dibilang orang, nanti orang bakalan tuduh jungkook dan daripada dia dituduh tapi gak melakukan kesalahan mending lakuin aja sekalian benerin apa yang di bilang orang yang dituduh orang

    BalasHapus
  15. AKU TERSERAH KAK LUNAR AJA GA MAU MIHAK SIAPA SIAPA LAGI TAKUUUT ㅠ_ㅠ

    BalasHapus
  16. Tolong lah kak lunar aku cape fitnah sana sini INI YANG BENER YANG MANA UEUEUE 😭😭😭

    BalasHapus
  17. Ini begimana dahh woii, nangis gua 😭😭😭

    BalasHapus
  18. Satu sisi lega mengetahui fakta bukan gguk yang memulai tapi ga jadi deh orang kak lunar pengen bolak balik in. I love this story

    BalasHapus
  19. Kena plottwist nya berkali kali dong gimana gak jantungan gw anjrot

    BalasHapus
  20. Halah anjing😭😭😭😭😭

    BalasHapus
  21. Anjimmmm gajadii nangis, gue pusing sendiri jadinya, jadi gimana????? Jungkook ternyata juga salah, ahh bangsat

    BalasHapus
  22. HAHHH!!! APA INIHH BISA BISANYA GUA BINGUNGG

    BalasHapus
  23. Capek nangis kak udahjhhhh
    Ingusku dah keluar masuk iniii😭

    BalasHapus
  24. Jimin ngelakuin itu mungkin buat ngasih tau kalok sebenarnya mama lebih sayang gguk dari pada jimin,and see saat gguk ada di sel mama kek tetep percaya dan nunjukin kepedulian nya sama gguk.tapi gguk kenapa harus se negatif thinking gitu😭😭😭😭

    BalasHapus
  25. mf really said 'yaudalah sekalian aja, w ga ngelakuin juga pasti tetep kena' :) :')

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUDITA; 246

Jeongguk tidak menyadari bahwa tubuhnya telah merosot ke lantai, air mata merembes melalui celah bulu lentiknya.Tidak ada  sekaan  dan usapan seperti biasa, kali ini Jeongguk membiarkannya tumpah begitu saja, mengalir untuk pertama kalinya dengan mulus melalui pipi hingga turun ke dagu. Rasanya sakit sekali. Dada Jeongguk begitu sesak, seakan tidak ada oksigen untuk bisa dikonsumsi parunya. Setiap taluan pada detak jantungnya mengantarkan denyut nyeri yang menjalar melalui aliran peredaran darahnya, menjadikan tubuh Jeongguk bergetar hebat oleh rasa remuk yang begitu hebat menghujam hatinya.   Jeongguk duduk dan meringkuk, terisak keras. Perkataan Bunda beberapa saat lalu mengawang di telinganya, sakitnya masih sama tiap kali ingatan itu berputar di memori Jeongguk, begitu sesak. Jeongguk sungguh-sungguh tidak mengharapkan kata itu keluar dari mulut Bunda untuk kedua kali. Alasan mengapa Jeongguk menjauh dari rumah, menghindar dari Bunda. Cukup sekali, cukup sekali Jeong...

MUDITA; epilogue (3.5/5)

“ Maaf.” Jeongguk menahan geli ketika keduanya telah berada di kamarnya. Taehyung yang salah tingkah adalah pemandangan menyenangkan untuk dilihat. Mereka baru saja dipergok oleh Nyonya Jeon beberapa saat lalu. Wajah pucat bundanya ketika menatap horor pada dirinya yang nyaris dilucuti oleh Taehyung di tempat terbuka pun masih terbayang di ingatan. Mereka kelabakan sewaktu teriakan Nyonya Jeon memecah suasana sensual di antara keduanya. Taehyung nyaris membuatnya terjerembab saat menurunkan Jeongguk dengan tiba-tiba. Jeongguk setengah menahan malu membenarkan pakaiannya yang tersingkap, sementara Taehyung hanya menyengir seperti orang kelimpungan dan mengucapkan hai canggung yang jelas dibalas delikan oleh Nyonya Jeon. “Kenapa minta maaf?” Jeongguk tergelak, mengambil posisi duduk di atas kasur menghadap Taehyung. Taehyung membuang napas keras-keras, “Yang tadi itu kelepasan.” Jeongguk mengangkat bahu tidak peduli, “Santai aja,” jawabnya ringan, “Bunda kaget doang pasti waktu tau anakn...

“The Moon and The Beautiful”

  “Aku mendapat pesan dari Namjoon  Hyung  beberapa saat lalu.” “ Hm ?” “Dia mencarimu, katanya kau menolak panggilannya dan tidak membuka pesan yang dia kirim.” “Aku menolak panggilannya?” “Ya, dan dia memintamu untuk ke ruangan kerjanya sekarang, ada yang ingin dibicarakan denganmu.” “Siapa?” “Namjoon  Hyung. ” “Apa katanya?” Sang lawan bicara — Jeongguk mulai merasa kesal, dia mendecih dan memutar bola mata jengah, menyaringkan nada bicaranya dan menekan setiap kata pada kalimatnya, “ Dia. Ingin. Kau. Ke. Ruangan. Kerjanya. Sekarang. ” “Namjoon  Hyung ?” Jeongguk menarik napas, setengah membanting stik  game- nya, ia kemudian bangkit dan melangkah menghampiri Taehyung. Pria besar itu tengah berbaring di sofa sejak beberapa jam lalu dengan pandangan fokus pada ponsel pintarnya. Dia bahkan mengabaikan Jeongguk ketika ditawari ajakan bermain  overwatch  bersama dan menolak panggilan serta tidak membaca pesan pribadi maupun pe...